5

3.3K 174 4
                                    

Ketika titik bahagia belum menyapa, percayalah kamu adalah sosok yang kuat dalam menjalani cobaan-nya.



Nayna keluar dari kamar bersama ayahnya, ia masih menundukkan kepalanya, tatapannya begitu kosong, Nayna masih bingung menatap orang-orang yang ada di rumahnya dengan pandangan yang tak bisa diartikan, sampai akhirnya perempuan paruh baya menghampirinya dan memeluk Naynabegitu erat, dia menangis.

"Maafkan Devan nak, anak mama nakal, dia jahatin kamu, maafin mama ya nak," ucap wanita paruh baya yang memeluk Nayna, ibu Devan.

Mama? Apa mungkin ibu Devan tapi mengapa menyebutnya mama? Nayna menatapnya bingung, entah seolah peka atau memang dia mengerti, dia menatap Nayna setelah mengusap air matanya. "Panggil tante dengan mama, karna bentar lagi kamu jadi anak mama," ucapnya sambil tersenyum.

"I-iya ma," ucap Nayna, Nayna menyalimi kedua orang tua Devan, Ayah Devan bahkan menatap Nayna hangat. Mereka segera duduk diruang tamu, baik Nayna, Devan, Nikko, orangtua Nayna dan orangtua Devan.

"Sebelumnya perkenalkan pak, saya Arya dan ini istri saya Maya," ucap ayah Devan memperkenalkan diri.

"Saya Rama dan ini sitri saya Sita," ayah Nayna dengan segera membalas uluran tangannya.

"Kedatangan kami disini, tentu kalian tau maksud kami, sebelumnya saya ucapkan maaf beribu-ribu maaf karna perbuatan anak saya sehingga putri kalian menjadi korban," Rama  tersenyum mendengar ucapan Arya.

"Kami ingin mempertanggungjawabkan perbuatan anak kami, izinkan putra saya menikahi putri anda, " uca Arya.

"Saya tidak setuju," ucapan Rama membuat orang yang berkumpul kaget, bagaimana tidak bahkan tadi saat di kamar ayahnya menyuruh agar Nayna menerima.

"Tapi om, bukannya kemarin om bilang-" belum sempat Devan menyelesaikan kalimatnya Rama sudah menyela.

"Yang mau menikah, itu kamu nak Devan tapi kenapa yang meminta putri saya itu ayahmu, ayo kamu yang bilang ingin menikahi putri saya," ucapan Rama membuat mereka yang ada di ruang tamu bernafas lega.

Devan tersenyum dia menatap calon ayah mertuanya tanpa ragu, apakah dia tidak takut?.

"Saya Devan om, putra dari pak Arya ingin melamar Nayna menjadi istri saya," ucapnya tegas.

Rama berganti menatap putrinya membuat Nayna bingung.

"Bagaimana nak, kamu mau?" genggaman dan senyuman hangat ibunya menyambut seolah memberi kekuatan sampai akhirnya Nayna tersenyum dan mengangguk, tapi apakah ini terlalu cepat.

"Jadi, bagaimana pak Rama, kapan pernikahan ini berlangsung?" pertanyaan Arya membuat Nayna terkejut, menikah? Bagaimana mungkin.

"3 hari lagi, tak perlu mewah cukup kerabat, dan pernikahan akan diadakan dirumah kami bagaimana?" Tanya Maya.

"Kami mengikuti kalian saja," jawaban Sita membuat Nayna menatapnya ragu, tapi ini terlalu cepat.

"Nak, sebentar lagi kalian lulus, ujin tinggal didepan mata karna itu pernikahan ini harus segera dilaksanakan," ucap Maya.

"Baiklah, tapi bagaimana kita ketempat kalian sedangkan kami tak tau dimana?" ucap ayah.

"Nanti kami akan menyuruh supir kami untuk menjemput kalian saat h-1 pernikahan" ucap ayah Devan.

Setelah perbincangan cukup lama, dan Nayna hanya diam bahkan saat makan bersama. Mereka semua makan diatas karpet, lesehan. Kalian tau kenapa alasannya? Karna meja makan  yang ada di rumah Nayna tak cukup kursi.

Nayna [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang