Luluh 5 ~ Sebangku ✅

5K 438 16
                                    

Happy reading :)
🌾🌾🌾

Mulut Sandra terbuka dengan sangat lebar saat mendapati kursi kosong di sebelah Tama adalah miliknya.

Ia menunjuk bangku itu tidak percaya. "Ini serius?" tanyanya. Tama dengan cuek menganggukan kepalanya.

"Astaga!! Ini nggak adil." Sandra menolak duduk di sebelah Tama.

Tama tersinggung mendengar perkataan Sandra. Memangnya apa yang salah duduk sebangku dengan tunangan sendiri? Sandra saja yang terlalu banyak maunya. Dan, kalau boleh jujur Tama juga tidak sudi duduk berdua beresebalahan dengan Sandra, tapi ini semua gurunya yang atur.

Dengusan sebal muncul dari mulut Tama. "Lesehan aja lo kalau nggak suka!" ujarnya.

Sandra tidak menghiraukan perkataan Tama. Ia masih terlalu sibuk membayangkan apa yang akan terjadi selama dua semester duduk sebangku bersama Tama. Rasanya Sandra akan mati menahan kejahilan Tama yang selalu membuatnya kesal. Sandra ingin protes, tetapi sayang, sesuai peraturan di sekolah ini, murid dilarang komplen setelah guru membagi ruang kelas beserta bangku masing-masing. Bukan apa-apa, tetapi itu hanya akan membuat guru repot mengurusnya.

Terpaksa Sandra menerimanya. Ia meletakan tasnya di atas meja dan mendudukan dirinya di kursi tepat di sebelah Tama.

Sandra menoleh sebal. Mimpi apa ia semalam, sehingga bisa berusan dengan Tama sepagi ini? Padahal Sandra merasa ia tidak memiliki masalah apapun selain Tama adalah tunangannya yang hatinya sudah terjerat pesona Nada.

Sandra menghela napasnya dengan lelah. Kalau sudah begini Sandra hanya bisa pasrah duduk di sebelah Tama selama kelas Sebelas.

"Manyun aja terus itu mulut! Gue lakban nih biar nggak banyak protes," sindir Tama.

Lihat, belum sehari sudah ada saja kata-kata Tama yang membuat Sandra ingin mencengkram mulutnya.

Sandra tidak berniat membalas ucapan Tama. Sandra tahu Tama sedang memancingnya untuk berbalas kata dan akhirnya mereka akan saling membenci lagi. Sandra tidak suka kenyataan itu.

Sementara itu, tanpa mereka sadari Nada memperhatikan keduanya dari ambang pintu. Ia sudah berdiri di sana sejak Sandra dan Tama duduk di bangku itu.

"Tama!" seru Nada pada akhirnya. Ia melambaikan tangan saat sepasang mata Tama menatapnya.

Wajah datar yang sejak tadi Tama tunjukan kepada Sandra kini berubah ramah saat melihat Nada. Sandra memutar bola matanya, jengah akan sikap Tama yang tak adil terhadapnya.

Begitu cowok yang nanti akan jadi suaminya? Sandra mencebikan bibirnya. Ia benar-benar harus membuat Mama dan Papanya sadar bahwa perjodohan ini tidak bisa dipaksakan.

Tama meninggalkan Sandra begitu saja. Perhatiannya sudah sepenuhnya milik Nada. "Kenapa ke sini?" tanya cowok itu sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.

 "Kenapa ke sini?" tanya cowok itu sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LULUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang