26. Baik

41.4K 3.2K 141
                                    

Bismillah

Semoga ada pelajaran yang bisa di ambil dari cerita ini ya.

JANGAN LUPA JADIKAN AL-QURAN SEBAGAI BACAAN UTAMA.

SELAMAT MEMBACA
.
.
.



        Rayhan terdiam saat Erina memeluknya dengan erat, badan istrinya itu bergetar dipelukanya, air matanya bahkan membasahi kemeja yang Rayhan pakai. Beberapa saat Rayhan hanya terdiam membiarkan Erina memeluknya, Rayhan tak melepaskan pelukan Erina, tapi tak juga membalas pelukan Erina.

Sampai Erina tersadar dengan posisinya yang memeluk Rayhan. Dengan wajah sembab Erina menjauhkan badanya dari Rayhan setelahnya menunduk dalam dengan kedua telapak tangan menangkup wajahnya.

"Maaf," ucap Erina pelan. Rayhan hanya berdehem sebagai jawaban.

Erina kembali terdiam tapi air matanya masih terus berjatuhan dari matanya. Saat ini Erina benar-benar sedih, nek Marwah nenek yang sudah dianggapnya seperti neneknya sendiri meninggal dunia, ditambah kekhawatiranya kepada Niken.

"Mas, aku izin kerumah nek marwah ya?" Erina mengangkat wajahnya menatap Rayhan. kali ini Erina benar-benar memohon dengan tatapan sendunya, berharap agar Rayhan mengizinkanya. Bagaimanapun Erina ingin melihat nek Marwah sebelum dikebumikan, dan Erina ingin bertemu dengan si kecil Niken, memeluknya didalam pelukanya.

Rayhan menatap Erina dengan wajah datarnya. Erina bahkan sudah harap-harap cemas menunggu jawaban dari Rayhan.

"Saya antar." Jawaban yang Erina tidak kira sebelumnya. Tapi dengan cepat tanpa bercakap lagi Erina mengangguk sebelum suaminya itu berubah pikiran.

Erina terus masih saja menangis dalam perjalanan menuju kerumah Nek Marwah bahkan khimar pinknya kini sudah basah akibat air matanya. Rayhan melajukan mobilnya dengan cepat tapi sesekali masih menengok memeperhatikan Erina yang nampak sedih, panik dan juga bingung.

"Sudahlah," ucap Rayhan sambil memfokuskan matanya kejalan. Erina menengok, mengahapus air mata yang terus jatuh dari matanya. Menarik napasnya sebelum menunduk.

Keduanya sampai kerumah Nek Marwah. Rayhan sempat kaget ternyata orang yang Erina tangisi dan datangi adalah orang yang tinggal diperumahan kumuh. Rayhan masih berdiri dimobil hitamnya yang nampak kontras dengan lingkungan sekitar sini. Sedangkan Erina langsung berjalan dengan cepat menuju kerumah Nek Marwah yang sudah nampak sedikit ramai.

"Mbak Erina," panggil Gita wanita yang tadi menelpon Erina. Erina dengan cepat berjalan kearah Gita yang sedang duduk disamping Niken yang nampak menangis dalam diam.

Erina mendekat kearah Niken, jongkok didepan Niken dan Niken yang tersadar dengan kehadiran Erina langsung menghambur memeluk Erina. Gadis kecil itu yang tadi nampak menangis dalam diam kini menangis dengan kencang dipelukan Erina. Erina mengelus punggung Niken yang bergetar dengan hebatnya. Erina coba menguatkan Niken dengan pelukan dan saat ini percayalah Erina kembali ingin menangis melihat Niken yang nampak rapuh tapi Erina tak bisa Erina harus nampak terlihat kuat agar Niken yang dipelukanya tidak semakin sedih.

"Kakak Niken sekarang sendirian," ucap Niken dengan isakan memilukan. Mendengar itu Erina tak kuasa menitihkan air matanya tapi dengan cepat menghapusnya dengan tanganya.

"Niken nggak sendiri, Niken punya kakak, dan Niken masih punya Allah. Niken nggak pernah sendiri," ujar Erina coba menguatkan. Niken nampak terdiam tapi masih terasa tetsan air mata yang membasahi pundak Erina.

***

Pemakaman Nek Marwah selesai, ternyata penyakit Nek Marwah sempat kambuh, sebelum meninggal Nek Marwah sempat sesak napas, dan saat itu Gita baru saja datang kerumah Nek Marwah, dengan panik Gita mau membawa Nek Marwah kerumah sakit, tapi Allah berkehendak lain Nek Marwah dipanggil menghadap yang maha kuasa.

Erina #LMLY2 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang