Calum membuka pintu apartmentnya, dia mempersilahkan aku masuk duluan lalu diikuti olehnya. Mataku menyapu sekeliling ruangan yang baru saja aku masuki. Wah, benar benar luas. Apartment Calum jauh lebih besar dari apartmentku yang kecil dan jelek itu.
"Welcome" ujar Calum sambil tersenyum melihatku, akupun tersenyum melihatnya.
"Kau bisa simpan sepatumu di rak ini,dan ini adalah ruang tamu sekaligus tempat aku bersantai, dan yang itu sebenarnya meja makan tapi aku jarang makan disitu dan sering aku jadikan sebagai tempat meeting. Oh ya, ini dapur yang tidak pernah aku pakai, kau bisa memasak disini" Calum terus menjelaskan seisi ruangan dan aku terkekeh melihatnya.
"Baiklah,Cal. Noted"
"Aku akan mandi" Calum langsung masuk kedalam kamar mandi. Aku masih melihat lihat apartment Calum yang sangat bagus ini. Hanya sayang, sedikit tidak terawat. Banyak bungkus makanan dan sisa makanan.
Hm, dasar pemalas.
Sambil menunggu Calum mandi, aku membersihkan apartmentnya. Aku hampir selesai membersihkan apartmentn. Aku duduk di sofa sambil menatap TV yang kunyalakan. Aku tidak menontonnya hanya aku tatap. Tak lama Calum keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya.
Shit.
BatinkuAku sangat menyukai badannya yang sempura itu, aku terpaku melihatnya.
"What are you looking at?" Tanya Calum sambil menyeringai
Sial!
"Nothing" jawabku pelan lalu mengalihkan padangan ke TV, lagi. Calum mendekat, dengan gerakan cepat ia langsung mengecup bibirku, aku tersenyum kecil kemudian ku kecup lagi bibirnya.
Calum langsung menjilat bibirku, aku membalasnya. Ciumannya sangat nakal ia seperti mengabsen semua gigiku. Aku hanya bisa menikmati perlakuan Calum yang saat ini sudah membuatku melupakan segalanya.
Kemudian, aku sudah tidak mengenakan pakaian satupun di tubuhku dan handuk yang ia lilitkan sudah terlepas. Calum langsung menggendong membawaku masuk ke kamarnya tak lupa bibir kita masih terpagut.
Calum menjatuhkan aku diatas kasur ia langsung berada diatasku. Ia sangat liar sekali. Aarrrghhh!!-
Calum terbaring di sebelahku dengan nafas yang tak beraturan. Badan kita sudah basah karena mengeluarkan keringat yang banyak. Aku menghadapnya, memperhatikan wajahnya dari samping, ia terlihat lelah. Tanganku menyentuh dadanya yang bidang itu, Calum memegang tanganku lalu menciumnya.
"I love you" ucapnya lalu menatapku, aku terdiam mencoba mencerna apa yang baru saja ia ucapkan. Seketika cairan bening lolos terjun di pipiku. Ia langsung mendekat dan mengecup bibirku, "I - I love you more" balasku tersenyum.
Aku tidak bisa percaya ini. Tapi aku sangat bahagia ketika ia mengatakan itu.
"But why are you crying?"
"I-im so happy to hear that, but I can't believe this"
"No Kass, I'm not lying"
"And I want you to be my half"
"What do you mean your half?"
"I just believe that you are my half, myself and my girlfriend. Kass, maybe it's hard for you to believe, but this is real. I want you to be mine"
Jantungku berdetak sangat kencang saat ini, aku tidak bisa mengucapkan sepatah katapun karna aku masih belum bisa percaya ini semua. Calum menarikku kedalam pelukannya.
"Hey...stop crying. So will you be mine? My half?" Tanya Calum lagi, aku menggangukan kepalaku di dalam pelukannya, "yaa...ya Calum, I love you so much" balasku dengan suara parau. "Thanks, my half" . Aku masih memeluknya sampai kita berdua tertidur.
-
Aku terbangun, mataku mencoba beradabtasi dengan cahaya lampu yang begitu terang sambil mengumpulkan nyawaku.
"Aaarghh..." Erangku...sial badanku sangat sakit. Otakku langsung memutar kejadian beberapa jam yang lalu.
"Oh my god..." Aku membuang nafasku dengan kasar. Disebelahku tidak ada Calum. Aku menyingkirkan selimut dari badanku, sial! Aku masih telajang.
Aku keluar dari kamar masih telanjang untuk mengambil bajuku yang tertinggal di sofa lalu memakainya."Hey babe" tiba-tiba Calum ada di belakangku dengan pakaian yang sudah lengkap ia langsung mencium pipiku
"Where are you going, Cal?"
"Studio. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku bereskan malam ini. Aku akan pulang dini hari, kau bisa istirahat"
"Sekarang kau akan pergi?" Gila, ini jam 11 malam dan ia harus bekerja.
"Yeah babe, pakai ini" calum memberikan aku sebuah ponsel berwana hitam
"Ini iPhoneku, kau harus punya ponsel supaya aku bisa menghubungimu. Aku harus pergi sekarang. Aku akan menelfonmu"
"What?"
"Cal, I just woke up and you're going out"
"I know, sorry. I'll come home. Don't worry" jawab Calum lalu mencium pipiku.
"Baiklah. Hati-hati"