Pagi ini aku pulang bersama keluargaku, setelah semua siap aku segera turun dan membawa tas gendongku yang berisi baju dan yang lainnya.
Aku keluar kamar dengan perasaan gugup, bagaimana tidak? Semua orang menatapku, aku gugup dibuatnya, menundukkan kepala aku berjalan menuju bunda yang sedang berdiri sambil tersenyum ke arahku.
"Bunda..." panggilku lirih.
"Kenapa Nay?"
"Bunda udah siap?" tanyaku yang dijawab anggukkan olehnya.
Aku dan keluargaku menaruh barang-barang kami dimobil yang sudah disiapkan, setelahnya kami pamit untuk pulang, nenek memelukku begitu erat begitupun mama, Citra? Dia tersenyum lembut kearahku dan memelukku, aku menyalimi ayah dan keluargaku pun sama mereka pamit. Devan? Dia belum keluar kamar bahkan saat sarapan tadi pagi membuatku menghela nafas lega pasalnya aku tidak harus bertemu dengannya. Namun mungkin takdir berkata lain Devan sedang berdiri didepan pintu, bunda menyuruhku untuk pamit kepadanya.
"Emmm... Dev, a-aku pamit pulang dulu" ucapku padanya dengan menundukkan kepalaku. Bukannya menjawab dia malah menarikku kedalam dekapan hangatnya membuatku terkejut, sungguh ini sangat tiba-tiba.
"Maaf dan makasih sekali lagi Nay, nanti setelah ujian aku jemput kamu" ucapnya masih sambil memelukku.
"Ehem.... Yang pengantin baru mah beda, mau peluk, cium didepan umum tanpa memikirkan kami yang jomblo" suara Citra membuatku dan Devan salah tingkah dibuatnya.
"Aku pamit" ucapku sambil menyalimi tangannya.
Perjalanan cukup melelahkan kali ini, semua sudah berubah dariku entah status atau keluarga, keluarga Devan sangat baik kepadaku bahkan mereka tak menyinggung masalah harta atau apapun, mereka baik terlebih lagi mama Devan dan neneknya. Aku jadi merindukan mereka...
Sesampainya dirumah kami sekeluarga sholat dzuhur lalu istirahat sejenak karena lelah perjalanan.
***
"Mau kemana Devan?" pertanyaam mama membuatku menghentikan langkahku.
"Ke distro mah kenapa emangnya?"
"Kamu ini, sini duduk sama mama hari ini full mama mau nasehatin kamu"
Aku menghela nafas pasrah pasalnya mamaku ini tipe orang yang sangat cerewet. Ups jangan bilang-bilang yah...
Aku duduk disamping mamaku yang saat ini menatapku.
"Devan, kamu sudah menikah dan kamu punya tanggung jawab sayang, bukannya mama mau ngatur kamu cuma mama tau kehidupan kamu diluaran sana tuh ngga baik, apalagi kamu yang suka gonta-ganti cewe" ucapan mamaku membuatku tertohok. Bagaimana dia tau?
"Nak, kamu punya waktu satu bulan dari sekarang buat berubah, bukannya mama mau membela Nayna tapi memang pada kenyataannya Nayna adalah gadis lugu, dia baik, cantik, pintar bahkan nenekmu saja menyukainya. Kamu tau Dev, saat mama tau kamu melakukan hal diluar batas, mama sangat marah ke kamu terlebih ke mama sendiri. Mama gagal, iya mama gagal didik kamu buat jadi anak yang baik, maafin mama ya Devan" ucap mama sambil berkaca-kaca.
"Harusnya Devan yang minta maaf ke mama, karena Devan banyak salah sama mama, maafin Devan mah, Devan ngga bisa jadi anak yang baik"
"Coba ya Dev, kamu rubah sikap kamu pelan-pelan kamu tau mama punya feling sebentar lagi mamah akan gendong cucu"
"Mah... Mamah bantu Devan juga buat berubah, mama jangan ngaco kalo ngomong deh"
"Kamu ngga percaya nggapapa tapi inget feeling ibu selalu benar" ucap mama sambil meninggalkanku sendiri.
Ucapan mamah masih terngiang-ngiang, mama benar aku harus berubah. Bismillah.
Aku memutuskan ke distro dimana aku akan mengecek keuangan dibantu oleh Adit dan yang lain sudah menungguku disana.
Sesampainya di distro aku disambut oleh teman-temanku juga Bang Dewa dan jangan lupakan anak dan istri bang Dewa mereka sedang duduk di ruang yang biasa buat kami mengumpul, baru kali ini Bang Dewa mengejak istri dan anaknya.
"Eh, Dev besok lo masuk sekolah kan?" peetanyaan dari Reno membuatku mengangguk.
"Kenapa emang Ren?"
"Ya nggapapa itu sih Rara lo ijin dua hari aja mencak-mencak nyariin lo mulu, kita juga kan yang kena"
"Rara? Wah gila lo Dev udah nikah masih aja mepet cewe lain kasian bini lo dikampung" ujar Bang Dewa membuatku mendengus.
"Yaelah kaga Bang, lagian dia juga mantan gue. Semalem gue udah hapus kontak-kontak cewek-cewek di hp gue bang, gue juga udah ngga deketin siapa-siapa sekarang" ucapku membela.
"Devan, bukannya mba ikut campur ya, tapi sebaiknya kamu jauhin siapa tadi? Rara? Yang mba liat istri kamu tuh gadis yang lembut, penyayang dan sabar. Dia juga sosok yang tegar" ucapan Mba Siska membuatku mengangguk mengiyakan.
"Jangan ngangguk-ngangguk aja lo ce unah, kalo ntar bini lo dikampung minta pegat gue terdepan buat ambil" ucapan Satria membuatku menatapnya tajam.
Pusing sekali, banyak sekali nasihat hari ini membuatku kepikiran saja dibuatnya. Namun benar apa yang mama, bang Dewa dan mba Siska bilang, mereka hanya ingin yang terbaik untukku.
Hari ini cukup membingungkan, karna salah satu pegawai di distroku mengundurkan diri, alasannya dia akan pindah tapi mau bagaimana lagi sedangkan kami tak bisa memaksakan. Dia ada dibagian sablon dan desain gambar untuk kaos yang kami jual dan saat ini kami membutuhkan seseorang yang bisa bekeeja sepertinya.
Aku pamit untuk segera pulang karena hari sudah menjelang malam, bang Dewa sudah pulang karena anak dan istrinya harus istirahat.
Sesampainya dirumah aku segera membersihkan diri dan istirahat besok aku sekolah, benar kata mereka aku harus berubah.
***
"Devan...!!!" teriakan seorang gadis membuatku berdecak sebal, bagaimana tidak sedangkan sekarang dia sudah bergelayut manja dilenganku membuatku mendengus sebal apalagi ketiga sahabatku.
"Eh cabe kering, mending lo pergi deh enek gue liat muka lo terus" ucapan Adit membuatku tersenyum.
"Tau ni cabe, dipasar aja cabe harganya naik lah ini malah ngobral diri" sambung Reno.
"Ihhhh... Kalian tuh kenapa sih sama aku, kan aku kangen Devan tau..." ucapan Rara membuatku memutar bola mata malas. Ya, dia Rara gadis yang kemarin Reno bahas.
"Eh, ulet cabe dengerin yah ucapan abang Satria yang tampan ini. Lo itu cuma mantan, M A N T A N inget ya, lagian nih si Devan mana mau sama lo tampilan kaya badut pasar loak aja bangga" ucapan Satria membuat kami tertawa sedangkan Rara dia sudah menghentakkan kakinya kesal dan berlalu meninggalkan kami berempat yang tertawa terbahak-bahak.
Inilah serunya bersahabat dengan mereka, bisa diandalkan yang terpenting selalu ada saat dibutuhkan.
Ini masa putih abu-abu kami, yang kami rangkai diatas mimpi si Adit yang ingin mejadi Pengacara, si Reno yang ingin menjadi Pilot, si Satria yang ingin jadi pembalap, dan aku yang ingin menjadi pengusaha. Terimakasih untuk kenangan yang kita rangkai dan buat disekolah, tempat kami bercerita membangun persahabatan di masa putih abu-abu ini. Don't forget the memories.
Hallo semua... Assalamualaikum jumpa lagi di part kali ini terimakasih yang udah setia baca cerita aku salam sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayna [ Revisi ]
Teen FictionDIHARAPKAN YANG MAU PLAGIAT CERITA SAYA AGAR MUNDUR SEBELUM JALUR HUKUM MENYAMBUT. INGAT FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA!!!! KARENA FOLLOW ITU GRATISSSSSS!!!!!! Cover by: pinterest Bagaimana jika kamu berada di posisi Nayna, gadis lugu yang harus kehi...