22. Xiena

36.6K 2.9K 119
                                    

 Bismillah

Semoga ada pelajaran dan mafaat yang bisa diambil dari cerita ini.

DAN JANGAN LUPA JADIKAN AL-QURAN SEBAGAI BACAAN UTAMA.
.
.
.

selamat membaca

     Dari semalam Rayhan mendiamkan Erina bahkan pagi inipun tatapan Rayhan nampak tak bersahabat. Biasanya memang begitu, tapi kali ini Erina merasakan berbeda. Seolah Rayhan menghindarinya. Erina sampai bingung sendiri, apa yang telah dia lakukan sampai Rayhan nampak kesal kepadanya? Erina ingin bertanya tapi Erina takut Rayhan akan memarahinya.

Erina kini sedang menyiapkan makanan dimeja makan, dibantu oleh Bi Hani. Erina jadi teringat makanan semalam yang tidak disentuh Rayhan sama sekali, sayur yang pasti basi terpaksa dibuang dan Erina sangat menyangkan itu. Banyak orang yang kelaparan diluaran sana tapi dirinya membuang-buang rezeki yang Allah kasih. Erina merasa sangat sedih karena itu.

"Bi itu ikannya taruh disitu aja. Aku mau panggil Mas Rayhan." Bi Hani nampak mengangguk dan menjawab 'iya' mendengar ucapan Erina. Lalu Erina berjalan kearah kamarnya tujuanya sekarang memanggil suaminya untuk sarapan bersama.

Erina perlahan membuka pintu kamarnya, dan saat itu matanya langsung terpokus pada Rayhan yang masih tidur meringkuk diranjang. Erina menggeleng sambil berjalan kearah Rayhan.

Rayhan terlihat masih bergelung dibawah selimut tebal. Erina perlahan mendudukan badanya disisi ranjang, tanganya terulur menyentuh pundak Rayhan yang masih tertutup selimut.

"Mas bangun," ucap Erina. Rayhan tak menanggapi masih terdiam. Erina kembali menepuk-nepuk pundak Rayhan lagi.

"Mas bangun." Tak ada jawaban dari Rayhan lagi, Rayhan hanya menggeliat dan melengguh kecil. Erina bingung. Erina perlahan berdiri, berjalan kesisi sebrang ranjang Rayhan menghadap. Erina mengamati wajah terlelap capek Rayhan, dan wajah Rayhan yang nampak pucat. 'Apa pucat!' Erina beringsut mendekat tanganya terulur menyetuh kening Rayhan. Dan keningnya terasa panas.

"Astagfirullah, Mas sakit!" Pekik Erina. Rayhan menggeliat mendengar pekikan Erina menyibak sedikit selimutnya dan menatap Erina dengan mata sayunya.

"Bisa nggak, nggak nganggu?" Erina terdiam mendengar suara Rayhan yang nampak kesal tapi tetap dengan suara lemahnya. Setelahnya Rayhan kembali menarik selimutnya.

"Tapi mas sakit, harus makan terus minum obat," ucap Erina. Rayhan tak menanggapi. Erina jadi bingung. Bagimapun Rayhan tengah sakit Erina khawatir tapi Rayhan nampak tak mau diganggu.

Erina berinisiatif, terserah nantinya Rayhan marah atau apapun yang penting saat ini tujuannya Rayhan minum obat itu saja. Erina berjalan kearah tempat Erina menyimpan persediaan obat. Mengambilnya, setelahnya berjalan kearah dapur mengambil makanan dan membawanya kembali kekamar.

"Mas minum dulu obatnya," ucap Erina, Rayhan diam tak bergeming, Erina mendekat menyentuh pundak Rayhan lembut mengelus pundak Rayhan.

Rayhan yang terusik, menarik selimutnya menatap Erina yang nampak kaget dengan yang dilakukan Rayhan secara tiba-tiba.

"Apa kamu nggak dengar kalo jangan nganggu saya." Erina diam menunduk sejenak menarik napasnya dan setelah itu mendongak menatap Rayhan tepat dikedua bola mata tajamnya.

"Ini cuma sebenatar mas, makan terus minum obat," ucap Erina. Erina coba untuk berani pada Rayhan ini demi kebaikan Rayhan, Rayhan mendengus melihat Erina yang nampak berani kepadanya.

Dengan kasar Rayhan mengambil obat dari tangan Erina, "sudah sekarang keluar." Mata Tajam Rayhan menyorot Erina, tangannya menunjuk kearah pintu, menyuruh Erina untuk segera keluar dari kamarnya.

Erina #LMLY2 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang