Nayna tengah menangis meratapi nasibnya kali ini, pikirannya kalut, bagaimana jika ayah dan bundanya tau jika anaknya ini sudah tak suci lagi. Menyedihkan sekali, Nayna masih menangis di kasur ini dengan adanya pria yang tidur disisinya. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Nayna meninggalkan sholat. Allah aku mohon maaafkan aku.
Nayna masih saja menangis sesenggukkan sampai akhirnya pria disampingnya ini bangun, namun bukannya menampilkan tampak bersalah ia malah menampilkan wajah terkejutnya.
"Lo ngapain disini?" tanyanya pada Nayna. Bukannya menjawab Nayna kembali menangis bahkan lebih kencang.
"Hiks..hiks... Bunda..." ucap Nayna disela tangisan, tubuhnya masih dia tutupi dengan selimut ini, badannya sakit, pikiranku kacau. Nayna menatap pria disampingnya dengan amarah yang membuncah.
"Kamu? puas kamu hah?! Kenapa? Aku ngga kenal kamu? Tapi kenapa kamu ambil sesuatu yang sangat berharga dihidup aku? Kenapa?!" Pertanyaan Nayna terdengar frustasi. Bahkan ucapan Nayna tadi seperti teriakan.
"Maaf, gue... Gue ngga maksud buat gini ke lo," ucap pria tadi sambil mengusap wajahnya kasar.
"Maaf? Asal kamu tau, kata maaf kamu ngga akan buat keadaan berubah!!!" Nayna sudah pasrah.
"Bersihin diri lo dan pakai baju lo, gue anter lo ke rumah," ucapan devan membuat Nayna diam, Devan berlalu meninggalkan Nayna sendirian di kamar ini agar cepat membersihkan diri dan membereskan hal ini.
Nayna memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai dengan tangis, sungguh dia benci keadaan ini. Segera dia membersihkan diri dan memakai bajunya. Nayna keluar kamar tadi dengan tatapan kosong, dia menjumpai salah satu laki-laki yang menatapnya heran.
"Lo! Kenapa ada disini hey?" Pertanyaan sambil mengayunkan tangan didepan mata Nayna tak mampu membuat Nay a sadar hingga akhirnya Adit menepuk bahu Naya membuat Nayna tersadar dan menatapnya dengan tatapan kosong.
"Emm, gue Adit yang nginep di vila ini," ucap Adit, namun Nayna tak peduli.
"Bisa antar saya pulang? Saya pengin cepet pulang," ucapan Nayna membuat Adit membeo dan terdiam penuh tanya. Sebelum Adit menjawab, pria yang ingin Nayna hindari datang dan menarik tangannya menuju mobil milik Devan. Segera saja Devan memasukkan Nayna di kursi depan disampingnya, Nayna mendengar dia menghela nafas panjang.
"Gue Devan, dan gue akan tanggung jawab dengan perbuatan gue, meskipun lo nanti hamil atau nggak," ucapan Devan mampu membuat Nayna menoleh.
"Nay pengin pulang," ucap Nayna dingin.
"Lo denger gue ngomong?" tanyanya.
"Nay denger dan Nay ingin pulang!! Nay cape, Nay pengin ketemu bunda Nay ngga peduli kamu tanggung jawab atau ngga Nay pengin pulang!!" Ucapan histeris bahkan tangisan Nayna sudah tak dapat ditahan lagi dan lagi Nayna menangis.
"Ok, tunjukin jalan ke arah rumah lo"
***
Devan menyesali peebuatannya, bagaimana bisa dia menjadi pria brengsek. Memang dia brengsek, sering bergonta-ganti pasangan, namun dia tak pernah meniduri perempuan sama sekali. Sial.
Devan merasa menyesal dengan perbuatannya dan dia harus bertanggung jawab, melihatnya seperti sekarang membuat dia yakin bahwa gadis yang ada disampingnya ini benar-benar frustasi saat ini, dia gadis baik dan Devanlah orang yang merusaknya, Devanlah penyebabnya.
Setelah Nayna menunjukkan jalan kerumahnya, Devan membuka pintu mobilnya dibarengi oleh Nayna. Devan melihat sepasang paruh baya yang mungkin orang tua Nayna ini dan satu laki-laki remaja yang mungkin usianya berbeda dengan Devan menatap mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayna [ Revisi ]
Teen FictionDIHARAPKAN YANG MAU PLAGIAT CERITA SAYA AGAR MUNDUR SEBELUM JALUR HUKUM MENYAMBUT. INGAT FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA!!!! KARENA FOLLOW ITU GRATISSSSSS!!!!!! Cover by: pinterest Bagaimana jika kamu berada di posisi Nayna, gadis lugu yang harus kehi...