Lapangan basket hanya diisi oleh Tama, Raga, Nando dan Yudo saja. Meskipun begitu, mereka berempat bermain dengan baik di sana. Bahkan Sandra ikut berteriak kala salah satu dari mereka berhasil mencetak sekor.
Posisi Sandra saat ini tepat berada dipinggir lapangan. Meskipun hanya duduk sendirian, tetapi gadis itu tak sekalipun merasa bosan. Ia tampak ikut bersenang-senang seperti Empat sekawan di tengah lapangan.
Setengah jam berlalu, Tama meminta teman-temannya untuk istirahat meski mereka belum merasa lelah. "Kenapa sih lo? Gue masih mau main kali!" protes Yudo.
Tama berdecak sebal. Ia menoleh pada sahabatnya itu. "Main aja sana! Gue mau nemenin Sandra," balasnya.
"Nggak seimbang begok!"
"Berani lo ngatain gue begok lagi, nggak gue kasih contekan PR lo!" Ancaman Tama berlaku bagi Yudo. Cowok yang memiliki rambut sedikit ikal itu pun terdiam. Ia sempat mengembungkan mulut sebelum menyengir lebar. Namun, tak berani membuka mulutnya lagi.
Keempat sekawan itu pun tiba di depan Sandra. "Loh kok udahan sih?" tanya Sandra yang penasaran. Baginya, permainan Tama dan yang lain tampak sedang seru-serunya.
"Cowok lo lemes, San," kekeh Nando. Ia sengaja mengejek Tama demi membalas kekesalannya akibat permainan yang dihentikan oleh Tama begitu saja. Tama mendelik sebal. Ia mengancam Nando melalui tatapan matanya yang tajam, tetapi Nando tak mengubrisnya. Cowok itu tampak biasa saja mengingat Tama tak akan berkutik di depan Sandra.
"Kamu sakit, Tama?" Sandra menyentuh dahi Tama secara refleks. Ia mengernyit heran saat tidak merasakan apa-apa. Hanya panas bekas peluhnya saja. "Nggak demam kok ini, tapi muka kamu merah," ucapnya. "Nah sekarang kenapa tambah merah?" herannya.
Sementara itu, Tama salah tingkah. Ia mengerjapkan matanya secara berulang karena ulah Sandra. Tidakkah Sandra tahu alasan wajahnya yang memerah ini adalah karena tangan Sandra mendadak menyentuh dahinya? Hal itu membuat Tama tersentuh sekaligus gugup, sampai-sampai memberi efek pada wajahnya ini.
"Ohh ini? Pasti karena main basket tadi," Penjelasan Tama terdengar masuk akal melihat wajah ketiga temannya pun tampak sedikit merah, meski tidak semerah wajah Tama.
Sandra menganggukan kepalanya. Mencoba percaya pada apa yang Tama katakan. Namun, suara tawa tertahan yang Yudo lakukan membuat Sandra sekali lagi mengernyit heran. "Kenapa Yudo?" tanyanya.
"Teman gue belum pernah pacaran San, makanya salting gara-gara lo perhatian," Lalu gelak tawa memenuhi pinggiran lapangan basket itu. Siapa lagi pemilik tawa selain ketiga sahabat Tama.
"Lo sih perhatian segala, Tama kan jadi malu," Kini Raga menimpali. Sementara Tama memilih untuk tetap diam. Namun, menatap geram pada satu persatu anggota gengnya, terutama Yudo si mulut bocor.
Ingin sekali Tama menggeplak kepala teman seperjuangannya itu, tapi apa kata Sandra kalau dirinya sampai melakukan kekerasan tersebut. Tama tentu tak ingin membiarkan pandangan Sandra menjadi jelek tentangnya.
"Sumpah muka si Tama merah banget kan tadi?"
Gelak tawa kembali terdengar. "Iya, cemen lo Tam, gitu aja malu," Nando meremehkan. Padahal dia pun belum pernah pacaran. Suka pada seorang gadis saja tak pernah. Sok-sokan menghina seorang Galio Satama yang jelas-jelas punya tunangan. Tck, ingin sekali Tama membanggakan itu pada mereka.
"Diam lo!" Akhirnya Tama menyahut. Dia tidak tahan lagi. "Kayak lo pernah pacaran aja," ejeknya.
"Terima nasib aja, diantara kita belum ada yang pacaran! Lo dan lo," Tama menunjuk batang hidung Nando dan Yudo. "Suka sama cewek aja nggak pernah!" ujarnya.
"Gue setuju! Duo serangkai ini nggak pernah suka sama cewek," sahutan itu mengundang tatapan mata dari Yudo, Nando dan Tama. Sementara Sandra hanya mendengarkan saja.
"Lo suka sama siapa, Ga?"
Glek. Raga menelan ludahnya dengan susah payah. Ia menatap satu persatu temannya itu dengan tatapan salah tingkah.
"Nggak usah bohong, bilang aja siapa yang lo suka?" Tama melanjutkan acara interogasinya. Membuat Raga menghela napas dengan berat. Kenapa juga mereka berbalik menyerangnya. Padahal tadi sedang saling mengejek.
"Gue? Suka sama siapa? Mana gue tahu! Sampai detik ini semua cewek sama aja di mata gue, kebanyakan modus dari pada serius," jawab Raga seolah tak terusik dengan pertanyaan Tama.
"Gila bohongnya makin pintar aja nih anak," Nando mengedikan dagunya. Pertemanan mereka bukan hanya sehari dua hari, oleh karena itu tak ada yang bisa ditutupi.
"Suka itu cuma buat orang yang nggak punya kerjaan! Lah gue mau suka-sukaan? Nggak mungkin! Banyak rumus fisika yang harus gue pahamin," Dengan cara apapun Raga akan mengelak. Ia tak mungkin berkata jujur. Lagi pula tidak ada cewek yang dirinya suka atau, belum yakin suka. Entahlah, Raga sulit menjelaskannya.
"Kayaknya ada," Raga menggelengkan kepalanya dengan sebal. Apa-apaan hasil pemikirannya itu? Memangnya siapa yang dirinya suka? Tck, tidak ada cewek menarik di sekolah ini. Semuanya terlihat biasa saja.
"Benar juga ya, si Raga kan lebih suka pacaran sama Fisika dan Matematika,"
"Itu lo tahu Nan," Kini Raga merasa dirinya sudah aman. Tak perlu khawatir mendapat desakan dari Ketiga sahabatnya. Bisa gawat jika mereka mulai curiga. Lagi pula Raga juga masih tidak yakin dengan perasaannya ini. "Udah deh nggak usah bahas gue! Bahas si Tama aja, kan dia yang lagi kasmaran," Raga mengedikan dagunya ke arah Tama, berharap Yudo dan Nando teralihkan.
Decakan sebal keluar dari mulut Tama. "Kenapa gue?" katanya.
"Eh tapi gimana dengan Sandra? Lo pernah suka-sukaan kan sama Rino?" Rasanya Tama tak tahan ingin membungkam mulut kurang ajar milik Yudo. Kenapa harus memyebut nama tetangga Sandra itu sekarang?
Kesal sekali Tama, apa lagi saat melihat pipi Sandra merona. Tama menarik tangan Sandra dengan cepat karena tak ingin mendengar apapun dari tunangannya itu. Tama membawa Sandra ke tengah lapangan bersama bola basket yang tadi sempat dirinya raih. Ia menatap tajam pada pacarnya itu. "Ayo main!" ajaknya sambil menyodorkan bola ke depan Sandra.
Terlihat jelas kebingungan menyebar ke seluruh wajah remaja berparas cantik itu. "Tapi aku nggak bisa," balasnya.
"Gampang! Aku yang ajarin,"
Lalu dalam sekejap mata, posisi Sandra sudah membelakangi Tama. Cowok itu bagai memeluk Sandra demi membantunya melempar bola ke arah ring. Suitan nakal dan dibuat-buat terdengar memekakan telinga. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Yudo dan Nando. Tck! Dasar pengganggu!
Belum juga bola pertama dilempar, tapi pipi Sandra sudah memerah. Tama tak segan menyentuh kedua tangannya, juga membiarkan dada bidang dan punggung Sandra tanpa jarak sedikitpun. Sandra benar-benar malu dibuatnya. Sementara itu, Tama menikmati segala perubahan yang terjadi pada Sandra. Dirinya berhasil mengalahkan rona merah di pipi Sandra akibat menyebut nama Rino. Kini rona itu semakin nyala karenanya.
"Cie cie ... Bola cinta," Seperti biasa, tak akan ramai tanpa duo serangkai Yudo dan Nando. Suara mereka seolah sengaja disetel agar seirama, senada dan serempak tentu saja.
.
.
Bersambung.Salut sama pembaca Luluh, pengertian banget. Kirain kemarin ada yang nagih karena jadwal update, ternyata nggak ada. Berarti kalau gk up sesuai jadwal gpp y wkwk
Ya udah.. Makasih aja deh untuk yang masih stay di sini 😘
.
.
Revisi 6 Februari 2023.
Jangan lupa tinggalkan jejak, baik itu komentar maupun vote biar aku makin semangat revisi hiks.Y udah, makasihhh ya.
Salam sayang, Awindsari 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
LULUH
Teen FictionSequel Wedding Fashion & Wedding Flowers. *** "Karena gue terlalu baik buat lo!" Galio Satama. "Karena lo nggak pantas buat gue!" Sandra Antranajaga. Mereka berdua adalah Tom & Jerry di SMA Persada. Satu kelas, satu bangku. Bayangkan betapa hebohn...