seventeen: Remember

1.2K 162 4
                                    

original: 9 Sep 2020

minor revision: 9 Des 2021

***

Lyra terbangun di pagi hari dengan kepala yang berdenyut sakit. Ia mendecih pelan ketika mendapati kamar yang ia tempati sudah kosong melompong. Tangannya meraih tongkat yang ia simpan di kantung piyamanya dan men-tranfigurasikannya kembali menjadi jubah dan seragam. Ia menggumamkan mantra 'Tempus' dan melototkan matanya ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima menit. Tinggal dua puluh lima menit lagi dan ia akan terlambat.

"Merlin! Kenapa tak ada yang membangunkanku?!"

Lyra menyambar handuk dan mandi secara terburu-buru. Itu saja sudah memakan waktu 15 menit. Ia kemudian mengambil buku Mantranya, lalu berlari menuju Aula Besar hanya untuk mendapati makanan yang hanya tersisa beberapa piring treacle tart saja. Setelah mengambil beberapa potong treacle tart, ia mengunyahnya dengan cepat kemudian berlari lagi ke kelas Mantra.

Kelas baru terisi setengahnya, dan Lyra menghela napas lega karena Professor Flitwick belum masuk ke kelas.

"Oh lihat ini, Primadona Hogwarts kita hampir terlambat, huh?"

Mata Lyra mendelik tajam ketika mendengar suara Pansy Parkinson dengan nada menyebalkannya. Lyra sama sekali lupa kalau hari ini adalah kelas Mantra bersama Slytherin. Beberapa murid Slytherin tertawa mendengar ucapan Parkinson, sedang Draco hanya menatap tajam pada Parkinson. Lyra tersenyum kecil melihat Draco, yang dibalas dengan senyuman kecil pula.

"Aku bukan lagi Primadona Hogwarts kalau kau mau tahu, Parkinson. Dan lagipula yang terpenting aku belum terlambat," desis Lyra tajam.

Parkinson kemudian tertawa ketika mendengar ucapan Lyra, lalu melipat kedua tangannya di dada sembari melihat Lyra dengan tatapan menghina. Senyum miring menghiasi wajahnya, lalu membalas Lyra dengan ucapan tajam.

"Oh, baiklah. Kalau begitu 'Murid yang Dijauhi oleh Seluruh Kastil Karena Bermuka Dua',"  ucap Parkinson terkikik kecil.

"Sudahlah, Pansy. Abaikan saja dia," ucap Draco dengan nada dinginnya.

Lyra tersenyum diam-diam ketika mendengar ucapan Draco. Parkinson mengalihkan pandangannya pada Draco lalu menjawab, "Kenapa kau begitu peduli?"

Draco hanya menatapnya tajam, belum sempat ia membalas, Professor Flitwick sudah memasuki kelas dan memulai kegiatan pembelajaran. Sepanjang pelajaran, Lyra mengernyitkan dahinya terus menerus, kepalanya sering sakit sejak mendapat ingatan di Manor tentang sosok Jeffrey.

"Apakah kau baik-baik saja, Miss White? Kau terlihat menahan sakit."

Lyra menunduk dan mendapati Professor Flitwick menatapnya khawatir. Ia tersenyum kecil kemudian membalas, "Saya baik-baik saja, Profe.."

Lyra memejamkan matanya menahan sakit yang menjadi-jadi. Sosok laki-laki berambut putih dengan mata emas yang menatapnya khawatir muncul di hadapannya.

"Apa kau baik-baik saja, Lyra?"

"Sudahlah, Mum. Abaikan dia! Jangan hukum dia!"

Sedikit demi sedikit, ingatan-ingatan lain terasa semakin jelas. Pandangannya menggelap, sebelum akhirnya terjatuh ke lantai.

"Siapapun, tolong bantu papah Miss White ke Hospital Wing!" teriak Professor Flitwick yang kemudian berusaha mengangkat Lyra dengan tubuh kecilnya.

Tentu saja, ia butuh bantuan untuk memapah Lyra, namun semua murid di kelas itu terlihat enggan melakukannya, sebelum akhirnya Draco berdiri dan berkata, "Biar saya saja, Professor."

MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang