MEREMAS rambutnya frustasi. Hal itu yang dilakukan Laura saat ia sedang berkecamuk dengan semua pikiran yang membuatnya pusing. Seperti saat ini. Ia tak henti-hentinya meremas rambut dan mengusap kasar wajah cantiknya itu."Oh God.. Apa yang harus kulakukan? Aku bahkan belum siap untuk meneruskan perusahaan itu" gumamnya sambil menenggelamkan wajahnya di ceruk-ceruk bantal.
"Bagaimana juga dengan dia saat ini? Sudah pasti jika ia tidak akan menemuiku lagi, bukan?" gumam Laura lagi. Dia yang dimaksud olehnya adalah Lucas.
Ia sedang memikirkan perasaan pria itu yang sepertinya sudah menyerah dengannya.
"Ck! Jangan pikirkan dia dulu, Laura! Fokus akan tujuanmu" gumamnya berusaha menepis pikirannya yang sempat melayang kearah Lucas beberapa menit tadi.
"Baiklah, tujunku saat ini adalah, tidak akan membiarkan wanita jalang itu menguasai perusahaan"
"Berarti aku harus menduduki kursi kebesaran itu. Oke! Berarti keputusanku sudah bulat jika aku akan meneruskan perusahaan itu"
"Tapi bagaimana posisiku yang saat ini menjadi sekretaris Lucas? Tidak apa bukan? Lagi pula ia bisa mencari sekretaris yang lain" gumamnya lalu bangkit dari rebahannya menjadi duduk diatas kasur.
Ia menatap kearah handphonenya. Sepertinya tidak ada telepon atau pun pesan yang masuk kedalam handphonenya. Ah! Tunggu-tunggu. Jadi dia berharap jika Lucas mengiriminya sebuah pesan? Apa yang sedang kau pikirkan Laura! Dia tidak mungkin melakukan hal itu! Sadarlah kalian tidak lebih dari seorang sekretaris dan bos. Begitulah pikirannya yang ntah kenapa kembali melayangkan Lucas. Sudahi semua ini sebelum rasa yang telah lama timbul kembali.
Ia kembali merebahkan dirinya, mencari posisi nyaman, dan langsung memejamkan mata. Lalu masuk ke alam bawah sadarnya.
***
Matahari sudah menampakkan dirinya dari ufuk timur. Laura sudah siap sedari tadi dengan dress bewarna hitam selutut.
Hari ini ia berencana akan pergi ke perusahaan yang sekarang sudah menjadi miliknya. Dia berencana akan melihat-lihat perusahaan itu terlebih dahulu. Karena selama ini ia belum pernah menginjakkan kaki kesana.
Ia memakai stiletto bewarna senada dengan dress yang dipakainya. Lalu ia langsung mengambil kunci mobilnya.
Laura membuka pintu kamarnya, dan menuruni anak tangga dengan langkah santai. Ia melihat kearah meja makan dimana terlihat Tiana dengan seorang pria?
"Siapa pria itu?" batinnya didalam hati.
Sebenarnya ia sangat malas jika harus melewati kedua orang itu. Namun apa boleh buat, jika pintu mansion ini harus melewati meja makan itu.
Kedua orang berlawan jenis itu menatap kearahnya. Tiana menatap kearahnya seakan sedang mengibarkan bendera perang, sementara pria itu menatap kearahnya dengan tatapan terpesona akan kecantikan milik Laura.
KAMU SEDANG MEMBACA
My-Ex, My Ceo [DIXONSERIES#1]✅
RomanceBagaimana jadinya jika sepasang kekasih bekerja dalam satu perusahaan yang sama? Sudah pasti jika hal itu menyenangkan bukan? Namun bagaimana jadinya jika seorang 'mantan' kekasihmu yang merupakan kekasih pertama sekaligus kekasih terindahmu adalah...