Bab 10 (Personal Assistant)

280 36 4
                                    


Siang ini acara sudah selesai, semua meja serta piring makanan sudah dibereskan. Semua karyawan juga sudah pulang. Seharusnya Devi pun sudah bisa bersantai di rumah jikalau bosnya tidak meminta untuk di belikan makanan lain.

Devi bingung harus membeli makanan apa untuk Zakky, jarang sekali restoran maupun toko menjual makanan sehat yang diminta oleh bos barunya itu. Jika Devi kembali ke toko kemarin jaraknya lumayan jauh dan menghabiskan ongkos yang lumayan juga. Akhirnya Devi mempunyai ide, dia membeli buah apel, jeruk, anggur, serta salad sayuran di supermarket depan kantor.

***

"Ini beberapa CV calon asisten pribadi untuk Mas Zakky. Mereka adalah karyawan yang sudah bekerja disini lebih dari tiga tahun," ucap Bu Salwah yang menjabat sebagai sekretaris Pak Heru dan otomatis menjadi sekretaris Zakky sekarang.

Zakky membuka satu persatu CV tersebut, semuanya adalah perempuan dengan usia yang berbeda, ada yang lebih tua dan ada juga yang lebih muda. Mereka semua berasa dari jabatan dan divisi yang berbeda pula. Tapi nampaknya Zakky belum menemukan calon asisten pribadi yang cocok dengannya. Zakky harus melihat kinerja mereka secara langsung bukan hanya melalui CV saja.

"Bagaimana apakah sudah menemukan calon asisten pribadi yang cocok?" tanya Bu Salwah ketika Zakky meletakan semua berkas CV karyawan.

"Sepertinya saya membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk menentukannya Bu," ucap Zakky pada wanita yang sudah berusia 45 tahun itu.

"Pak Zakky akan mulai bekerja disini mulai besok hari, dan oleh karena itu Pak Zakky harus menentukan asisten pribadi hari ini juga, karena banyak pekerjaan yang harus dilakukan besok. Banyak rapat yang harus di hadiri juga."

"Baiklah, saya pastikan besok hari saya sudah menentukan siapa asisten pribadi saya. Terima kasih Bu atas bantuannya."

Bu Salwah mengangguk dan pamit keluar dari ruangan CEO.

Zakky memang membutuhkan asisten pribadi untuk menunjang kehidupan pribadinya sendiri. Pasti dia akan sangat sibuk memimpin perusahaan, sehingga kebutuhan pribadinya harus di serahkan pada seseorang yang bisa dia percaya.

"Permisi," ucap Devi dari luar ruangan Zakky.

"Ya silakan masuk."

Di dalam ruangan hanya ada Zakky saja. Dia sedang menikmati cookies yang dibelikan Devi sebelumnya, satu toples Zakky habiskan sendiri. Dahi Devi mengernyit melihat Zakky, padahal masih terasa hangat di telinganya bahwa bosnya tadi berkata tidak menyukai cookies itu.

"Kenapa berdiri di depan pintu? Tadi sudah saya suruh masuk."

Devi berjalan maju kemudian menyodorkan cemilan yang dia beli.

"Apa ini?"

'Bukankah sudah jelas itu buah-buahan dan salad sayuran,' batin Devi.

"Kamu bisu ya? Kenapa tidak menjawab pertanyaan saya?" tanya Zakky datar.

Jika saja pria menyebalkan ini bukan bosnya mungkin Devi sudah melemparnya lewat jendela lantai tiga, seenaknya saja mengatakan dirinya bisu.

"Itu makanan yang saya belikan sebagai pengganti cookies yang tidak Bapak sukai. Tapi ternyata saya lihat cookies itu sudah Bapak habiskan sendiri," sindir Devi.

"Saya itu kelaparan karena menunggu kamu terlalu lama, makanya saya makan cookies itu."

'Alasan saja,' batin Devi.

"Oh iya, kamu kan yang mengempeskan ban mobil saya tadi pagi? LIHAT AKIBATNYA, SAYA SAMPAI TERLAMBAT SAMPAI DI TEMPAT INI!"

"Saya tidak melakukan hal itu, Bapak tahu darimana? Jangan memfitnah saya sembarangan," jawab Devi berusaha tenang.

Dream Zone: Sleeping Pills (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang