Bab 34 (Antara Siap dan Tidak Siap)

333 28 5
                                    

Banyak perubahan dalam kehidupan Devi dan Zakky setelah berumah tangga. Makan ada yang menemani, berangkat dan pulang kerja juga berdua. Namun, ada satu hal yang tidak berubah dalam kehidupan rumah tangga mereka adalah sifat keras kepala Devi dan sifat jahil Zakky. Mereka masih hobi bertengkar hanya karena masalah sepele.

Setelah makan siang, Zakky dan Devi sudah dalam perjalanan pulang dari kantor. Keduanya saling diam, mereka fokus dengan kegiatan masing-masing. Zakky fokus menyetir mobil dan Devi sedang fokus menatap layar handphonenya, melihat video klip yang baru di rilis dari boygrup kesukaannya.

Lalu lintas kota makin lama semakin macet saja. Kalau biasanya Devi naik motor Ayahnya sehingga bisa menyalip dan mencari celah jalan agar bisa terus melaju. Akhir-akhir ini menjadi berbeda karena dia menaiki mobil bersama suaminya, sehingga macet sungguh terasa menyita waktu. Untung saja kemacetan ini tidak separah di ibukota negara.

"Pak kenapa kita pulang siang? Biasanya kalau tidak pulang sore pasti pulang malam karena lembur," tanya Devi setelah selesai menonton video musik.

"Kamu mau lihat perut saya yang sixpack kan? Makanya kita cepat pulang," jawab Zakky datar dan masih fokus pada jalan didepannya.

"Bapak apa-apaan sih? Kapan saya bilang seperti itu? Saya tidak mau pulang." Devi langsung marah, meskipun sebenarnya dia penasaran juga.

"Saya hanya bercanda, lagian kamu daritadi serius saja lihat handphone, setidaknya ajak saya mengobrol agar tidak bosan."

Devi tidak menjawab, hanya ekspresi cemberut terukir di wajahnya yang bersih dan tembam itu.

"Kamu lupa ya kalau sore ini keluarga kita akan berkumpul, baik kedua orang tua saya maupun kedua orang tua kamu. Jadi harus siap-siap dari sekarang, mana mungkin kita pulang kerja pada sore hari lalu langsung berkumpul dengan keluarga."

"Iya benar juga sih, kan tidak lucu ya kalau ada yang pingsan ketika mencium aroma keringat Bapak ketika pulang kerja, hahaha." Devi tertawa puas.

Tapi tatapan membunuh dari suaminya langsung menghentikan tawa Devi yang keras itu.

"Saya hanya bercanda Pak, lagian Bapak serius sekali menyetir mobil."

"Kamu suka ya mengulang perkataan saya, untuk membalas saya?"

"Bapak juga suka mengulang-ngulang perkataan saya. Sudahlah Bapak fokus menyetir saja, saya tidak ingin sampai terjadi kecelakaan. Eh Pak, berhenti di depan supermarket dulu ya, saya mau membeli sesuatu."

"Kamu pikir saya supir kamu, seenaknya menyuruh-nyuruh saya berhenti. Turun dari mobil sekarang juga!"

Devi kaget bahwa suaminya setega ini menurunkannya di tengah jalan. Dia harus mengeluarkan jurus andalan agar suaminya urung melakukan hal ini yaitu meminta maaf.

"Saya minta maaf Pak. Saya tidak bermaksud memperlakukan Bapak seperti supir, jangan turunkan saya ya." Devi mengeluarkan jurus pamungkas yaitu memandang Zakky dengan puppy eyesnya.

Ingin rasanya Zakky mencubit kedua pipi istrinya yang sedang mengeluarkan wajah menggemaskan saat ini. Tapi keputusan Zakky tidak bisa di ganggu gugat, Devi harus turun dari mobil sekarang juga.

"Terserah kalau tidak mau turun." Zakky keluar dari mobil.

Dan Devi baru menyadari bahwa mereka sudah sampai di rumah sejak tadi, pantas saja suaminya menyuruh turun.

.

.

.

Kini acara kumpul keluarga itu tengah di gelar, acara ini diadakan untuk memperat silaturahmi dan saling mendekatkan diri antara dua keluarga yang baru menyatu ini. Acara ini hanya di hadiri kedua orang tua Zakky, kedua orang tua Devi, dan tentunya Zakky serta istrinya.

Dream Zone: Sleeping Pills (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang