Start It Again

1.4K 179 19
                                    

Yap, interlude lagi! Maaf kalau misalnya aku ga nge-post chatpter selanjutnya dan malah nge-post chap interlude (。•́︿•̀。)

Tapiii chapter ini bakalan berperan penting buat nutupin plot hole yang nanti bakalan muncul, dan buat stabilin alurnya juga, hehe

So, here it is!

P/S: Ini dari sudut pandang Draco loh!
-----------

Sesosok anak lelaki berambut pirang platina berjalan menuju ke sebuah padang bunga yang dipenuhi bunga-bunga cantik, seperti namanya. Tempat rahasia, katanya.

Ia mendudukkan diri di pinggiran padang bunga dan bersandar di batang pohon ek tua yang entah sejak kapan sudah ada di sana. Kaki pendeknya ia julurkan ke depan, sementara tangannya menraih buku kecil yang ia simpan di kantung celananya.

Rupa-rupanya buku kecil itu berisi daftar kejahilan yang diam-diam dia lakukan pada para house-elf miliknya. Ia tidak berani melakukannya pada orang tuanya, bisa-bisa ia dimarahi sepanjang hari.

Tiba-tiba seorang gadis kecil yang kelihatannya seumuran dengannya berjalan menuju padang. Anak lelaki itu memiringkan kepalanya, bingung entah siapa yang bisa menemukan tempat rahasianya.

Gadis itu memiliki rambut yang aneh, rambut bagian bawahnya berwarna cokelat gelap, sementara dari puncak kepalanya sampai bagian pertengahan berwarna putih.

Draco, nama anak lelaki itu, menghampiri gadis kecil itu. Rupa-rupanya gadis itu sedang menangis.

"Kenapa kamu menangis?"tanya Draco.
"A.. aku.. di.. hiks... marahi.. hiks... Mum dan Dad... ka-karena.. hiks.. a-aku tidak bisa hiks.. ter-tersenyum di pertemuan,"balasnya sambil menangis.

Draco menatapnya dengan mata bulatnya, lalu menepuk pelan pundaknya. Tangannya menggandeng tangan gadis itu menuju pohon ek tempatnya bersandar tadi. Ia mendudukkannya tepat di sebelahnya.

"Jangan menangis,"ucap Draco sambil menepuk-nepuk pundak gadis itu.
"Ini salahku.. hiks... ha-harusnya aku tersenyum.. hiks.."

Draco kemudian bertanya,"Memangnya kenapa harus tersenyum?"

"Ka-kata hiks.. Mother dan Father hiks.. aku..aku hiks.. ti-tidak boleh hiks.. mempermalukan nama White hiks.. ta-tapi aku takut hiks.. orang-orang te-terus melihatiku huwaa..."

Draco kemudian terlihat semakin kebingungan ketika melihat gadis itu menangis semakin kencang. Bingung harus melakukan apa, tiba-tiba ia mengingat ibunya. Biasanya, ibunya akan memeluknya kalau ia menangis, jadi ia juga memeluk gadis itu. Perlahan, tangisan gadis berambut aneh itu berhenti.

Ketika gadis itu berhenti menangis, Draco melepas pelukannya lalu menepuk punggung bergetar gadis itu.

"Jangan menangis lagi,"ucap Draco. "Kamu tidak perlu menangis, aku akan mengajarkan trik supaya kamu bisa tersenyum di hadapan orang-orang, jadi Father dan Mother mu tidak akan marah lagi."

Gadis itu kemudian mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Draco, mata bulat merahnya terlihat berkaca-kaca, bibirnya sedikit bergetar, ia lalu bertanya,"Benarkah?"

Draco mengangguk-angguk lalu tersenyum lebar. Gadis itu perlahan mulai mencoba untuk tersenyum, meski yang terbentuk hanyalah lengkungan kecil yang bergetar menahan isakan.

"Omong-omong siapa namamu, aku Draco, Draco Malfoy,"ucap Draco dengan senyum lebar seperti sebelumnya.
"Ly-Lyra. Aku Lyra White,"ucap gadis itu, Lyra, sambil sedikit menunduk.
"Namamu berasal dari rasi bintang juga! Hehe, kita sama,"ucap Draco sambil terkikik kecil.

MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang