Luluh 17 ~ Kantin Sekolah 🏣

1.6K 195 39
                                    

Selamat siang. Jangan lupa vote ya
***

Pak Yuhar menaikan kaca matanya yang turun. Guru BK SMA Persada itu tampak lucu sebenarnya. Hanya saja siswa siswi yang terlanjur berhadapan dengannya akan mendapatkan ganjaran yang setimpal menurutnya.

Tama adalah pentolan SMA Persada. Jenius dan gampang menerima pelajaran apapun. Tama tak pernah mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang guru berikan sekalipun ia tak mencatat seperti teman sekelasnya yang lain.

Itu lah kenapa Pak Yuhar heran Tama dilaporkan telah merusak tanaman hingga untuk pertama kalinya dipanggil ke ruang BK ini.
"Kenapa kamu merusak tanaman, Tama?" Adalah pertanyaan pertama yang Pak Yuhar berikan pada cowok berponi itu.

Ingin sekali Tama berdecak sebal. Bukan maksudnya merusak tanaman, hanya saja mawar-mawar itu terlalu cantik untuk dirinya lewatkan. Tama memetiknya untuk diberikan pada Sandra. Sebab saat itu hanya Sandra yang ada di dalam benaknya kala melihat cantiknya bunga mawar yang mengembang meski berada di bawah teriknya matahari.

"Maafin saya Pak, saya janji nggak akan mengulanginya lagi," ucap Tama. Pak Yuhar menghela napasnya dengan berat. "Kamu tetap akan mendapatkan hukuman, Tama," jelasnya.

"Besok pagi datang ke sekolah, bawa satu pot bunga mawar,"

"Ohhh baik Pak itu mudah," sahut Tama.

Pak Yuhar menggelengkan kepalanya. Jarinya pun digerakan. Tama mulai curiga, ia yakin tak hanya itu hukuman yang Pak Yuhar berikan untuknya. "Ada apa, Pak?" tanya Tama penasaran.

"Kamu juga harus merawat bunga itu setiap hari,"

Bola mata Tama membesar. Seakan keluar dari tempatnya. Astaga! Pak Yuhar menyuruhnya merawat bunga itu rupanya.

"Tapi sampai kapan, Pak?"

"Sampai saya bosan!"

"Huhhh! Pak ini nggak adil. Saya ..."

"Galio Satama, kamu yakin nggak akan mengulanginya lagi? Lakukan saja hukumanmu dengan baik."

Maka Tama tahu ia tak akan bisa menolak hukuman itu. Tck! Andai saja cintanya tidak menggebu-gebu pada Sandra, mungkin ia tak akan mendapat hukuman paling konyol seperti ini. Lebih baik Tama berlari keliling lapangan dari pada merawat tanaman. Tama keluar dari ruang BK dengan raut wajah yang kesal.

Sesungguhnya, Tama tak ingin masuk kembali ke kelas andai Sandra tidak memintanya. Sebelum pergi menemui Pak Yuhar tadi, Tama sempat berjanji untuk kembali ke kelas dengan cepat.

"Permisi Bu," sapa Tama dengan sopan. Ia mengetuk pintu terlebih dahulu sebab pelajaran sudah dimulai.

Tama sempat mendapatkan beberapa pertanyaan dari guru yang mengajar mata pelajaran Seni Budaya siang itu. Tentang alasannya terlambat, meski sebenarnya guru itu sudah tahu ke mana Tama pergi. Tama menjelaskan dengan baik hingga ia dibolehkan untuk masuk ke kelas. Hanya saja, Tama tidak mengatakan ke mana bunga mawar itu sekarang.

Tama mendudukan dirinya tepat di samping Sandra. Keduanya saling mencuri pandang sesekali. Takut ketahuan oleh guru Seni Budaya.

"Kamu nggak apa-apa?" bisik Sandra. Matanya menatap ke depan, pada guru yang sedang menjelaskan.

Alih-alih menjawab, Tama diam-diam menarik tangan Sandra ke bawah meja. Menggenggam jemarinya tanpa takut ketahuan.

Sandra terkejut, ia mendelik pada Tama. Memberi peringatan seraya berusaha melepaskan genggaman tangan Tama.

"Ssttttttt," bisik Tama. Kepalanya sudah kembali menghadap ke depan. Seolah fokus mendengarkan penjelasan guru Seni Budaya di sana. Padahal, cowok itu sedang menikmati degupan jantungnya karena menggenggam tangan Sandra. Sementara Sandra sendiri, pada akhirnya memilih untuk diam. Menolak Tama sama saja dengan membiarkan guru dan teman sekelasnya tahu tentang kelakuan cowok itu.

LULUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang