Baper

1K 83 1
                                    

"Aku jatuh cinta hanya karena perkataannya saja, tanpa tahu apa maksud dari setiap kata yang diucapkannya."—Agatha Anodia Gahazu
-
-
-

Agatha keluar dari ruang guru dengan muka masam, dia melihat cewek yang sekarang berdiri di depannya. Nesya, cewek itu sedang menatap Agatha dengan kesal.

"Gue mau bicara sama lo, tapi gak di sini," ucap Nesya.

"Sibuk," jawab Agatha singkat.

Agatha berjalan melewati Nesya, mengacuhkannya seakan dia tidak ada di sana. Tapi, Nesya mengikutinya dari belakang hingga Agatha menghentikan langkahnya setelah meniki 3 anak tangga.

"Lo mau apa sih?" tanya Agatha pada Nesya, Nesya mensejajarkan tubuhnya berhadapan dengan Agatha.

"Kenapa lo rebut semua dari gue?" tanya Nesya membuat Agatha mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Apa yang gue rebut dari lo?" tanya Agatha.

"Gak usah pura-pura gak tahu," ucap Nesya, "lo rebut semua dari gue, pertama lo rebut Irgi dari gue dan sekarang lo rebut impian gue.!"

Agatha tahu apa yang maksud dari 'impian' Nesya, tahun lalu Nesya yang mewakili Alexi Olimpiade dan sekarang dia tergantikan oleh Agatha. Tapi, untuk Agatha merebut Irgi dari Nesya, Agatha tidak merasa dia melakukan itu.

"Gue gak ngerebut semua itu," ucap Agatha.

"Gak ngerebut kata lo? Irgi sekarang jadi gak ada waktu buat gue, apa-apa lo, apa-apa lo. Gue gak masalah lo rebut impian gue, oke lo emang jauh lebih pintar dari gue, tapi gue mohon jangan rebut Irgi dari gue Agatha. Gue gak mau cap lo sebagai perebut, tapi prilaku lo yang ngebuat lo pantas di cap sebagai perebut." Nesya menekan kata perebut, dia sudah lama menahan emosinya.

"Bukan gue yang mau ikut, kalau lo gak terima bilang aja sama guru-guru dan untuk masalah Irgi, gue gak ngerasa ngerebut dia." ucap Agatha masih tenang, dia melanjutkan langkahnya namun Nesya menarik lengan Agatha, Agatha yang tidak siap kehilangan keseimbangannya. Agatha memjamkan matanya namun, dia tidak merasakan sakit karena terjatuh. Badannya berada dalam dekapan seseorang, Agatha kenal siapa dia.

Agatha membuka matanya, menatap Irgi yang sedang menatapnya dengan sorok khawatir. Irgi melepaskan dekapannya, lalu menatap marah pada Nesya.

"Lo apa-apaan sih Nes," ucap Irgi marah pada Nesya, Nesya terkejut karena Irgi sangat jarang manggil dengan panggilan 'lo'.

"A-aku gak sengaja Kak, aku tadi-"

"Jangan pernah sekali-kali lo nyakitin Agatha, sampai Agatha terluka gue gak akan maafin lo!" ucap Irgi menusuk Nesya, apa sepenting itu Agatha bagi Irgi?

Irgi menarik Agatha pergi dari sana, Agatha tidak berbicara apa-apa. Dia masih shock karena kejadian tadi, shock karena tadi jika tidak ada Irgi dia mungkin sudah jatuh dari tangga dan yang membuatnya bungkam sampai saat ini adalah ucapan Irgi pada Nesya. Agatha menghentikan langkahnya membuat Irgi menatapnya dengan tatapan seolah bertanya 'kenapa?'

"Lo nyakitin Nesya Gi," ucap Agatha teringat dengan raut wajah Nesya tadi.

"Tapi lo hampir jatuh karena dia Tha," ucap Irgi.

"Apa maksud ucapan lo tadi?" tanya Agatha.

Irgi tahu apa maksud Agatha, Irgi mendekat lalu memeluk Agatha dengan erat. "Gue gak mau lo terluka Agatha, kalau lo terluka gue ikut merasakan sakitnya. Gue udah janji sama diri gue sendiri Tha, kalau gue gak akan biarin lo terluka sedikitpun, mau itu fisik atau perasaan lo."

Badan Agatha membeku mendengar penuturan Irgi, Apa ini? Apa maksud Irgi? Agatha tidak tahu perasaan apa ini, yang jelas Agatha sangat senang Irgi mengatakan itu. Baru pertama kali Agatha merasakan seperti ini, Irgi selalu membuatnya nyaman, Irgi selalu bisa membuatnya bahagi, dan selalu bisa menenangkannya padahal Irgi adalah orang baru di hidupnya.

"Hareudang ... Hareudang ... Hareudang, panas ... Panas ... Panas ... " Hitto dan Brama keluar dari pilar bangunan beralih bersandar dengan tangan bersedekap sambil bersenandung.

Irgi melepaskan dekapannya pada Agatha beralih menatap kedua sahabatnya dengan tampang permusuhan, dua kunyuk itu selalu saja datang di waktu yang tidak tepat.

"Panas euy, panas," ucap Hitto.

"Bos lo kalau mau peluk-pelukan tahu tempat dong, ini sekolah bos sekolah. Lo Ketua OSIS harus mencontohkan yang baik dong bos," timpal Brama.

Irgi menarik Agatha menjauh dari kedua sahabat gilanya itu, baru beberapa langkah Irgi menghentikan langkahnya lalu menatap kedua sahabatnya.

"Pulang jalan kaki lo berdua," ucap Irgi lalu melanjutkan langkahnya bersama Agatha.

"Ku menangis ... " sendandung Hitto memeluk pilar bangunan itu.

"Membayangkan ... " timpal Brama.

"Betapa kejamnya dirimu atas diriku ... ."

"Kau duakan cinta ini ... ."

"Kau pergi bersamanya ... ."

"To lo kalau gila jangan ajak-ajak gue, liat anjir banyak adik kelas yang liatin," ucap Brama. Hitto melihat sekitanya dan benar saja banyak adik kelas yang menatap mereka aneh. Hitto dan Brama berlari dari sana karena malu, hilang sudah wibawa mereka sebagai kakak kelas.

***

Sangat pagi, Agatha sudah berada di sekolah dengan seragam rapi. Hari ini, Agatha akan mengikuti Olimpiade. Guru-guru yang akan ikut mengantar juga sudah siap, Agatha sangat jika saja dia bisa menolak dia tidak mau ikut olimpiade ini.

Agatha melihat sekeliling, dia sedang duduk di kayu kursi panjang, dari sini dia bisa melihat area parkir. Dia mencari mobil Irgi, tapi dia tidak menemukannya. Irgi sudah bilang pada Agatha, dia akan ikut dengan guru-guru yang mendampingi Agatha. Tapi sampai sekarang, Agatha belum melihat Irgi.

"Tha." Agatha terkejut karena seseorang menyentuh bahunya.

"Kenapa kok kaget gitu, lagi ngelamun ya," ucap dia.

Agatha menatap cowok itu sekilas, "Ngapain lo sepagi ini di sekolah, pake baju bebas lagi," ucap Agatha.

"Ngikut bokap, sekarang lo kan olimpiade bokap selalu ikut setiap sekolah ini mengirim siswa-siswinya buat olimpiade," jawab cowok itu duduk di sebelah Agatha.

"Dan lo selalu ikut juga?" tanya Agatha.

"Enggak, karena sekarang lo yang ngewakilin Alexi olimpiade jadi gue ikut. Lagian kan gak boleh banyak yang ikut, guru aja cuma dua yang ikut."

"Agatha ayo, semua udah siap," ucap seorang guru menghampiri Agatha. "Lho Bara juga ikut?" tanya guru itu.

"Iya Bu, nganterin Papa sekalian dukung calon pacar," jawab Bara tersenyum jail melirik Agatha yang menatapnya tajam.

"Calon pacar, calon pacar. Emang Agatha mau sama kamu?"

"Udah Bu, gak usah dengerin Bara. Saya jugs gak mau sama dia," ucap Agatha berjalan ke parkiran.

Agatha masuk ke dalam mobil guru yang mengantarnya, dia melihat ponselnya berharap Irgi mengirim pesan untuknya. Tapi, tidak ada satu pesanpun dari Irgi. Agatha mencoba berpikir positif, mungki3n Irgi akan menyusul sendiri ke tempat Olimpiade nanti. Semoga saja, karena Agatha sangat berharap Irgi datang setidaknya hanya memberi semangat pada Agatha.

Smart Bad Girl (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang