"Jika bisa memilih, aku lebih baik mati dari pada hidup dalam kesunyian di tengah keramaian." –Agatha Anodia Gahazu
-
-
-BUGH ...
Pukulan demi pukulan terus dia layangkan kepada lawannya yang sudah tidak berdaya, dia tidak peduli dengan kerumunan dan pekikan orang-orang di sekitarnya yang melihat itu.
Agatha Anodia Gahazu, dia tidak segan-segan menghabisi siapapun yang mengusik hidupnya tidak peduli dengan dirinya adalah seorang parempuan siapapun yang mengusik hidupnya akan dia beri pelajaran.
Seperti sekarang dia sedang menghajar ketua OSIS SMA Adi Bakti. Risal, seorang cowok yang menyandang gelar ketua OSIS itu sudah lemah tak berdaya di atas tanah, tidak bisa melawan lagi pukulan dari lawannya yang notabenenya adalah perempuan dan dia bisa mengalahkan Risal yang notabenenya seorang laki-laki.
Masalahnya hanya sepele Agatha yang mendapat skors satu minggu dan itu karna Risal yang melihatnya meroko di belakang sekolah dan melaporkannya kepada guru.
"Ada apa ini!" teriak Bu Sum, Kepala sekolah di SMA Adi Bakti.
"Agatha! Apa yang kamu lakukan?!" Bu Sum mendekat dan menarik Agatha yang masih dipenuhi amarah.
Guru-guru mulai berdatangan membubarkan keruman siswa-siswi itu.
"Kalian lihat yang berantem kenapa gak dipisahin!"
Semua bungkam mendengar teriakan Pak Harto, mana berani mereka memisahkan Agatha. Bisa-bisa bukannya memisahkan, tetapi mereka sudah habis dihajar oleh Agatha.
"Agatha! Kamu ikut saya ke ruang BK!" ucap Bu Sum menarik Agatha yang tak bergeming, dia mengepalkan tangannya menahan emosi.
Agatha mengikuti Bu Sum keruang BK, sedangkan Risal dibawa oleh guru-guru ke rumah sakit karena luka yang cukup parah.
**********
"Apa yang kamu pikirkan Agatha, kamu hampir membunuh anak orang," ucap Bu Riah, guru BK SMA Adi Bakti.
Agatha tidak menjawab, dia hanya diam dan menunjukan tampang malasnya.
"Kamu itu siswi berprestasi, tetapi kenapa kelakuan kamu seperti ini Agatha ibu tidak habis pikir, kamu ini perempuan."
"Ya terus kalau saya perempuan emang kenapa sih, Bu?" ucap Agatha.
"Kamu sudah keterlaluan, saya akan panggil Papa kamu kesini," ucap Bu Riah lalu menggambil telepon dan menelepon Papa Agatha.
"Kamu tunggu sampai Papa kamu datang," ucap Bu Riah lagi setelah selesai menghubungi Papa Agatha.
Setelah beberapa menit. Yuda, Papa Agatha sampai di sekolah dan langsung berhadapan dengan guru BK dan kepala sekolah di sana.
"Ada apa ini bu sampai saya dipanggil ke sekolah, apa anak saya berulah lagi?" tanya Yuda, dia sudah beberapa kali mendapat surat panggilan orangtua dari sekolah tapi dia tidak bisa menghadirinya karena sibuk bekerja dan hanya diwakili oleh asisten rumah tangganya, tapi kali ini dia di telepon langsung oleh pihak sekolah.
"Kami minta maaf telah mengganggu bapak, saya hanya ingin membicarakan tentang Agatha. Silakan, Bu Riah," ucap Bu Sum.
"Baik, begini pak anak bapak tadi berkelahi dengan Risal ketua OSIS sekolah ini. Anak bapak membuat Risal masuk rumah sakit, dan dari informasi guru yang mengantar Risal ke rumah sakit, Risal mengalami patah tulang di kaki kirinya serta tangannya terkilir menyebabkan dia harus dirawat," ucap Bu Riah membuat Yuda kaget, sedangkan Agatha terlihat biasa saja dengan raut muka datar.
"Sekolah sudah tidak bisa mentoleransi itu, maka dengan berat hati kami minta maaf harus men-drop out Agatha," lanjut Bu Riah.
Yuda memendam amarah kepada anaknya, dia tidak mengira anaknya bisa sebrutal itu dia perempuan tapi kelakuannya melebihi laki-laki.
"Apa tidak bisa memberi kesempatan lagi untuk anak saya, Bu?" tanya Yuda.
"Sekali lagi kami monta maaf, Pak. Agatha tidak sekali dua kali berulah dan kali ini sangat fatal, pihak sekolah sudah tidak bisa mempertahankan Agatha," ucap Bu Sum.
"Udah lah, Pah. Kalau Agatha di DO ya terima aja, Agatha bisa sekolah di tempat lain," ucap Agatha lalu beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.
"Agatha!" teriak Yuda marah, tetapi Agatha tidak mengindahkan panggilan Yuda. Dia tetap berjalan dan menghilang di balik pintu.
**********
Pukul sebelas malam, Agatha baru pulang kerumahnya. Setelah kejadian di sekolah dia meninggalkan ruang BK dan pergi ke tempat tongkrongannya berkumpul bersama teman-temannya.
"Dari mana saja kamu jam segini baru pulang?" tanya Yuda yang sedang duduk di sofa ruang tamu, sedari tadi dia menunggu anaknya pulang.
"Agatha ngantuk mau tidur," ucap Agatha hendak melangkah, namun ditahan oleh Yuda.
"Apa kamu tidak berpikir Gatha, kamu hampir membunuh anak orang!"
"Masih hampir kan, Pah? belum beneran bunuh."
Plakk!
Satu tamparan mendarat mulus di pipi Agatha, dia tidak menyangka Papa nya akan melakukan itu. Agatha memegang pipinya yang memanas karna tamparan itu.
"Papa kecewa sama kamu, kamu itu anak perempuan bersikaplah seperti perempuan pada umumnya! Papa gak pernah ajarin kamu seperti ini, jaga sikap kamu, ibumu akan sedih melihat kamu seperti ini!"
"Jangan bawa-bawa ibu, Pah! Ibu sudah tenang di sana dan kenapa Papa baru peduli sekarang sama Agatha, dulu Papa gak pernah peduli sama apa yang dilakukan Gatha, yang Papa pikirkan hanya kerjaan Papa!" ucap Agatha dengan marah.
"Siapa yang ajarin kamu bicara seperti itu kepada orangtua!" bentak Yuda.
"Gatha sendiri Pah yang ajarin diri Gatha, Papa gak pernah ada buat Gatha semenjak Ibu meninggal. Gatha kaya gak punya siapa-siapa lagi, padahal Gatha masih punya Papa tapi Papa gak pernah ada buat Gatha. Jangan salahkan Gatha atas semua perilaku Gatha Pah, harusnya Papa introfeksi, semua ini juga karena Papa gak ada buat Gatha, Gatha cuma mau Papa ngelirik Gatha Papa masih punya Gatha, Gatha gak perlu harta, Pah. Gatha cuma perlu perhatian dari Papa!" ucap Agatha mengeluarkan unek-uneknya yang selama ini dia pendam, tanpa mendengar balasan dari Yuda Agatha berlari ke kamarnya dengan air mata yang sudah turun sejak pertama Agatha bicara.
Agatha menutup pintu kamarnya dan menguncinya dia bersandar di balik pintu membiarkan tubuhnya luluh kelantai dia sudah tidak kuat lagi dia hanya ingin menangis.
"Agatha rindu ibu ... hiks ... Agatha butuh ibu. Kenapa ibu ninggalin Agatha, bu. Papa gak sayang sama Agatha ... hiks ..." lirih Agatha dalam isaknya, air matanya terus berderai. hatinya sakit, raganya lelah. Dia terus menangis mengeluarkan semua bebannya.
Ibunya sudah meninggal saat Agatha masih SMP kelas 8, semenjak itu kehidupan Agatha hancur dia tidak lagi menjadi siswi teladan, dia selalu ikut tauran, balapan liar dan perilaku menyimpang lainnya. Itu semua Agatha lakukan hanya untuk satu hal mengambil perhatian Yuda yang selalu sibuk bekerja dan tak pernah ada waktu untuk dia.
Dia tidak memerlukan semua fasilitas mewah ini, dia hanya perlu perhatian dari Papa-nya hanya itu. Dia kesepian, tidak mempunyai kakak atau pun adik, dia anak tunggal di keluarga Gahazu. Tidak ada yang peduli dengannya setelah ibunya meninggal.
-
-
-
Next?? Vote sama comment dulu ya😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Smart Bad Girl (Selesai)
Teen Fiction"Wanita tidak lemah, tapi bukan berarti mereka kuat." -Agatha Anodia Gahazu