10. Tak Acuh

42.5K 3.4K 88
                                    

Bismillah

Semoga ada manfaat yang bisa di ambil dari cerita ini.

JANGAN LUPA JADIKAN AL-QURAN SEBAGAI BACAAN UTAMA.

.
.
.


Mata Erina perlahan terbuka, mengerjap sebentar dan terbuka dengan sempurna. Bibirnya dengan pelan membaca doa bangun tidur, dan dalam hati Erina bersyukur masih bisa terbangun lagi.

Bola mata Erina beredar menatap sekeliling kamar yang ditempatinya sekarang. Ini bukan kamar rumah Erina dan Erina mulai teringat kejadian bersejarah dalam hidupnya yang di laluinya kemarin. Ini kamar Suaminya, Rayhan dan akan menjadi kamar baru Erina juga.

Erina menengok disamping pembaringanya tadi--kosong. Seketika ada rasa sakit yang menyeruak dalam diri Erina, tapi Erina coba menepis dengan rasa sabar yang Erina harus bangun mulai dari sekarang.

Erina mengambil ponselnya yang tergeletak di samping tempat tidurnya mengambilnya dan mengecek jam di sana. Pukul Empat lewat empat puluh lima menit-- Subuh. Dengan gerakan lamban Erina memperbaiki krudungnya yang miring dan mulai turun dari ranjang.

Matanya kini di terutuju pada suaminya yang masih tidur di sofa sambil meringkuk, hati kecil Erina kembali tercubit melihat itu, Erina berpengangan pada benda-benda yang bisa menyangga tubuhnya dengan lompatan kecil Erina berjalan kearah Rayhan.

Erina menunduk duduk bersimpuh di bawah sofa. Tangan kanannya kini tergantung di udara tepat di atas pundak Rayhan. Erina ingin membangunkan suaminya itu untuk sholat subuh, tapi Erina takut.

Erina menarik nafasnya dalam, tanganya dengan perlahan menepuk pundak Rayhan, tapi Rayhan nampak tak bangun juga, Erina mulai mengguncang tubuh Rayhan.

"Mas, bangun Mas," ucap Erina lembut sambil menggoyangnkan bahu Rayhan.

Rayhan nampak menggeliat, membuat bibir Erina tercetak senyum. Tapi bukanya Rayhan bangun pria itu malah semakin menggelungkan tubuhnya dibalik selimutnya membuat Erina geram tapi takut secara bersamaan.

"Mas bagun sholat, Mas." Erina kembali mengguncang-guncang tubuh Rayhan. Ternyata Rayhan termasuk orang yang susah di bangunkan jika sedang tidur.

Rayhan menggeliat membuka selimut yang menyelimuti tubuhnya, membalik badannya dengan cepat kearah Erina membuat Erina kaget di buatnya. Mata Rayhan terbuka, bertepatan dengan mata Erina yang menubruk pandangan Rayhan.

"Bisa diam nggak," ucap Rayhan dingin dengan suara khas serak orang bangun tidur.

Erina tergagab menunduk dan berpegagan pada meja menyangga tubuhnya agar bisa beridiri.

"Tapi Mas harus sholat," tutur Erina lembut.

"Nanti," ucap Rayhan dingin setelah itu melirik Erina dengan tajam, membuat Erina hanya bisa menarik nafasnya.

Erina bangkit dari duduknya dengan menopang pada benda-benda yang bisa membantu menopang badannya, mungkin Erina harus mengambil tongkatnya di kamar yang Erina tempati waktu itu. Menggunakan kaki palsu sangat tidak nyaman bagi Erina. Dan Erina lebih suka dengan tongkat yang membantunya berjalan. Mungkin nanti Erina akan mengambilnya.

Erina mulai melompat kecil kearah kamar mandi, untuk berwudhu, agar bisa menunaikan kewajibanya bagi seorang muslim. Baru saja Erina ingin masuk kedalam kamar mandi tapi ada suara yang mengintruksi Erina untuk berhenti.

"Pakai kaki palsumu, saya tidak suka melihat cacat kakimu." Ucapan pedas itu sontak membuat Erina berbalik berhenti dari jalan tertarihnya.

Erina menarik nafasnya dalam. Sungguh hati Erina sakit mendengar kata 'cacat' tapi Erina tetap sadar diri atas dirinya. Erina tersenyum tipis kepada Rayhan yang masih memeperhatikanya dengan pandangan yang sulit di artikan.

Erina #LMLY2 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang