twenty eight: Again

1K 165 6
                                    

original: 26 Nov 2020

minor revision: 24 Des 2021

***

Lyra berjalan dengan perlahan menuju Menara Gryffindor setelah dirinya membantu Draco di Kamar Kebutuhan. Wajahnya terlihat pucat setelah sihirnya terkuras dalam waktu singkat, mengingatkannya dengan kejadian di White Manor.

Pikirannya kembali berkecamuk kemana-mana. St. Mungo, tidak, Wizarding World sudah tak aman lagi, Death Eater yang sebelumnya menyerang secara sembunyi-sembunyi kini mulai beraksi secara aktif. Mereka mengadakan raid secara besar-besaran, bahkan di desa sihir sekalipun. Hanya karena ada muggleborn yang tinggal disana, mereka seenaknya melakukan raid besar-besaran yang menewaskan setengah populasi di sana.

Dengan diikuti penyerangan di tempat-tempat penting seperti Diagon Alley dan Hogsmeade, maka tak heran lagi kalau St. Mungo juga terkena imbasnya. Dua hari setelah Lyra keluar dari sana, Death Eater mulai menyerang dari dalam rumah sakit. Akibatnya, tak ada lagi tempat perawatan bagi para penyihir yang berada di pihak Light. Semuanya kacau balau.

Lyra berjalan sedikit terhuyung-huyung, hanya tinggal beberapa anak tangga lagi dan ia akan tiba di depan lukisan The Fat Lady. Setiap kali ia naik satu anak tangga, ingatan tentang Golden Quartet kembali terputar di ingatannya. Naik satu anak tangga lagi, ingatan tentang Draco dan kekhawatiran Lyra padanya terputar dalam pikirannya. Naik satu anak tangga lagi, ingatan tentang orang tua dan kakaknya terputar di kepalanya.

Tanpa pikir panjang tangannya meraih sebuah vial ramuan berukuran kecil dari dalam sakunya. Ia menenggak habis seluruh isinya, ia menarik napasnya lalu membuangnya perlahan. Lyra memasukkan kembali vial itu ke dalam sakunya, tanpa menyadari sebuah catatan telah terjatuh.

Caution! Only tree drops per dose (take another dose after 8 hours)

***

Lyra menghempaskan tubuhnya ke salah satu sofa di ruang rekreasi.  Matanya memandang perapian yang terletak tak jauh dari tempatnya duduk. Di depan perapian, terlihat murid-murid tahun pertama yang tengah bermain Exploding Snap, Lyra terdiam, tak ada sedikitpun perasaan yang terlintas dalam hatinya. Matanya buru-buru beralih pada murid-murid tahun kelima yang tengah sibuk belajar untuk O.W.L. , hal itu namun lagi-lagi, dirinya tak mengingatkannya pada tahun kelima, namun lagi-lagi ia tak merasakan apapun.

Lyra menyadari ada sesuatu yang salah dengannya, ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamarnya. Dengan gerakan cepat kakinya berjalan menuju cermin dan berdiri tepat di hadapan bayangannya sendiri. Lyra mengangkat sebelah tangannya untuk mengecek cermin itu, berjaga-jaga kalau cermin itu bukanlah cermin sihir.

Dirinya sama sekali tak merasakan apa-apa. Sorot mata dan ekspresi wajah yang ia lihat di cermin, mengingatkannya pada masa lalunya, ketika ia sama sekali tak bisa merasakan apapun. Lyra mencoba tersenyum, namun dirinya sama sekali tak bisa tersenyum, bahkan tak merasakan apapun.

"Hello," gumamnya.

Suaranya masih keluar dengan baik, namun semua perasaannya tiba-tiba menghilang begitu saja. Dirinya seharusnya merasa sedih karena melihat wajah tanpa emosi yang mengingatkannya pada masa lalunya, tapi tidak, dirinya tak merasakan apapun. Lyra masih mengingat rasa depresinya, rasa sedihnya, rasa takutnya yang selalu ia rasakan setiap harinya selama sepuluh tahun hidupnya. Namun kali ini, ia benar-benar tak bisa merasakan apapun.

Kakkinya lalu melangkah keluar dari kamarnya dan bergerak dengan sangat cepat keluar dari ruang rekreasi asrama Gryffindor. Dirinya sempat berpapasan dengan beberapa murid dari asrama lain, mereka menyapanya dengan senyuman, namun tak satupun yang bisa ia balas kembali dengan senyuman.

MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang