original: 5 Ags 2020
minor revision: 20 Nov 2021
***
Lyra bangun sendirian pagi itu. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan, yang artinya ia bangun kesiangan pagi ini. Biasanya, kalau Lyra belum bangun saat jam sudah menunjukkan pukul tujuh, maka Hermione yang akan membangunkannya. Namun, tentu saja hal itu tak mungkin terjadi sekarang.
Lyra segera bangkit dari tempat tidurnya dan bersiap untuk mandi, segera setelah itu ia segera membereskan tempat tidurnya sembari bersenandung.
"Lonely~feel so lonely~I have nobody~" senandungnya pelan.
Tapi tak lama kemudian, ia segera menghentikan senandungnya yang malah membuatnya semakin melankolis. Lyra benci dirinya yang terlalu emosional. Ia melangkahkan kakinya ke Aula Besar dan duduk di meja paling ujung seperti kemarin. Tatapan tajam ketiga sahabatnya masih terarah ke arahnya, oh, bonus seluruh penghuni asrama Gryffindor. Kelihatannya, sahabat-sahabatnya sudah memberitahu hal yang terjadi, lebih tepatnya Hermione.
Ia menghabiskan pancakenya dengan cepat, kemudian meneguk jus labunya, lalu meninggalkan Aula Besar begitu saja. Tanpa percakapan, tanpa senyuman, tanpa sapaan.
***
Lyra sungguh sangat sial. Hari ini adalah kelas Ramalan yang bodoh itu, dan ia harus berpasangan dengan sahabat-sahabatnya! Atau lebih tepatnya, mantan sahabatnya –meski Lyra masih menganggap mereka sahabat– yang menatap tajam terus menerus pada Lyra.
Mereka bertiga mengerjakan tugas bersama, meninggalkan Lyra yang mengerjakan tugas bodoh ini sendirian. Oh ayolah, orang kurang kerjaan mana yang mau melihat ramalan daun teh tidak jelas yang bahkan belum tentu benar! Belum lagi mereka harus mencobanya juga dengan tinta kemudian mencocokkannya!
"Oh, astaga. Ms. White, daun tehmu sungguh buruk! Kau... Kau akan selalu sendirian beberapa bulan ke depan! Oh betapa malangnya!" teriak Professor Trelawney.
Sialnya, hal ini menakuti Lyra sampai-sampai terbawa mimpi buruk di kelas Sejarah Sihir. Ya, Lyra tertidur di kelas itu, dan beruntungnya, tak ada yang sadar bahwa Lyra tertidur, lagipula hampir seluruh murid tertidur di kelas itu kecuali Hermione.
Setelah kelas Sejarah Sihir berakhir, ia memutuskan untuk menjalankan rencananya. Lagipula Trelawney sudah memberinya ramalan yang super buruk itu, karena itu, Lyra memutuskan agar ramalan itu menjadi kenyataan. Toh, hanya beberapa bulan bukan? Bukan selamanya. Karena itulah, Lyra merasa 'sedikit' tenang.
Setidaknya dengan beginilah ia bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah memanfaatkan kepopuleran Harry sebagai The-Boy-Who-Lived. Meski Lyra juga sekarang menganggap Harry sebagai sahabatnya, sih.
"Good afternoon, Lyra!!" sapa seorang murid Gryffindor setahun di bawah Lyra.
Lyra baru saja memikirkan rencananya, dan sepertinya langsung terwujud saat ini.
"Hm, good afternoon, halfblood," ucap Lyra sambil menatap sinis gadis itu.
Wajah gadis itu terlihat terkejut dan tak percaya, membuat Lyra merasa sangat bersalah. Tapi, sebagai Gryffindor sejati –meski ia sempat hampir ditempatkan di Slytherin– ia harus berani bertanggung jawab atas perbuatannya bukan? Meski itu sedikit menyakitkan.
Lyra segera pergi dari hadapan gadis itu dengan wajah dingin, kemudian membalas sapaan orang-orang di sekitarnya dengan memanggil status darah mereka diikuti tatapan sinis. Tentu saja, perubahan sikap Lyra segera menjadi perbincangan satu kastil hari itu.
***
"Apa aku terlalu cepat bertindak, ya?" gumam Lyra yang sedang berbaring di kasurnya.
Matanya menatap kosong ke langit-langit kamar, kemudian menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask
FanfictionLyra Charlotte White, gadis sempurna dari asrama Gryffindor, salah satu sahabat dari Harry Potter, seorang pureblood yang elegan nan ramah. Setidaknya begitulah yang dipikirkan semua orang. Sayangnya tak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pun L...