11. Rencana Pindah?

38.5K 3.2K 44
                                    

Bismillah

Semoga ada manfaat yang bisa di ambil dari cerita ini.

JANGAN LUPA JADIKAN AL-QURAN SEBAGAI BACAAN UTAMA.

.
.
.

Erina dengan telaten menyuapi Pak Handoko yang kini terbaring, kondisinya sempat membaik setelah pernikahanya dengan Rayhan kemarin, tapi sore tadi mendadak Pak Handoko ngedrop lagi. Semua sudah menyarankan dan menyuruh Pak Handoko dibawa kerumah sakit tapi Pak Handoko menolak dengan tegas dan mau tidak mau semua hanya bisa menuruti permintaan Pak Handoko.

"Maafkan istri saya ya, dia memang keras." Pak Handoko menatap dalam wajah Erina yang kini sedang serus menyuapinya. Erina balik menatap Pak Handoko dan tersenyum tipis.

Pak Handoko tau jika Bu Kania tak suka dengan Erina bahkan Pak Handoko sering sekali mendengar istrinya bergumam tentang bagaimana dirinya tak menyukai Erina.

"Nggak apa-apa Pa, mungkin Mama cuma belum bisa nerima Erina," ucap Erina sendu. Jujur Erina sedih karna Mama mertuanya belum bisa menerimanya tapi mau bagaimana lagi Erina harus terus bersabar. Bukankah batu yang keras bisa terkikis oleh angin yang sabar dan terus datang.

"Jangan masukin dihati ya." Pak Handoko nampak tak enak hati dengan Erina. Erina hanya mengangguk dan tersenyum manis, sambil kini mulai menyuapi Pak Handoko lagi.

"Papa juga cepet sembuh jangan sakit-sakitan ya." Erina kembali menyuapkan sesendok bubur dan Pak Handoko melahapnya sambil tersenyum.

"Iya, beruntung sekali saya punya menantu baik kaya kamu Er. Makasih ya." Erina hanya terkekeh, malu.

***

Erina terdiam kala Bu Kania menatapnya tajam. Sambil sesekali berdecih.

"Betul-betul cuma bisa bikin malu," ucap Bu Kania tajam. Erina hanya bisa menunduk.

"Kamu tau tidak jika tadi saya mendengar orang membicarakan keluarga kita yang punya menantu cacat." Bu Kania berseru marah mengingat ucapan tetangga yang tidak sengaja di dengarnya. Sedangakn Erina Sakit hati  mendengar itu tapi Erina coba dengan sekuat tenaga untuk tetap diam dan coba menahan air matanya.

"Maafkan Erina ma," ucap Erina sedih. Bu kania hanya menatap Erina semakin tajam dan berdecih keras.

"Apa dengan minta maaf rasa malu saya hilang." Kesal Bu Kania kini beranjak dari duduknya melirik Erina dengan sorot mata tajamnya dan pergi meninggalkan Erina menuju kearah kamarnya.

Dan saat itu air mata Erina setitik tumpah tapi dengan cepat Erina mengelapnya. Tapi ternyata semakin dihalau semakin menggenang dan tumpah air matanya.

Erina kembali menhapusnya dengan menggunakan ujung khimarnya, selanjutnya Erina bernajak dan berbalik tapi saat Erina berbalik dengan mata sebabnya Rayhan berdiri didepan ruang tenagah menatapnya sekilas.

Erina dengan terburu-buru berjalan kearah Rayhan yang kini dengan cepat berjalan menuju kamar mereka.

"Mas," panggil Erina dengan tertatih mengejar Rayhan. Rayhan berhenti dipijakan tangga ketiga menatap Erina dengan wajah datarnya.

"Biar Erina bawakan tasnya Mas." Erina mengabil tas kerja dari tangan kanan Rayhan. Rayhan yang sangat capek habis berkerja hanya diam dan kembali melangkahkan kakinya menuju lantai atas kamarnya. Erina masih terdiam sambil menarik nafasnya dalam. Dan kemudian selangkah demi selangkah Erina mengikuti Rayhan menuju kamar mereka.

Erina #LMLY2 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang