"Hal yang sulit itu menebak isi hati seseorang." —Agatha Anodia Gahazu
-
-
-Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, Flo belum juga kembali ke kelas. Waktu istirahat tadi Flo dan Ken entah pergi kemana, mereka tidak ke kantin dan sampai sekarang belum kembali ke kelas. Kebetulan tiba-tiba guru ada rapat jadi setelah istirahat sampai pulang free class.
Agatha hanya dapat pesan singkat dari Flo, dia hanya meminta Agatha menyimpan tas Flo ke loker. Sudah pasti dia bolos bersama Ken, memang anak bandal.
Setelah dari loker Agatha berjalan menuju parkiran, seharian ini dia tidak mendapat pesan dari Irgi. Mungkin dia sedang sibuk bersama Nesya, lagian seharusnya Agatha bersyukur kan seengaknya dia bisa pulang bebas.
"Tha." Agatha membalikan tubuhnya, mencari asal suara yang memanggilnya. Di belakangnya sudah ada Bara yang tersenyum memnadangnya.
"Pulang bareng yuk," ucap Bara dengan segera menggandeng tangan Agatha, tanpa menunggu jawaban darinya.
Agatha mengehentikan langkahnya. "Apaan sih Bar, gue gak mau."
"Kenapa,lo gak bawa mobil kan?"
"Enggak."
"Yaudah ayo gue anterin." Bara melanjutkan jalannya sambil menggengam tangan Agatha, membuat banyak pasang mata melihat tidak suka ke arah mereka.
Agatha hanya berjalan mengikuti Bara, dia sedang tidak mood berdebat. Entah apa yang terjadi dengan Agatha, rasanya hari ini dia tidak bersemangat sekali.
Agatha dan Bara sampai di parkiran, Agatha melihat Irgi berjalan ke arahnya, cowok itu sedang bersama Nesya. Irgi menatap Agatha dengan raut dingin dan datar, Nesya berjalan di sebelah Irgi sambil terus mengoceh. Irgi melewati Agatha begitu saja tanpa berbicara sepatah katapun, cowok itu langsung masuk ke mobil bersama Nesya, membuat Agatha semakin kesal. Kenapa cowok itu tidak menyapa Agatha, apa dia masih marah karena kejadian tadi siang di kantin.
"Tha, kenapa bengong?" ucap Bara menyadarkan Agatha.
"Eh enggak, ayo." Agatha naik ke atas motor Bara.
"Nih pake dulu helm nya." Bara memberikan helm kepada Agatha yang langsung diterima oleh Agatha.
Agatha memakai helm itu, lalu motor Bara melesat meninggalkan sekolah membelah jalanan yang ramai oleh kendaraan.
"Tha, lo suka apa?" tanya Bara di tengah perjalanan.
"Hah?" ucap Agatha tidak mendengar pertanyaan Bara karena suara motor Bara yang berisik.
"Lo suka apa?" ulang Bara.
"Iya aja lah, ngomong apa sih lo gak kedengeran."
"Ck! Gue ganteng ya?" ucap Bara ngarang, siapa tau Agatha menjawab iya.
"Dih ganteng, kaya gantungan kunci iya," jawab Agatha membuat Bara kesal, tadi dia tanya gak kedengeran giliran pertanyaannya di ganti kok langsung kedenger ya.
"Bilang iya kek Tha," ucap Bara.
"Udah jangan banyak omong, gue mau cepet sampai rumah cepetan bawa motornya."
"Oke sayang," ucap Bara sambil terkekeh.
"Apa? Lo mau makan samyang? Jangan sekaranglah anterin dulu gue pulang," jawab Agatha membuat Bara berdecak.
"Serah lo Tha, gue mah apa atub cuma cinta bertepuk sebelah tangan," ucap Bara kini tidak di balas oleh Agatha karena mungkin dia tidak mendengarnya.
Bara melajukan motornya dengan kecepan penuh, menyalip beberapa kendaraan di depannya. Hingga akhirnya dia sampai di depan gerbang rumah Agatha, yang dengan segera di bukakan oleh satpam.
Bara melajukan motornya masuk ke dalam pekarangan rumah Agatha, Agatha turun dari motor Bara. Matanya menatap pada satu titik, sebuah mobil terparkir di sana. Itu bukan mobil Papa nya, tapi mobil ... .
"Ngapain lo di sini." Bara turun dari motornya, berdiri di sebelah Agatha menatap seorang cowok yang sedang bersandar pada mobilnya.
"Bukan urusan lo," jawab dia santai.
"Kalau menyangkut Agatha jelas itu urusan gue." Bara menatap tajam cowok itu, yang di tatap masih santai dengan raut dinginnya.
"Lo bukan siapa-siapanya, gak berhak tau apapun."
"Eh ngaca, lo juga bukan siapa-siapanya."
"Yang pasti gue lebih berhak dari pada lo."
"Lebih berhak?" Akhirnya Agatha angkat bicara setelah lama terdiam menyaksikan Bara dan Irgi. "Kenapa?"
"Ada yang mau gue bicarain sama lo, BERDUA." Irgi dengan sengaja menekan kata berdua sambil melirik Bara.
"Gak bisa, gue harus ikut," ucap Bara.
"Lo masih ingat perjanjian kita?" ucap Irgi pada Agatha.
"Lo bawa-bawa tentang perjanjian? Gue juga punya perjanjian bareng Agatha."
"Emang gue nanya?"
"Ku-"
"Lanjut aja berantemnya, gue mau masuk bye." Agatha berjalan menuju rumahnya meninggalkan Bara dan Irgi di sana.
Agatha merebahkan badannya di kasur, matanya menerawang menatap atap kamarnya. Kenapa Agatha merasa dirinya berubah, dia merasa menjadi lemah.
Drrtt ... Drttt ...
Suara ponsel membuyarkan lamunan Agatha, satu panggilan masuk dari Irgi. Untuk apa cowok itu menelponnya, dia pikir Irgi sudah pulang. Agatha menekan tombol hijau lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Gue tunggu di bawah, cepet mandi siap-siap gue mau ajak lo pergi," ucap Irgi di sebrang telpon.
"Ke-" Belum sempat Agatha berbicara, Irgi sudah memutuskan sambungan telpon secara sepihak.
Irgi mau mengajak Agatha pergi kemana, jika Agatha tidak mengikuti perintahnya sudah pasti cowok itu akan bawel menyangkut pautkan dengan janji Agatha. Menyebalkan bukan, baru kali ini dia di peralat oleh orang lain.
***
"Mau kemana sih?" tanya Agatha, sekarang dia sudah berada di dalam mobil Irgi. Entah bagaiman cowok menang dari Bara, yang pasti tadi hanya ada Irgi.
"Diem aja, jangan bawel." Irgi menyalakan mesin mobil, melajukannya meninggalkan rumah Agatha.
Agatha memejamkan matanya, dia sangat ngantuk. tapi, mau bagaimana lagi Irgi sangat keras kepala. Semua ucapannya tidak bisa di bantah, dan anehnya Agatha selalu kalah oleh Irgi.
"Udah nyampe, jangan tidur pelor banget sih lo," ucap Irgi membuat Agatha mendelik tidak suka.
"Siapa yang tidur," ucap Agatha, matanya melihat ke bangunan yang ada di depannya. Mall? Untuk apa cowok ini mengajak Agatha ke sini. Agatha paling tidak suka pergi ke Mall, apa tidak ada tempat lain selain ini.
"Ngapain ke sini sih," ucap Agatha.
"Turun, jangan banyak tanya." Sabar Agatha lo pasti kuat. Agatha turun dari mobil Irgi, menunggu cowok itu memarkirkan mobilnya.
"Yuk," ucap Irgi berjalan lebih dulu dari diikuti Agatha di belakangnya.
"Jalannya cepet, jangan di belakang gue berasa bawa anak ayam gue." Irgi berbicara tanpa menoleh pada Agatha.
Agatha geram, dia berjalan sedikit cepat tanpa aba-aba dia memukul bahu Irgi sedikit keras sampai cowok itu meringis.
"Eh maaf sengaja," ucap Agatha mengelus ngelus bahu Irgi yang tadi dia pukul. Irgi mendelik kesal sedangkan Agatha hanya tersenyum puas.
"Jalannya sebelah gue," ucap Irgi menarik Agatha yang berjalan di depannya.
"Isshh, lo tuh-"
"Diem!"
"Dasar gigi onta," gerutu Agatha kesal.
"Gue punya telinga."
"Emang gue bilang lo gak punya telinga?"
"Terserah."
"Dih gajelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Smart Bad Girl (Selesai)
Teen Fiction"Wanita tidak lemah, tapi bukan berarti mereka kuat." -Agatha Anodia Gahazu