Seperti yang Uli katakan semalam bahwa pagi ini dia meminta Tama menemaninya ke rumah Sera.
"Emang urusan Mama sama tante Sera apaan?" tanya Tama yang kehabisan bahan obrolan bersama Uli.
Wanita satu anak itu tampak menahan senyumnya. "Ada pokoknya," jawabnya. Padahal urusan yang dia maksud adalah ingin mendekatkan Tama dan Sandra.
Tama yang tidak tahu apa-apa hanya mengedikan bahunya saja. Ia kembali memfokuskan diri menyetir mobil, hingga akhirnya mereka sampai di rumah Sandra. Tama sibuk merapikan rambutnya secara diam-diam sebelum keluar dari mobil.
"Mama duluan aja," ucap Tama saat Uli menatapnya sambil menahan senyum. Tama yakin sekali Mamanya itu baru saja menertawakannya.
"Mama duluan kalau gitu," ucap Uli yang kemudian masuk ke dalam. Demi apa dirinya bersyukur Tama memintanya masuk duluan. Dengan begitu ia bisa melaksanakan rencananya dengan lancar.
"Assalamu'alaikum," Uli mengucap salam terlebih dahulu.
"Wa'alaikumsallam, masuk Ul," balas Sera yang memang sudah menunggu sahabatnya itu sejak tadi.
"Loh Tama mana?" tanya Sera melihat Uli yang masuk sendirian.
Uli terkekeh. "Ada di luar, lagi merapikan rambutnya," jawabnya.Sera ikut terkekeh. Anaknya juga sedang mengganti baju sejak tahu Tama ikut datang bersama Uli.
"Udah biarin aja. Kita bahas rencana kita Ra, mumpung anak-anak lagi nggak di sini," ajak Uli tak sabar.
Sera mengangguk. Dia juga setuju mengerjai Tama dan Sandra demi mendekatkan mereka berdua. "Pokoknya nanti kamu kerjain aja si Tama, Ra. Apa aja terserah yang penting bisa bikin dia dekat sama Sandra," Uli terkikik geli membayangkan anak semata wayangnya itu mereka kerjai.
"Siapa yang mau kalian kerjain?" Uli dan Sera menoleh secara serempak saat mendengar pertanyaan itu. Uli mengelus dadanya saat melihat Zion di sana sendirian. "Ngagetin aja sih!" ujarnya.
"Biasa Ul, Papanya Sandra pasti penasaran sama pembicaraan kita. Makanya nguping," ucap Sera bermaksud menyindir Zion. Namun, lelaki itu menyengir tanpa dosa.
Mendadak sebuah ide melintas dalam benak Uli. "Gimana kalau Zion saja yang ngerjain Tama? Biar kelihatan lebih natural gitu," usul Uli ditanggapi dengan antusias oleh Zion. Kapan lagi memberi pelajaran pada Tama yang gengsinya setinggi langit itu. "Boleh juga Ul. Nanti gue vidioin biar bisa dikirim ke Danar," kikiknya.
Dasar Zion. Sudah punya anak satu tapi masih saja bertingkah kekanakan. Pasti lelaki itu bermaksud pamer pada Danar karena berhasil memberi Tama pelajaran.
"Ya sudah terserah saja, yang penting harus sukses ya!" ujar Uli memberi peringatan. Dengan senang hati Zion menganggukan kepalanya. Dirinya yakin seratus persen caranya ini sanggup membuat Tama banjir rasa lelah.
"Tapi jangan keterlaluan ya, Zion. Gue pantau lo terus," ucap Uli sambil menunjuk kedua matanya dan mata Zion bergantian.
Lagi-lagi Zion menganggukan kepalanya. Setelah itu Sera menjelaskan tujuan mereka mengerjai Tama hari ini hanya semata-mata untuk membuat Sandra dan Tama semakin dekat. Misi mereka harus berhasil. Jangan sampai rencana ini justru membuat keduanya semakin saling menyembunyikan rasa.
"Tenang Mama, Papa ngerti kok. Gampang itu," ucap Zion.
"Apanya yang gampang, Pa?" Pertanyaan itu terdengar ketika Sandra baru saja muncul di antara mereka.
Dengan cepat Sera menjawab rasa penasaran Sandra. Sera takut Zion keceplosan. "Ahh itu Sayang, Mama nyuruh Papa olah raga setiap pagi karena perut Papa kamu sudah buncit!" jawabnya secara asal.
KAMU SEDANG MEMBACA
LULUH
Teen FictionSequel Wedding Fashion & Wedding Flowers. *** "Karena gue terlalu baik buat lo!" Galio Satama. "Karena lo nggak pantas buat gue!" Sandra Antranajaga. Mereka berdua adalah Tom & Jerry di SMA Persada. Satu kelas, satu bangku. Bayangkan betapa hebohn...