Luluh 22 ~ Pembalasan

2K 160 13
                                    

Keadaan masih seperti beberapa menit yang lalu. Meja masih dipenuhi oleh makanan. Sandra masih sibuk bersama Yudo dan Nando. Sementara Tama? Masih merengut menahan kekesalan atas apa yang sejak tadi matanya lihat.

Yudo dan Nando masih berebut minta disuapi. Sementara Sandra mau-mau saja memenuhi keinginan dua serangkai itu. Raga? Cowok itu sibuk merekam aksi ketiganya.

Tama berdecak sebal. Makanan di depannya ini tampak tak menarik lagi. Jelas dia cemburu. Namun, untuk mengakui itu Tama tak sudi. Apa lagi di depan ketiga sahabatnya.

"Sini gue yang suapin!" dengan cepat Tama merebut daging panggang yang lagi-lagi telah terbungkus daun sawi itu dari tangan Nando yang bersiap memberikannya pada Sandar. Tak perlu Tama sebutkan namanya, semua orang sudah tahu apa yang dia maksud.

"Apaan sih lo?! Gue maunya Sandra yang nyuapin,"

Tama memutar bola matanya. "Gue aja!" tegasnya. Yudo bersorak, begitu juga dengan Raga. "Ayo! Ayo! Suapin!" seru Yudo membuat heboh meja mereka.

Senyum sinis terlihat jelas pada wajah Tama. Dia sudah menemukan cara agar Nando jera minta di suapi dengan Sandra. Tak tanggung-tanggung, Tama menuangkan saus pedas ke bagian dalam daging.

"Gila lo, pedas banget tuh kayaknya," Nando meringis.

"Alah gini aja kok nyerah. Coba nih, aaaaaa...." terpaksa Nando mengangakan mulutnya.

"Gimana? Enak, kan?" tanya Tama sambil mengedikan dagunya. Tama puas. Wajah Nando yang memerah menandakan dia sedang tersiksa karena kepedasan.

"Giliran lo, Do!" Tama menyiapkan daging dan sawi serta saus untuk Yudo.

Cowok itu menggeleng, menolak suapan Tama yang sedang memaksanya. "Nggak! Gue nggak mau!" tak ada yang bisa menghentikan Galio Satama. Meskipun jaraknya dan Yudo terhalang meja, tapi sawi dan daging dengan saus super pedas sudah masuk ke dalam mulutnya.

Yudo kepedasan saat kunyahan kesekian yang ia paksakan. Hingga akhirnya cowok itu memuntahkan makanannya. Gelak tawa terdengar. "Kenapa lo?" siapa lagi pelakunya kalau bukan Tama.

"Gila!" ekspresi Yudo tak dapat digambarkan. Cowok yang hobinya mengerjai Tama itu kini mendapat pembalasan. Wajah Yudo jauh lebih merah dari Nando, partnernya dalam menyusun strategi untuk mengerjai Tama. Sial! Namun, meskipun mederita akibat pembalasan Tama, keduanya tampak tak menyesal telah membuat Tama cemburu buta.

Ck. Artinya Yudo dan Nando sengaja merebut perhatian Sandra.
Tak ingin merasakan pembalasan hanya berdua saja, Yudo dan Nando diam-diam sepakat untuk membuat Raga merasakan hal yang sama. Nando berlari ke sebelah Raga. Bersiap memegangi tangan cowok itu.

"Apa-apaan lo? Ehh lepasin gue!" aktivitas Raga yang sejak tadi memanggang daging pun terhenti begitu Nando nekat mengunci kedua tangannya. "Enak aja, lo juga kebagian disuapin Sandra kali! Sekarang rasakan saus pedas ini," dan Yudo berhasil memaksa Raga menikmati daging, sawi beserta saus yang super pedas itu.

Sama seperti Yudo, Raga yang tak terlalu suka pedas kualahan hingga hampir tersedak makanan. Bukannya menolong, Yudo dan Nando justru dengan senang hati menertawakannya.

Raga meraih segelas air, meneguknya hingga kandas. Gelak tawa Tama menghentikan gerakan tangannya. Begitu ia menoleh pada dua serangkai Yudo dan Nando, sebuah rencana tersembunyi telah disepakati.

Tama yang melihat ketiganya mengalihkan perhatian padanya mendadak memiliki firasat buruk. Gelak tawanya terdengar sumbang. Perlahan, Tama mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan. Tangan kirinya meletakan uang itu ke atas meja selama waktu tersisa. Sementara tangan kanannya dengan cepat meraih pergelangan tangan Sandra. "San ayo balik," ucapnya. Lalu setelah itu ia menarik Sandra, meninggalkan pekikan dari ketiga sahabatnya.

Ketika Tama menoleh, ketiga sahabatnya tertinggal di belakang. "Cepat san!" ujar Tama.

"Astaga Tama kenapa harus lari?" di sela lelahnya, Sandra bertanya.

"Masuk ke mobil!" tanpa menjawab pertanyaan Sandra, Tama meminta Sandra untuk segera masuk ke mobil. Meskipun kesal, Sandra menuruti.

Tama juga melakukan hal yang sama. Cowok itu segera masuk ke mobilnya. Sebelum meninggalkan parkiran restoran, Tama menurunkan kaca mobilnya terlebih dahulu. Mengacungkan jari tengahnya pada ketiga sahabatnya yang masih berlari mengejar mereka. "Bye!" seru Tama. Lalu kendaraan roda Empat itu pun pergi menyisakan debu saja.

Sandra menganga tak percaya. Dia menoleh ke belakang, bingung dengan ketiga cowok yang Tama tinggalkan. "Tama! Mereka gimana?" tanyanya.

"Biarin aja. Mereka bisa pulang naik taksi, atau sekalian jalan kaki," jawab Tama tak peduli.

Sandra menghempaskan punggungnya. Bersedekap dan menghadap ke depan. Sebal dengan tingkah Tama yang kekanakan.

"Kamu kesal?" Tama membuka mulutnya saat mobil sudah cukup jauh meninggalkan restoran. Dapat Tama lihat wajah Sandra merengut sebal. "Seriusan kamu marah sama aku, San?" Tama tak percaya Sandra justru marah padanya.

Tama bertanya-tanya apakah Sandra tidak sadar dia adalah seorang korban di sini?

"Aku nggak suka kamu kayak gitu ke teman-teman kamu, dikira aku yang ngeracunin kamu," balas Sandra.

"Nggak mungkin mereka mikir kayak gitu! Buktinya mereka sengaja rebut perhatian kamu dari aku,"

Sandra berdecak sebal. Tak setuju dengan tuduhan Tama pada teman-temannya. Sandra senang-senang saja dikelilingi canda tawa mereka. Sandra tidak suka Tama seenaknya menuduh seperti itu.

"San?" panggil Tama karena Sandra mendiamkannya.

"Sayang? Beneran marah ini?" mendengar Tama memanggilnya seperti itu membuat Sandra tak bisa mengontrol dirinya. Lagi-lagi wajah cantiknya berubah menjadi merah. Namun, bukannya luluh, Sandra justru menyembunyikan wajahnya ke arah jendela. "Tama apa-apaan sih?" gerutunya.

"Aku kenapa?" Tama menghela napasnya. Kebetulan telinganya masih mendengar gerutuan Sandra. "Ya udah aku minta maaf kalau tingkahku tadi bikin kamu nggak nyaman," ucapnya pasrah.

Beberapa menit kemudian suara Tama tak terdengar lagi. Sandra yang penasaran akhirnya menolehkan kepalanya juga. "Tama," panggilnya pelan.

"Hem?" sahutan Tama tak membuat Sandra lega. Segenap tanya memenuhi benak gadis itu. Ia menelisik kembali sikapnya hari ini. Lalu, sebuah kesimpulan dirinya temukan.

Sandra tak ingin ragu lagi, "Kamu cemburu karena aku ngobrol sama teman-teman kamu?" tanya terembus dari mulutnya.

Benarkah Tama cemburu hingga tega mengerjai teman-temannya dengan saus super pedas? Kemudian membiarkan ketiganya pulang naik taksi, apa itu pembalasan atas rasa cemburu yang Tama rasakan?

Sandra menunggu jawaban Tama. Namun, suara Tama tak terdengar juga hingga belasan menit terlewati. Terakhir kali, Sandra hanya melihat cowok itu mengedikan bahu seolah tak peduli. Satu yang Sandra pikirkan, kini giliran Tama yang marah padanya. Membalas sikapnya beberapa saat yang lalu.
Sandra mengembuskan napas dengan berat. Tama bagai tak ingin diganggu. Terpaksa Sandra ikut membungkam mulutnya, menatap ke depan tanpa menoleh sekali pun. Membiarkan Tama menyetir dengan tenang tanpa harus mengusiknya lagi.
.
.

Lanjut?

Kalian sudah baca Naik Turun Ranjang belum, ya?? Yuk mampir ke sana.

Mampir juga di ceritaku IMAM UNTUK MIRENDA.

Sayang kalian 💕
Awindsari, 5 Januari 2021.

Revisi, 21 Februari 2023.
Tetap lanjut walau komentar minim 😂

LULUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang