original: 31 Mei 2020
minor revision: 12 Nov 2021
***
Sudah seminggu berlalu semenjak Lyra memergoki Draco mencoba memasuki sebuah pintu yang tiba-tiba muncul.
"Guys, aku ingin menanyakan sesuatu. Apa kalian tahu tentang pintu yang bisa muncul tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba?" tanya Lyra.
"Hm? Maksudmu Kamar Kebutuhan?" jawab Ron yang baru saja menelan sarapannya.
Lyra melebarkan matanya, bagaimana ia bisa lupa dengan kamar itu. Ia ingat tahun kemarin ia berlatih secara diam-diam bersama anggota Dumbledore Army lainnya.
"Ada apa tiba-tiba menanyakan hal itu?" tanya Harry.
"Tidak, tidak ada apa-apa," jawab Lyra.
"Kau yakin?" tanya Hermione dengan mata menyipit.
"Yeah, sungguh. Tidak ada...apa-apa," balas Lyra pelan.
Ia menatap sekilas ke arah meja Slytherin, melihat Draco yang hanya menusuk-nusuk pancakenya yang masih utuh. Well, belakangan ini Lyra memang sering memperhatikan Draco, entah mengapa. Tiba-tiba Draco memergoki Lyra menatap ke arahnya, lalu menyeringai kecil. Dengan segera, Lyra mengalihkan pandangannya ke arah pancake miliknya dengan jantung yang lagi-lagi berdegup kencang.
"Apa yang kau lihat, Lyr?" tanya Harry, menyadari bahwa Lyra tadi memandang ke arah meja Slytherin.
"Tidak. Bukan apa-apa. Oh, omong-omong bagaimana latihan Quidditch tim Gryffindor kemarin?" tanya Lyra mencoba mengalihkan perhatian.
Sepertinya, itu berhasil, dibuktikan dengan Ron dan Harry yang membahas hal tersebut dengan semangat. Lyra sebenarnya merasa aneh, mengapa dirinya menolak mengakui bahwa dia melihati Draco? Mengapa dia mengalihkan perhatiannya dari Draco saat ia balas menatapnya?
Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya?
***
Lyra makan malam bersama ketiga sahabatnya –seperti biasanya tentu saja– sambil menatap ke arah meja Slytherin, mencari seorang pemuda berambut pirang platinum. Ia sudah mengedarkan pandangannya ke seluruh Aula Besar, tapi tak ada satupun tanda dari pemuda itu. Lyra lagi-lagi merasakan hal yang aneh, sesuatu yang disebut emosi itu sangat mengganggu dirinya. Lyra menghabiskan makanannya dengan cepat, lalu pamit dari teman-temannya.
Lyra pergi ke Menara Astronomi untuk menenangkan dirinya, senyuman palsu terpatri di wajahnya selama perjalanan, membuat otot pipinya lelah karena tersenyum pada setiap lukisan, ataupun siswa lainnya. Sesampainya di sana, Lyra kembali ke wajah tanpa emosinya.
Di sana, ia melihat orang yang ia cari-cari dari tadi, Draco Malfoy. Wajahnya terlihat lelah, seolah ia sedang menanggung beban yang sangat berat.
"Hello, Draco," sapa Lyra.
Draco sedikit tersentak, sebelum akhirnya berbalik dan menyapa Lyra.
"Oh, apa yang kau lakukan disini?" tanya Draco pelan.
"Bukannya aku yang harusnya bertanya seperti itu? Kenapa kau tidak ada di Aula Besar?" tanya Lyra sembari berjalan menuju ke sebelah Draco.
"Aku tidak lapar," balasnya sambil menatap kosong ke arah langit.
Lyra menghela napas pelan, lalu ikut menatap ke arah langit berbintang yang terlihat sangat indah malam itu. Keheningan melanda mereka sejenak, sebelum Draco kembali memulai percakapan.
"Kau tahu, aku sebenarnya tak mengerti kenapa kau ditempatkan di Gryffindor, padahal sifatmu sangat berbeda dengan makhluk-makhluk yang hanya bermodal keberanian itu," ucap Draco lalu menatap Lyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask
FanfictionLyra Charlotte White, gadis sempurna dari asrama Gryffindor, salah satu sahabat dari Harry Potter, seorang pureblood yang elegan nan ramah. Setidaknya begitulah yang dipikirkan semua orang. Sayangnya tak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pun L...