Jangan lupa vote & komentar yang banyak biar tambah semangat wkwk
🌷Tama berdecak kesal setelah benar-benar sadar akan kelakuannya pada saat Sandra menghilang, ah bukan, maksud Tama adalah Sandra tidak sengaja tidur di ruangan sempit tepat di sebelah gudang. "Bangun lo!" ujar Tama.
Sandra bingung melihat wajah masam Tama yang sama sekali tidak ramah.
Sandra bertanya-tanya, memangnya apa salahnya hingga Tama bermuka masam begini?
Tck! Sekali lagi Tama berdecak dengan kesal karena Sandra masih saja duduk di lantai. Dengan tidak sabar Tama menarik tangan Sandra hingga mereka memiliki jarak yang terlalu dekat. Keduanya salah tingkah dan saling berdehem demi menepis gugup yang tiba-tiba saja menghampiri.
Tama melirik Sandra. Gadis itu masih membuang mukanya. "Lain kali!" ujar Tama menjeda ucapannya agar Sandra kembali menatapnya. "Lain kali jangan bertingkah konyol seperti tadi. Begok kok dipelihara," lanjutnya.
Sandra mencebikan bibirnya. Mulut Tama tidak ada manisnya kalau bersamanya. Selalu saja menggunakan emosi jika bicara. Sandra tidak habis pikir kepada Tama. Apa yang kira-kira membuat Tama sangat tidak menyukainya. Memang, sejak pertama kali bertemu pada beberapa tahun yang lalu, saat Tama berusia sepuluh tahun dan Sandra sembilan tahun, Tama tidak pernah ramah pada Sandra. Hanya Sandra yang kadang menyapanya.
Bosan karena sikap cuek Tama, akhirnya Sandra ikut mengabaikannya. Bukannya berubah, tetapi Tama semakin menjadi, apalagi saat Sandra terang-terangan mengatakan bahwa ia juga tidak menyukai Tama, tapi menyukai Rino. Sikap Tama semakin mengesalkan. Ada saja ulah Sandra yang salah di mata Tama. Bahkan ketika Sandra tidak melakukan kesalahan itu.
"Itu karena lo ngobrol sama Nada," bisik Sandra dengan cepat. Ia tak berharap Tama mendengarnya.
"Apa lo bilang?" tanya Tama. Syukurlah, bathin Sandra. Tama tidak mendengar apa yang dirinya katakan.
"Tama begok! Nyebelin! Ngeselin!" Jujur Sandra dalam mengatai Tama, karena tunangannya itu benar-benar bodoh dalam bersikap.
Masalah pelajaran Tama memang pintar sama seperti Sandra. Oleh karena itu ia bisa loncat kelas. Seharusnya Sandra masih di kelas sepuluh saat ini, tapi karena ia sekolah lebih cepat, jadi ia sekarang sudah kelas sebelas. Sama seperti Nada, dia juga masuk sekolah lebih cepat.
Sandra menepuk jidatnya, kenapa pula ia terpikirkan masalah loncat kelas di saat seperti ini.
"Lo begok benaran ya, San?" Tama menyindir Sandra karena Sandra sibuk menepuk jidatnya.
"Lo yang begok, Tama! Nyebelin!" ulang Sandra.
Kekesalan Tama bertambah setelah mendengar apa yang Sandra katakan. Tama geram dengan penilaian Sandra atas dirinya. Tama mendekati Sandra hingga Sandra mundur dan terhimpit pada tembok. Senyum sinis Tama muncul di antara sudut bibirnya. "Cowok begok yang lo maksud ini yang akan jadi suami lo nanti, Sandra," ucapnya sengaja mengingatkan Sandra.
Sandra menatap Tama dengan tatapan penuh rasa kecewa. "Tapi hati cowok begok ini malah milih cewek lain buat disayang," balasnya tanpa sekalipun mengalihkan tatapannya dari Tama.
"Sama kayak lo yang cintanya buat Rino," Tama ikut membalas Sandra. Keduanya terdiam, hanya ada desiran angin yang berembus di antara mereka. Saling menatap seperti ini membuat Tama menemukan dirinya di mata Sandra, begitu juga Sandra, berada sedekat ini dengan Tama, ia bisa mendapati hanya ada dirinya saja di mata cowok itu.
Siapa yang tahu pada saat posisi seperti ini, jantung keduanya bertalu. Sandra baru menyadarinya setelah Tama mencuri satu kecupan di pipinya. Begitu juga dengan Tama. Ia sungguh terkejut dengan apa yang dirinya lakukan. Tidak ingin terlalu lama berada dalam keadaan canggung, Sandra berlari menjauhi Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
LULUH
Teen FictionSequel Wedding Fashion & Wedding Flowers. *** "Karena gue terlalu baik buat lo!" Galio Satama. "Karena lo nggak pantas buat gue!" Sandra Antranajaga. Mereka berdua adalah Tom & Jerry di SMA Persada. Satu kelas, satu bangku. Bayangkan betapa hebohn...