19

3.3K 154 0
                                    

Kandungan Nayna sudah memasuki sembilan bulan membuat Devan harus berhati-hati menjaganya, bahkan semua pekerjaan Devan harus ia alihkan demi menjaga istri dan calon anaknya.

"Aku nggapapa, mending kamu berangkat deh sana kasian pasti yang handle kerjaan kamu," pagi ini mereka berdua berdebat  karena Devan yang tak mau berangkat bekerja.

"Ngga, nanti kamu yang jagain siapa?"

"Kan ada Mama dirumah."

"Ngga mau pokoknya."

"Dev."

"Denger aku ngga sih Nay, kalo aku bilang ngga ya ngga," ucapan Devan membuat Nayna kikuk dan sedikit takut.

Selama ini rumah tangga Nayna dan Devan ayem-ayem saja, jika kalian bertanya kenapa? Mereka pun tak tau, jikapun mereka bertengkar pasti hanya pertengkaran-pertengkaran kecil dan Devan yang selalu mengalah untuk minta maaf lebih dulu.

Kalian jangan berfikir jika dihubungan mereka berdua ada pelakor atau apa yang seperti kalian baca di novel, entahlah memang beberapa bulan yang lalu rumah Devan kedatangan perempuan yang notabenya teman kecil Devan, namun dia datang untuk memberikan undangan pertunangannya.

Nayna bersyukur bisa mengenal Devan dan keluarganya, Devan yang dulu jelas berbeda dengan yang sekarang. Dia itu pengertian sekali membuat Nayna merasa selalu diperhatikan.

Menghela nafas panjang, akhirnya Nayna mengangguk. Sudah dua minggu lebih Devan tidak bekerja dengan alasan ingin menjaga istrinya, padahal jika dibilang pun di rumah ada  dan pembantu yang selalu ada di rumah juga adiknya Citra.

"Nah, nurut sama suami biar dapet pahala," Nayna mencubit perut Devan setelah mengatakan kalimat tadi.

"Tau ah, kamu ngeselin."

"Tapi kamu sayang kan?"

"Siapa yang bilang?"

"Ouh gitu, ok ntar malem kalo tidur gak usah minta peluk."

"Ish, iya-iya sayangnya aku."

Senyumana Devan membuat Nayna ikut tersenyum sampai panggilan dari mama Maya membuat mereka segera keluar kamar untuk sarapan pagi.

Sarapan kali ini sangat tak tenang, iya, teman-teman Devan datang merecoki pagi ini. Rama, ayah Devan yang biasanya menjadi penengah pun sedang berada diluar kota.

"Segini cukup?" tanya Nayna yang dijawab anggukkan oleh Devan.

"Eh neng Nayna, abang ngga sekalian nih diambilin?" ucapan dari Satria membuat Nayna menggelengkan kepala heran, hendak kearahnya namun tangan kekar menarik Nayna agar tidak pergi.

"Ngga boleh, lo juga Sat, makannya punya bini deh biar ada yang urusin."

"Udah-udah ayo makan jangan ribut terus." Satria yang hendak membalas ucapan Devan terhenti saat suara Maya mengintrupsi.

Makan dengan keadaan hening, terlebih Citra yang sedari tadi diam saja membuat Nayna menatapnya aneh.

Saat Citra bangkit Nayna segara pamit untuk ke kamar mandi padahal untuk mengejar adik iparnya.

"Dek."

"Iya kak kenapa?"

"Kamu kenapa?" Citra hanya menggelengkan kepala memebuat Nayna berdecak sebal lalu menghela nafas panjang.

"Jangan bohong ya dek."

"Beneran."

"Dek, jujur ada apa, dari kemaren-kemaren tuh kamu diem terus suka ngurung dikamar?"

Nayna [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang