BUNYI ketukan pintu langsung masuk ke indra pendengaran Laura yang masih terlelap didalam tidurnya.Ia menggumam sambil berusaha membuka kedua kelopak matanya. Setelah terbuka ia menyipitkan matanya menatap kearah sekitar.
Ia melupakan sejenak jika saat ini ia sedang berada dsi kamarnya yang terasa sedikit asing karena ia sudah terbiasa dengan suasana kamar apartement tentunya.
“Nona, anda sudah bangun?” tanya seseorang yang Laura kenal. Dia Gwen, kepala pelayan dirumahnya.
“Hm.. Ada apa?” tanyanya sambil bangkit dan duduk diatas kasur King size itu.
“Ada seorang pengacara yang menunggumu” ucapo Gwen dari balik pintu kamarnya.
“Pengacara?” batin Laura.
“Baiklah, aku akan turun setelah selesai membersihkan diri” ucap Laura dan langsung bangkit dari duduknya lalu masuk kedalam kamar mandi miliknya.
Tak butuh waktu yang lama, ia sudah selesai dengan dress bewarna pink pastel, dengan makeup tipis yang membuatnya wajah catiknya terlihat lebih segar.
Ia membuka pintu kamar dan menuruni anak tangga untuk menuju kearah ruang tamu. Dilihatnya jika sekarang sudah ada seorang pria berumur dengan seorang wanita yang paling dibenci olehnya.
“Nona Altemose” ucap pria paruh baya itu sambil membungkukkan badannya hormat.
Laura juga membalasnya dengan menganggukkan kepalanya pelan lalu ia duduk bersebrangan dengan Tiana yang selalu melontarkan tatapan tak suka kearahnya.
“Perkenalkan saya, Brant Smith, pengacara Mr. Altemose” ucapnya memperkenalkan diri.
“Kedatangan saya kesini ingin memberitahukan wasiat dan juga warisan dari Mr. Altemose” ucap Brant yang membuat Tiana langsung sumringah menatap kearahnya. Sementara Laura, ia memutar bola matanya menatap Tiana dengan malas.
“Mr. Altemose memberitahu saya bahwa ia memberikan wasiat kepada putrinya. Yaitu anda, Nona Laura” ucap Brant.
“Aku?” tanyanya dengan nada bertanya yang dibalas dengan anggukan serta senyuman ramah dari Brant.
“Mr. Altemose sudah menulisnya didalam surat ini. Anda bisa membacanya” ucap Brant sambil menyerahkan sebuah kertas yang bertuliskan sebuah wasiat.
Tiana sedari tadi hanya diam. Ia mengernyit bingung. Kenapa surat wasiat hanya ditujukan kepada Laura? Kenapa tidak kepadanya? Atau mungkin surat wasiat hanya untuk Laura namun semua warisan hanya untuknya? Jika seperti itu, maka jelas-jelas sangat menguntungkan. Begitulah pikirannya yang melayang dengan terlalu percaya diri.
Laura menerima surat itu, dan langsung membacanya. Setelah selesai membaca, ia langsung menatap kearah Brant.
“Aku tahu pasti jika Dad tahu aku tidak menyukai hal ini” ucap Laura sambil menatap Brant.
“Ya, dia tahu jika Nona pasti tidak akan menyukainya. Namun, sebagai seorang anak penerus keluarga Altemose, anda harus menjalankannya” ucap Brant.
“Bagaimana jika aku menolak?” tanya Laura.
“Anda bisa memikirkannya dahulu, Nona. Dan saya berharap anda menerimanya karena Tuan memang sudah menuliskan nama penerus perusahaannya disini” ucap Brant.
“Apa? Penerus? Perusahaan itu akan diserahkan olehnya?” tanya Tiana dengan nada seperti tidak menerima kenyataan itu.
“Benar, Nyonya. Nona Laura akan meneruskan perusahaan milik Tuan” ucap Brant.
KAMU SEDANG MEMBACA
My-Ex, My Ceo [DIXONSERIES#1]✅
RomansaBagaimana jadinya jika sepasang kekasih bekerja dalam satu perusahaan yang sama? Sudah pasti jika hal itu menyenangkan bukan? Namun bagaimana jadinya jika seorang 'mantan' kekasihmu yang merupakan kekasih pertama sekaligus kekasih terindahmu adalah...