LUCAS mengepalkan tangannya hingga hingga urat-urat ditangannya terlihat. Ia tak suka mendengar ucapan Laura yang terlontar dengan begitu saja. Ingin sekali rasanya jika ia mematahkan tulang pria yang dengan beraninya menjadi tunangan wanita miliknya."Tunangan? Bukankah kau bilang kepadaku jika kau tidak memiliki kekasih?" ucap Lucas.
"Y-ya aku mengatakan hal itu, tapi bukan berarti jika aku tidak memiliki tunangan, bukan?" ucap Laura dengan asal.
Lucas menjambak rambutnya frustasi yang membuat Laura mengernyitkan alisnya.
"Kapan kau bertunangan dengannya?" tanya Lucas dengan nada serius. Laura tampak berpikir. Jujur, Ia harus berpikir dengan keras untuk melancarkan aksinya membohongi Lucas.
Melihat Laura yang tidak kunjung menjawab, dapat Lucas simpulkan jika Laura lupa dengan hal itu.
"Kau lupa?" tanya Lucas, namun tidak mendapat jawaban apapun dari Laura.
"Aku tidak yakin jika dia adalah tunanganmu" ucap Lucas sambil memasukan tangan kirinya kedalam saku celana.
"Apa wajahku kurang bisa dipercaya?" batin Laura berkata didalam hati.
"Terserah kau mau bilang apa, Sir. Aku tak peduli jika kau tidak mempercainya. Namun, memang itulah kenyataannya" ucap Laura dengan mengarang. Ah! Jika dipikir-pikir lagi mustahil jika ia mengatakan Nick adalah tungannya. Bagaimana tidak? Pria itu bahkan sudah memiliki tungannya sendiri. Bagaimana ia akan menjelaskannya nanti? Tidak, jangan pikirkan itu dulu, yang terpenting saat ini adalah, ia harus membuat Lucas percaya dahulu, dan ia berhenti untuk menganggunya, itu jauh lebih penting.
"Lalu, dimana cincinmu? Bukankah orang yang memiliki tunangan seharusnya memakai cincin?" tanya Lucas dengan nada mengintimidasi, sambil menatap kearah tangan kanan dan juga kiri milik Laura yang dijari manisnya tidak terpasang cincin atau apa pun itu.
Laura mengutuk dirinya saat ini juga. Ingin rasanya ia langsung saja lenyap dari muka bumi karena melupakan hal itu, dan yang lebih parahnya adalah, Lucas menyadari hal itu.
"Aku semakin tidak yakin jika kau sudah memiliki tunangan" ucap Lucas sambil tersenyum Smirk.
"Damn it! Kenapa ia bisa berpikir sampai kesana?" batin Laura. Lalu kemudian ia kembali berpikir keras untuk menjawab pertanyaan dari Lucas.
"Cincin? Aku jarang memakainya, jadi aku memilih untuk menyimpannya saja" ucap Laura dengan nada setenang mungkin.
"Baiklah, kali ini aku percaya saja atas semua omonganmu, tapi tidak dengan besok" ucap Lucas yang membuat Laura mengernyit.
"What the hell? Jadi dia tidak mempercayai apa yang aku katakan sedari tadi? Tapi bagaimana bisa?!" batin Laura didalam hati.
"Aku tidak mudah tertipu, Laura. Karena aku sulit untuk dibodohi" ucap Lucas yang membuat Laura menegang ditempatnya.
"Aku tahu itu" ucap Laura dengan nada tenang, padahal tidak dengan batinnya yang sedari tadi meronta-ronta meminta dirinya untuk pergi dari sini.
"Lagi pula jika kau sudah memiliki tunangan, bukan berarti aku akan berhenti untuk mendapatkanmu"
"Karena selamanya kau hanya milikku seorang" ucap Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My-Ex, My Ceo [DIXONSERIES#1]✅
RomanceBagaimana jadinya jika sepasang kekasih bekerja dalam satu perusahaan yang sama? Sudah pasti jika hal itu menyenangkan bukan? Namun bagaimana jadinya jika seorang 'mantan' kekasihmu yang merupakan kekasih pertama sekaligus kekasih terindahmu adalah...