Luluh 21 ~ Penderitaan Tama 😾😿

1.5K 170 16
                                    

Tawa Sandra tak bisa ditahan saat melihat kelakuan absurd Yudo dan Nando. Dia tak menyangka keputusan untuk ikut bersama keempat cowok di depannya ini menghabiskan waktu akhir pekan betul-betul membuatnya happy.

Mereka berlima baru saja sampai di restoran. Dikelilingi keempat cowok ganteng membuat Sandra menjadi pusat perhatian di tempat ini, tapi hal itu tak membuat Sandra menghentikan kesenangannya.

"Ettss gue duduk di samping Sandra!" Dengan cepat Nando melewati Tama. Membuat lelaki itu menghela napas dengan berat. Terpaksa dia mengalah dari pada Nando banyak bicara.

"Wishhh gue duduk duluan!" Kali ini pun Tama keduluan menempati kursi di sisi Sandra yang lainnya. Cowok itu menatap Yudo dengan tajam. Mengancam agar Yudo menyingkir dari sana, tapi Yudo seolah sengaja mengabaikannya.

Tama melirik Sandra. Tunangannya sudah sibuk menertawakan cerita aneh yang Nando ungkapkan. Sandra juga sesekali menimpali ucapan Yudo yang juga tak kalah aneh di telinga Tama.

Decakan sebal ia keluarkan karena tak berhasil mendapatkan perhatian Sandra. Pacarnya tampak tak peduli di mana pun dia mendudukan diri.

Akhirnya Tama duduk di sebelah Raga yang duduk di sisi Nando, berlawanan dengan tempat duduk Sandra. Tama pikir hal itu bisa manarik rasa penasaran Sandra, tetapi gadis itu masih saja sibuk bersama Nando dan Yudo. Mendadak Tama menyesal menerima tawaran pergi bersama ketiga kawannya pagi tadi. Coba saja Ketiga sahabatnya tidak tiba-tiba datang ke rumah, mungkin dia dan Sandra bisa menghabiskan waktu bersama, berdua saja.

"Kalian mau pesan apa?" Pertanyaan Raga membuat perhatian Tama tertuju padanya. Begitu juga dengan Ketiga orang yang sibuk bercanda.

"Tama mau makan apa?" dlDan Tama merasa beruntung, berkat pertanyaan Raga, tunangannya mengalihkan perhatian juga padanya.

Tama berdehem, dia beralih pada buku menu. Lantas menunjuk salah satu menu di sana. Sandra kenal makanan itu, Papanya sering memasak untuk mereka. Makanan yang di dominasi oleh kuah yang pedas. "Kalian mau apa?" tanya Sandra setelah mencatat pesanan Tama agar nanti bisa diberikan pada pelayan.

"Yang itu kayaknya satu aja tapi porsinya yang tambahin. Terus daging panggang juga enak nih," komentar Yudo. Kali ini diangguki oleh Raga. "Gue setuju!" sahutnya.

"Lo apa Nan?"

"Samain aja," jawab Nando. Sandra mengangguk singkat. Dia mencatat dua macam menu tambahan dan juga menu lain sebagai makanan penutup. Setelah itu memberikannya kepada pelayan.

Kembali Sandra fokus pada obrolannya bersama Nando dan Yudo. Sementara itu, sesekali Tama ikut mengeluarkan suaranya hanya untuk membantah apa yang kedua sahabatnya itu katakan. Jujur, Tama kesal sekali dengan tingkah keduanya. Mereka sengaja mendominasi Sandra tanpa peduli pada perasaannya. Sungguh sial! Tama berjanji akan memberi mereka berdua pelajaran.

"Gue ke toilet bentar!" Tama beranjak dari duduknya, meninggal meja yang masih bersih dari makanan. Tama menggerutu sebal karena tak bisa duduk di samping Sandra. Hari ini, dia merasa Sandra berbeda. Tak seperti seminggu yang lalu saat mereka berada di taman. Dalam perjalanan pulang pun mereka tampak mesra, mirip sepasang kekasih yang saling memiliki. Dirinya bahkan berhasil membuat Sandra bersemu merah berkat bunga yang ia berikan.

Namun, hari ini semuanya berantakan hanya karena dua serangkai Yudo dan Nando. "Tunggu pembalasan gue!" ujarnya saat sudah kembali dari toilet dan berhenti sejenak untuk mengamati interaksi pacar dan sahabatnya.

Ekspresi Tama tampak penuh perhitungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ekspresi Tama tampak penuh perhitungan. Tatapannya tertuju pada dua serangkai Yudo dan Nando.

Tama melangkahkan kakinya menuju meja mereka. Kembali duduk di tempat semula. Meja yang tadi kosong sudah dipenuhi oleh makanan pesanan mereka.

"Makan, Tama," ucap Sandra sambil memotong daging yang sudah diiris tipis sesuai ukuram itu menjadi Empat bagian. Sandra memberikan piringnya untuk Tama. "Buat kamu," lalu seruan mengejek keluar dari mulut kedua sahabat laknat Tama. Hanya Raga saja yang diam dan mengamati sambil membalik daging yang masih di atas pemanggangan.

"Diam lo berdua!" ujar Tama pada Yudo dan Nando. Keduanya tampak mencebikan bibir.

"Terima kasih, Sayang,"

"Awwwwww," kali ini pun suara Yudo dan Nando yang mendominasi meja mereka. Sedangkan Raga hanya terkekeh melihat tingkah keduanya.

Sementara itu, Pipi Sandra bersemu malu saat mendengar panggilan mesra yang Tama berikan.

"Kenapa lo? Iri? Makanya punya pacar," sengaja Tama mengatakan itu agar Nando ataupun Yudo tersinggung sehingga tak lagi mengganggu Sandra. Namun, kedua sahabatnya itu memang kompak rupanya. Tak ada satu pun di antara mereka yang menyahuti perkataannya.

Ck. Decakan sebal Tama keluarkan karena merasa diabaikan. Tak masalaha jika itu Yudo dan Nando, tapi ini kedua cunguk itu lagi-lagi merebut perhatian Sandra. Mereka bertiga kembali sibuk dengan obrolan entah apa.

"Aaaaa San buka mulut lo!" Nando bermaksud menyuapkan daging yang sudah dibungkus daun sawi muda ke dalam mulut Sandra.

Terang saja hal itu membuat Tama merasa panas dingin sendiri. Baru saja mulutnya ingin melarang, tetapi Sandra sudah lebih dulu menerima suapan itu dengan senang hati. Tama merutuki Nando yang berani melampaui dirinya yang sekali pun belum pernah menyuapi Sandra.

Sial! Tama tidak terima! Namun, dia tak bisa melakukan apa-apa selain merutuki ketidak berdayaannya.

"Gue juga mau disuapin!" ujar Yudo membuat Tama menoleh padanya. Tama setuju kalau yang satu ini. Nando memang lebih cocok menyuapi Yudo dari pada Sandra.

Tama menarik sudut bibirnya, tetapi sekali lagi cowok itu mengumpat dalam diam karena perkataan Yudo selanjutnya. "Gue mau disuapin sama Sandra yang cantik!" jelasnya sambil menggelengkan kepala.

Kekesalan Tama semakin menjadi saja saat Sandra dengan sumbringah menganggukan kepala. Setuju dengan permintaan Yudo yang tanpa sadar menciptakan api cemburu di hati Tama.

Tanpa tahu malu Yudo membuka mulutnya lebar-lebar di depan Sandra. Membuat daging yang sudah Sandra bungkus dengan daun sawi masuk ke dalam mulutnya. "Emmmm enak!" katanya.

Tama mengipasi dirinya sendiri. Rasa panas itu menjalar ke seluruh tubuhnya. Entah kenapa Tama merasa hari ini dia menderita akibat ulah Yudo dan Nando yang memanfaatkan kesempatan untuk mendekati Sandra dan Sandra mau-mau saja di modusi oleh keduanya. Ck. Tama pikir penderitaannya sudah berakhir, tetapi apa yang matanya saksikan dan telinganya dengarkan berhasil membangkitkan api cemburunya untuk semakin membara.

"Ga, giliran lo! Sandra suapin Raga juga ya? Kasihan, selama ini Raga cuma pacaran sama Fisika dan Matematika aja," pinta Yudo setelah mengunyah makanannya.

"Boleh," balas Sandra.

"Ga buruan pindah!" awalnya Raga terlihat malas, tetapi karena Nando dan Yudo yang memindahkan tubuhnya ke samping Sandra dengan cara mengangkatnya, Raga tak memiliki pilihan selain mengangakan mulutnya untuk menerima suapan dari Sandra.

Lalu mereka sama-sama tertawa. Sementara itu, Tama hanya menatap tak percaya dengan tingkah Ketiga sahabatnya. Tama merasa dirinya tak dianggap di depan mereka saat ini.
.
.

Masih mau lanjut?
Sepi amat lapak Tama-Sandra. Jadi mals nih revisi wkwk

LULUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang