"Sebuah janji harus tetap ditepati, meskipun itu menyulitkanmu." —Agatha Anodia Gahazu
-
-
-"Tha mau pulang bareng gue?" tanya Flo pada Agatha yang sedang memainkan ponselnya.
"Iy—"
"Agatha pulang bareng gue," potong seorang cowok masuk ke dalam kelas Agatha yang sudah sepi. Agatha dan Flo menatap cowok itu dengan terkejut.
"Gak! Apa-apaan lo. Gue pulang bareng Flo," ucap Agatha tidak setuju.
"Lo harus pulang bareng gue!" tegas cowok itu menatap tajam ke arah Agatha. Agatha dan Flo menatap sinis ke arahnya.
"Apaan sih lo Gi, main maksa orang gitu aja. Kalo Agatha gamau ya gamau!" ucap Flo kesal. Cowok itu Irgi Dirgantara, dengan seenaknya memaksa Agatha pulang bersamanya. Flo tidak suka jika Irgi terlalu mencampuri urusan Agatha, Flo tau ada yang berbeda saat Irgi menatap Agatha. Mungkin feeling seorang sahabat.
"Jangan ikut campur, ini urusan gue sama temen lo!" ucap Irgi dengan segera menarik Agatha pergi dari kelas itu. Agatha menberontak dan menendang kaki Irgi sehingga Irgi melepaskan tangannya.
Irgi memegang kakinya kesakitan karena tendangan Agtha yang cukup keras.
"Lo apa-apan sih, gue gak mau pulang bareng lo!" bentak Agatha, dia tidak suka dipaksa apalagi dipaksa oleh seorang Irgi.
"Oh lo lupa perjanjiannya," ucap Irgi.
Ah perjanjian sialan itu, kenapa Agatha harus berjanji pada manusia sialan ini. Manusia licik yang tidak punya hati. Soal perjanjian tadi siang Irgi meminta Agatha untuk mengikuti semua perintahnya tanpa membantah, gila kan cowok ini. Awalnya Agatha menolak karena dia tau cowok ini sangat licik pasti Agatha akan menjadi bulan-bulanan dia, tapi Irgi tetap Irgi dia tidak akan melepaskan Agatha begitu saja dengan ucapan-ucapan menyebalkan yang selalu membuat Agatha geram, akhirnya Agatha menerima permintaan Irgi. Semua ini karna hama satu itu, kalau saja ulat itu tidak ada pasti hidup Agatha akan tenang-tenang saja.
"Mulai sekarang lo harus berangkat dan pulang sekolah bareng gue, ini perintah pertama dari gue!" tegas Irgi membuat Agatha melongo.
"Gila lo, gue gak mau dan gak akan pernah mau." Bisa dibayangkan setiap berangkat sekolah dia harus bangun pagi karena Ketua Osis ini pasti akan sangat pagi menjemputnya agar tidak kesiangan, dan pulang sekolah? Dia tidak akan bisa kumpul bareng anak-anak Toughness jika Irgi yang mengantarkannya pulang.
"Bukannya seorang pemimpin harus bisa dipegang janjinya." Mulai ... Irgi selalu menyangkutpautkan semuanya dengan Agatha sebagai Ketua Geng Toughness.
"Gue emang Ketua Toughness dan gak ada hubungannya sama lo, jadi jangan sangkutpautkan semuanya dengan itu!"
"Oh jelas harus, karena ada sangkutpautnya, hitung-hitung lo belajar tanggung jawab dengan ucapan lo karena seorang pemimpin harus bisa dipegang janjinya!"
"Okeoke gue bakal nurutin apa kemauan lo puas?" Final Agatha pada akhirnya. Percuma saja terus berdebat dengan Irgi, dia tidak akan menang. Dasar cowok mulut cewek. Gadis itu berjalan meninggalkan Irgi karena kesal.
"Banget," jawab Irgi lalu mengejar Agatha.
Agatha dan Irgi sampai di parkiran, di sana sudah ada Nesya yang sedang menatap ke arah Irgi dan Agatha. Terpancar jelas dari sorot mata Nesya, dia tidak suka pada Agatha.
"Kak jangan bilang lo mau nganterin dia juga," ucap Nesya menatap Irgi kesal.
"Iya Nes, kita pulang bareng ya," ucap Irgi lembut. Agatha memutar bola matanya malas, di depan Nesya saja Irgi bisa selembut itu, berbanding terbalik jika sedang bersamanya yang Irgi tunjukan pasti sifat menyebalkannya.
"Kenapa sih kak lo harus urusin dia, emang dia siapa sih. Apa dia sepenting itu, sampai lo harus nganterin dia pulang juga." Nesya marah, tadi pagi dia kaget karena Irgi menjemput Agatha terlebih dahulu lantas sekarang dia juga ingin mengantarkan Agatha pulang, apa se-spesial itu Agatha untuk Irgi?
"Udahlah gak usah banyak drama gue mau pulang, cape panas juga," ucap Agatha, dia malas jika harus menyaksikan drama tidak menyenangkan ini.
"Yaudah kak lo anterin dia aja, gue bisa pulang sendiri," ucap Nesya pergi meninggalkan mobil Irgi.
"Nes, tunggu." Irgi mengejar Nesya, namun Nesya sudah pergi dengan seorang siswa. Nesya menghentikan mobil Brama dan terlihat seperti memaksa untuk ikut ke mobilnya.
"Jadi pulang atau mau jadi ikan asin gosong di sini," ucap Agatha, sedari tadi dia sudah kepanasan berdiri di sini, menyaksikan drama tidak berbobot seperti tadi.
Tanpa menjawab Irgi masuk kedalam mobilnya, diikuti Agatha yang sudah membuka pintu belakang namun suara Irgi mengurungkannya untuk duduk.
"Gue bukan supir lo, duduk di depan jangan di bekakang dan jangan membantah!" ucap Irgi dingin.
"Ck! Iya,iya tuan raja!" ucap Agatha kesal.
*********
Hari ini hari libur, seperti biasanya Agatha pergi ke Kafe Alatha untuk berkumpul bersama teman-temannya. Sekarang dia sudah bisa membawa mobil walaupun kakinya terkadang masih terasa sakit tapi dia sudah mampu untuk membawa mobil.
"Tha Vira nanyain terus katanya kapan balapannya," ucap Dini, Agatha hampir lupa dengan balapan itu.
"Mereka udah nentuin tempatnya?" tanya Agatha, sesuai perjanjian Geng Virgi menentukan tempatnya dan Toughness waktunya.
"Udah dan Sesil juga udah cek ke sana dan katanya aman sih jalan itu gak banyak dilalui kendaraan jauh juga dari keramaian," jelas Dini.
"Jadi aman-aman aja?" tanya Agatha.
"Sejauh ini sih aman, tapi kita juga gak tau apa yang akan dilakukan Virgi, mereka kan licik," timpal Sesil ikut bergabung mendengar pembahasan mereka.
"Oke jadi kita tinggal nentuin waktu aja, tanyain yang lain mereka bisanya kapan? Gue udah siap," ucap Agatha. Anak-anak yang lain pasti harus ikut ke sana menjaga-jaga takutnya ada hal yang tidak dapat di prediksikan.
"Kaki lo udah sembuh Tha?" tanya Flo.
"Udah kok, buktinya gue udah bisa bawa mobil." Agatha tidak mungkin mengaku kalau kakinya kadang masih terasa sakit, pasti yang lainnya akan membantah Agatha balapan.
"Saran gue kalau mau sih jangan waktu hari libur, takutnya ada polisi atau petugas yang suka kontrol jalan-jalan gitu. Lebih baik hari biasa aja," saran Sesil.
"Yaudah hari rabu pukul sepuluh, kasih tau juga yang lain supaya bisa datang ke sana. Yang gak bisa dateng bilang sama gue, alesannya apa?" ucap Agatha diangguki semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smart Bad Girl (Selesai)
Teen Fiction"Wanita tidak lemah, tapi bukan berarti mereka kuat." -Agatha Anodia Gahazu