20. Jujur

37.2K 3K 158
                                    

Bismillah

Semoga ada pelajaran dan mafaat yang bisa diambil dari cerita ini.

DAN JANGAN LUPA JADIKAN AL-QURAN SEBAGAI BACAAN UTAMA.
.
.
.

selamat membaca

         "Tente, kata Ayah, Ayah mau ketemu tante baik loh," ucap Tania yang kini sudah didalam gendongan Erina, karna anak kecil itu merengek minta digendong.

Erina kembali menatap kearah Fano bertanya, dan terlihat Fano mendelik menatap anaknya sambil menggeleng.

"Eh nggak," ucap Fano gelagapan.  Sikecil Tania terkekeh. Memebuat Erina yang tau Tania sedang berbohong mencubit hidungnya.

"Nggak boleh bohong Tania." Erina menggeleng, membuat Tania merengut dan mengatupkan tangan mungilnya.

"Tania nggak bohong banget kok, tadi Tania bilang pengen ketemu tante baik terus Ayah bilang iya juga," jelas Tania dengan suara lucunya. Tania hanya mengangguk-angguk, mengiyakan saja ucapan Tania. Anak kecil biasanya selalu suka didengarkan, dan saat mereka mulai menjelaskan kita harus menyimaknya.

"Kamu dari mana Erina?" Kali ini mata Erina kembali menatap Fano yang sedang bertanya, tapi sedetik kemudian Erina kembali menundukan dan mengalihkan tatapannya dari Fano.

"Dari kafe," jawab Erina seadanya. Fano hanya mengangguk, Fano tau Erina sedikit membatasi percakapanya dengan dirinya bukan karena apa-apa, Fano pun tau batasan apa yang sedang Erina jaga, dan saat itulah rasa kagum Fano terhadap Erina muncul.

"Sekarang tante mau kemana?" Sekarang si kecil Tania yang bertanya. Sambil bergelayut dan memilin-milin khimar hitam Erina. Erina tersenyum sebelum dirinya mengusap sayang puncuk kepala Tania, yang membuat Tania terkekeh bahagia.

"Tante mau pulang," jawab Erina. Entah kenapa Tania jadi menrengut.

"Jalan-jalan yuk Tante," ajak Tania dengan mata berbinarnya, memohon agar Erina mengiyakan. Sejujurnya Erina tak tega melihat mata anak kecil yang memohon tapi mau bagaimana lagi, dirinya tak bisa pergi lama-lama.

"Kapan-kapan ya sayang, tante nggak bisa kalo sekarang," tolak Erina lembut. Tania merengut, mata bulatnya yang tadi berbinar kini berkaca-kaca. Erina tak tega, Erina sampai bingung harus bagaimana.

"Jangan nangis dong Sayang." Erina membelai lembut pipi tembam Tania yang kini sudah memerah karna siap menangis.

"Tania pengen jalan-jalan sama Mama, Tania pengen kaya teman-teman Tania." Tania menunduk air mata yang tadi tergenang dipelupuk matanya kini jatuh bertetesan. Erina jadi bingung dan panik. Sedangkan Tania semakin terisak kecil, terlihat Tania kecil yang rapuh yang merindukan sosok seoranh ibu untuk menemaninya, merindukan sosok wanita yang menyayanginya.

"Tania," lirih Erina entah apa yang akan dia ucapkan kini, tapi tangan lebutnya mengelus pipi Tania yang mengelurkan banyak air mata.

"Tania sudah ya sini sama Ayah." Fano ingin mengambil alih gendongan Tania tapi Tania malah semakin erat memelik tubuh Erina. Erina yang tau Tania sedang sedih pun semakin memeluknya. Erina tau bagaimana rasanya kehilangan sosok ibu, sedih dan seperti bagian diri kita ada yang hancur. Terlebih untuk anak kecil yang masih sekecil Tania, pasti berat rasanya tumbuh tanpa kasih sayang ibu. Melihat teman-temannya bisa dipeluk seoarang ibu mungkin membuat Tania iri.

Erina #LMLY2 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang