24. Mertua

39.5K 3K 121
                                    

Semoga ada pelajaran dan manfaat yang bisa diambil dari cerita ini.

DAN JANGAN LUPA JADIKAN AL-QURAN SEBAGAI BACAAN UTAMA.
.
.
.

selamat membaca






            Hari itu Erina tak jadi pergi menemui Faizha, padahal Erina teramat ingin. Tapi mau bagaimana lagi Rayhan nampak tak memberikan izinnya, dan yang Erina bisa lakukan adalah menuruti perintah Rayhan.

Dan setelah kata yang Erina tak mengerti maksud dan membuat hati Erina senang itu, Erina kira Rayhan akan mulai baik kepadanya nyatanya tidak. Erina terlalu senang sampai melupakan keadaan yang sebenarnya. Erina hanya terlalu berbunga-bunga saat Rayhan mengatakan kalimat sederhana itu. Tapi nyatanya hanya dirinyalah yang menganggap itu hal istimewa.

Erina sempat menanyakan pada Rayhan, walau itu dengan takut-takut tapi hati Erina terus senang berharap Rayhan akan menjawab jika dirinya sudah mulau menganggap Erina. Tapi nyatanya harapan dan rasa bahagianya itu hanya semu.

Rayhan berkata saat itu, "saya cuma nggak mau kamu berfikir yang tidak-tidak dan mengadu pada Papa," ucap Rayhan saat itu dengan suara dinginnya dan saat itu Erina hanya bisa tersenyum hambar.

Lalu Erina juga menanyakan soal, bagaimana Rayhan mengetahui dirinya pergi dengan Fano, Rayhan bilang saat itu "Salah satu teman saya yang melihat, dan bukan berarti saya begitu padamu kamu seenaknya, membuat malu saja." Terdengar nada marah dari ucapan Rayhan saat itu.

Erina hanya bisa menunduk saat ini mengingat ucapan Rayhan tempo hari.

Suara pintu kamar mandi terbuka, membuat Erina dengan sigap mendongak dan berdiri dari duduknya. Rayhan berjalan kearahnya sudah lengkap dengan pakaian kerjanya, sebenarnya bukan kearahnya tapi kearah ranjang untuk duduk dan menikmati sarapan yang Erina sudah bawakan.

"Mas, apa boleh aku izin kerumah Papa?" Tanya Erina. Pasalnya semalam dirinya ditelpon oleh mertuanya untuk datang kerumahnya.

"Nggak," ucap Rayhan singkat.

Erina menunduk, Erina ingin pergi, semalam mertuanya itu sangat memohon kepadanya untuk datang, bahkan Erina tak tega saat Pak Handoko yang sudah seperti ayah kandungnya sendiri memohon kepadanya.

Ayah meruanya itu sedang sakit, dan ingin sekali bertemu denganya.

"Tapi Mas, Papa kan sedang sakit," ujar Erina dengan pelan sambil menunduk.

Rayhan yang sedang memakan sarapanya menghentikan acara makanya, meletakan sendok dengan sedikit keras. Rayhan bangkit berdiri dari duduknya menatap tajam Erina setelah menaruh makanannya diatas nakas.

"Kamu mau mengadu sama Papa?" Erina sontak mendongak mendengar tuduhan dari Rayhan. Bahkan Erina berani sumpah tak berani sedikitpun Erina menceritakan keburukan suaminya. Pernikahanya adalah suatu yang Erina jaga dengan sepenuh hati, dan masalah rumah tangganya adalah hal yang harus Erina tutupi dan jaga.

"Demi Allah, tidak Mas." Rayhan berdecih. Dan Erina tau saat ini Rayhan tengah marah. Rayhan berjalan meninggalkan Erina. Tapi sebelum keluar dari kamar Rayhan berhenti.

"Saya bolehkan kamu pergi, tapi jika mengadu, jangan harap saya maafkan kamu" ucapnya setelah itu benar-benar keluar dari kamar meninggalkan Erina yang bengong.

***

        Dan kini Erina sedang berdiri depan rumah mertuanya. Erina sedikit ragu sebenarnya untuk masuk, walau tadi salah satu pekerja dirumah ini sudah menyuruh Erina masuk. Jujur Erina masih tak enak dengan Bu Kania Mama mertuanya. Bagaimana tanggapan Bu Kania setelah dirinya datang berkunjung.

Erina #LMLY2 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang