"Melihatmu bahagia saja itu sudah lebih dari cukup untukku." —Irgi Dirgantara
-
-
-Agatha menggerutkan keningnya, ketika Irgi membawanya ke zona permainan. Untuk apa cowok ini membawanya ke sini, tempat yang dipenuhi anak-anak.
"Ck! Ngapain kesini sih Gi," ucap Agatha.
"Mainlah, seru seruan," jawab Irgi santai. "Bentar gue beli kartu dulu," ucap Irgi lalu pergi.
Agatha mengamati sekelilingnya, banyak anak-anak yang sedang bermain aneka permainan di sana. Mereka tertawa lepas, ada yang bermain bersama teman-temannya ada juga yang bersama.orangtua mereka. Tidak sedikit juga, remaja seumurannya yang berada di sana dengan pasangan-pasangan mereka.
"Ngapain bengong, ayo." Irgi menarik Agatha untuk mengikutinya, Agatha tidak suka pergi ke Mall karena tempat ini seringkali membuat Agatha teringat momen bersama Ibunya.
"Mau main ini?" tanya Irgi membuyarkan lamunan Agatha. Mereka sedang berada di depan permainan basket, di mana mereka harus memasukan bola ke ring yang berada di depan jika bola masuk akan mendapatkan poin dan jika semua bola masuk bisa mendapat hadiah.
"Eh? Gak gue gak mau lo aja," tolak Agatha.
"Yaudah kalau gak gamau," ucap Irgi, dia tetap ingin bermain.
Irgi memasukan kartu yang tadi game pada mesin, lalu mengambil bola yang keluar dan melemparnya ke ring. Hanya awalan saja bola itu sudah masuk sempurna kedalam ring, Irgi tersenyum lalu mepemparkan bola lagi dan tidak meleset sama sekali bola itu kembali melewati ring dengan sempurna. Lama-lama Agatha menjadi tertarik dengan permainan itu, terlihat sangat mudah.
"Mau nyoba?" tawar Irgi melihat Agatha sedang memperhatikannya.
"Gak bisa," ucap Agatha.
"Cobain dulu." Irgi menarik Agatha agar lebih dekat dengannya, dia memberikan satu bola pada Agatha.
Agatha sudah bersiap melempar bola itu ke dalam ring, matanya terus menatap ring di depannya dia sudah yakin lemparannya tidak akan meleset. Satu ... Dua ... Tiga ... Agatha melempar bolanya namun, bukan menuju ring tapi melesat tidak terarah. Irgi terekekeh melihatnya, membuat Agatha mendengus kesal.
"Baru pemanasan," ucap Agatha lalu mengambil bola basket lagi, dia melemparnya tanpa aba-aba.Namun, tetap sama bola itu tidak masuk ke dalam ring.
"Isshh." Agatha mendengus kesal, dia harus bisa memasukan bolanya dengan mulus. Agatha kembali mengambil bola basket itu, satu bola, dua bola, tiga bola, hingga bola terakhir tapi tidak ada yang masuk.
"Licik tuh pasti bola yang pertama lo lempar ada magnetnya kan?" ucap Agatha pada Irgi yang tertawa karena melihat kekesalan Agatha.
"Gue ajarin." Irgi memasukan kembali kartu game itu. "Sini," ucap Irgi menarik Agatha untuk berdiri di depan Irgi.
Demi apapun saat ini Agatha sangat tegang, posisinya dan Irgi sangat dekat hanya tinggal beberapa centi lagi. Irgi memberikan bola pada Agatha, lalu tangannya memegang tangan Agatha mengarahkan nya di depan dada.
"Lo fokus liat ke depan, lo harus rilex," ucap Irgi. Bagaimana dia bisa fokus, wajah Irgi berada di sampingnya jika Agatha menoleh sudah pasti akan bersentuhan.
"Satu ... Dua ... " Irgi mulai menghitung, Agatha sudah siap dengan posisinya. "Tiga." Agatha melemparkan bolanya dan yaps bolanya meluncur sempurna masuk kedalam ring.
"Yeay gue bisa," teriak Agatha tanpa sadar.
"Gampang kan?" ucap Irgi diangguki oleh Agatha.
"Gue mau main lagi," ucap Agatha semangat, mengambil bola lagi. Irgi tersenyum melihat Agatha, akhirnya Agatha bisa tersenyum lagi. Irgi tau Agatha tidak suka main ke Mall karena dia akan ingat ibunya. Tapi itu tujuan Irgi supaya Agatha bisa melawan kesedihannya, supaya Agatha tidak lagi merasa sedih jika mengingat semua moment bersama Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smart Bad Girl (Selesai)
Fiksi Remaja"Wanita tidak lemah, tapi bukan berarti mereka kuat." -Agatha Anodia Gahazu