twenty six: Another Trouble

1.1K 171 25
                                    

original: 15 Nov 2020

minor revision: 22 Des 2021

***

Setiap harinya terus bertambah buruk. Para Death Eater memegang kendali penuh di Hogwarts. Lucius Malfoy sebagai kepala dari Pengawas Sekolah, Severus Snape sebagai kepala sekolah –meski Lyra tak tahu ia sebenarnya di pihak siapa– dan Carrow bersaudara sebagai guru DADA, ups, maksudnya Dark Arts, dan Muggle Studies.

Ditambah keduanya adalah wakil kepala sekolah. Lyra merasa beruntung tak mengambil kelas Muggle Studies, ia mendengar kalau muggleborn yang masuk ke kelas itu diperlakukan sangat buruk, dan bahkan ada yang dikutuk Cruciatus karena gagal menjawab pertanyaan. Lyra sedikit bergidik, Cruciatus menjadi topik yang sensitif baginya.

Namun sayangnya, Dark Arts adalah kelas yang wajib diikuti, sama seperti DADA. Tentu saja, seperti yang sudah bisa dibayangkan, teriakan terdengar dimana-mana setiap duel dilakukan. Entah karena dikutuk langsung oleh 'Profesor' Carrow, ataupun karena terkena kutukan lawan mereka sendiri.

Lyra sendiri menggunakan mantra penyembuh seperti asupan setiap hari karena terluka oleh beberapa mantra, seperti kutukan penyayat —yang setidaknya tak separah Sectumsempra-nya The Half Blood Prince, bahkan sempat hampir terbakar hidup-hidup oleh Fiendfyre.

Dan ya, Hospital Wings tak lagi menerima murid selain asrama Slytherin saat ini. Madam Pomfrey hanya diizinkan untuk mengobati murid-murid Slytherin, ataupun para Death Eater. Satu-satunya alasan ia melakukannya adalah karena nyawa keluarganya dalam ancaman.

Lyra tak bisa membayangkan betapa buruknya itu. Situasi semakin kacau dan semakin kacau setiap harinya.

"Hey, are you alright, Lyr?"

Lyra menatap Draco yang berdiri di sampingnya, lalu mengangguk sebagai jawabannya. Keduanya berada di Ruang Kebutuhan, yang pastinya jarang dimasuki meski sudah diketahui keberadaannya. Setidaknya semua Death Eater tahu bahwa Draco membutuhkan konsentrasi untuk memperbaiki The Vanishing Cabinet.

Lyra melihat baik-baik lemari tua yang tentu saja sudah tak berfungsi itu. Matanya melihat-lihat ke setiap sudut lemari, mencoba mencari sesuatu yang mungkin bisa menjadi petunjuk. Bukan untuk membantu Voldiemort tentu saja, tapi untuk mencari celah agar ada batasan yang bisa menguntungkan sisi Light.

"Percuma saja, aku sudah mencarinya sampai mataku sakit. Tidak ada yang bisa membantu kita," ucap Draco dengan wajah pahit.

"Pasti ada sesuatu. Meski waktu kita sedikit, setidaknya kita harus sedikit melemahkan Voldiemort untuk memudahkan kita," ucap Lyra.

Wajah Draco terlihat sedikit terkejut ketika mendengar panggilan Lyra untuk Voldemort.

"What? Vo-Voldie-mort? Seriously, Lyra?!"

"Yep, aku lebih senang kalau dia mati, jadi kekasihku tidak harus menanggung beban yang begitu berat," ucap Lyra sambil mendengus.

Draco menggeleng pelan mendengar ucapan Lyra.

"Seharusnya aku yang melindungimu, Lyr," ucap Draco.

"Ya, kau sudah dan masih terus melindungiku, Dray. Kalau begitu, aku ingin dia mati agar dunia sihir menjadi lebih baik lagi," ucap Lyra.

Draco tersenyum tipis, lalu dengan wajah terkejut, tangannya menarik tubuh Lyra ke dalam pelukannya. Yang pastinya membuat wajah si empunya tubuh semerah tomat.

"Tidak, tidak, jangan berpikiran negatif dulu. Kau hampir saja jatuh ke dalam lemari rongsok itu! Kalau lemari itu berfungsi, kau akan langsung terkirim ke Borgin and Burkes di Knockturn!" ucap Draco panik.

MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang