Asslamualaikum wr wb. Aku come back yah, jangan lupa slalu sport aku dengan memberi vote dan komen. Terimakasih.
Pukul sepuluh malam aku disibukkan dengan keberadaanku didapur, orang rumah sudah tidur membuatku menghela nafas lega, percayalah saat ini aku ingin makan seblak, Devan belum pulang karena harus menjemput ayah dibandara.
Aku membuka kulkas, melihat bahan-bahan yang sudah tersedia. Ada sayur kol, cesim, sosis, bakso, dan lain-lain keperluan untuk membuat seblak.
Bumbu sudah siap, dan aku mulai memasak. Percayalah orang rumah tak akan bangun, karna kata Devan hampir seluruh kamar kedap suara.
Saat aku berbalik mengambil telur dari kulkas aku dikejutkan dengan keberadaan Devan yang menatapku membuatku terkejut.
"Astagfirullahalazim, ko udah pulang? Aku ngga denger suara mobil?" tanyaku padanya.
Dia mengahampiriku, lalu mengelus pipi kananku membuatku menahan nafas.
"Kenapa belum tidur hm?" pertanyaannya membuatku salah tingkah.
"Emmm, pengin makan seblak jadi masak deh" jawabku membuat Devan menghela nafas panjang, jujur aku takut dia marah. "Eh, iih itu seblaknya lagi dimasak bentar lagi mateng tingggal kasih telur, sebentar ya" sambungku.
Aku merasakan pelukkan hangat yang sering aku dapatkan saat tidur, siapa lagi jika bukan suamiku.
"Maaf..." ucapan Devan membuatku mengernyit heran.
"Loh, ko minta maaf emang kenapa?"
"Ngga ada pas kamu pengin sesuatu" aku mematikan kompor dan tersenyum lalu mengelus tangannya yang tengah memelukku ini.
"Nggapapa, aku juga ngerti kamu tadi jemput ayah kan?" tanyaku yang dibalas anggukkan olehnya. "Ini udah mateng kamu mau ngga? Tapi berdua yah?" lagi-lagi dia mengangguk.
Kami menuju meja makan dan makan seblak buatanku tadi, percayalan aku banyak memasukkan cabe tadi. Setelah berdoa kami mulai makan.
"Nay..." panggilan Devan membuatku menatapnya.
"Kenapa?"
"Ini pedes banget, kamu ngga boleh makan" uacpnya sambil menarik mangkuk yang berisi seblak yang kubuat.
"Eh, tapi aku baru satu sendok Devan" ucapku yang dibalas gelengan olehnya.
"Ngga boleh"
"Ko kamu gitu sih? Lagian yang pengin juga bukan aku tapi anak kita" rengekkanku membuat Devan menghela nafas panjang.
"Sayang, ini pedes banget ngga baik buat dedenya, jangan yah"
"Tapi aku pengen" hey, ayolah aku mengeluarkan jurus ingin menangis membuat Devan tak tega.
"Ok tapi jangan banyak-banyak" putusnya.
"Yeay"
Setelah menghabiskan seblak dan mencuci piring, kami langsung ke kamar. Devan sedang bersih-bersih dikamar mandi. Pintu kamar mandi terbuka menampakkan sosok Devan, dia naik keatas ranjajng dan tidur disebelahku. Kami belum memejamkan mata.
"Sini geseran" ucapan Devan membuatku menggeserkan tubuhku kearahnya, lantas dia mendekapku menjadikan salah satu tangannya sebagai bantalan untukku.
"Aku mau ngomong sesuatu" ucapannya membuatku mengangguk.
"Aku beli tanah, sebenernya udah dari satu bulan yang lalu dan mau dibikin rumah, tadinya mau beli rumah langsung, tapi aku pengin kamu sama aku yang nentuin desain rumah buat kita" ucapannya membuatku terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayna [ Revisi ]
Teen FictionDIHARAPKAN YANG MAU PLAGIAT CERITA SAYA AGAR MUNDUR SEBELUM JALUR HUKUM MENYAMBUT. INGAT FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA!!!! KARENA FOLLOW ITU GRATISSSSSS!!!!!! Cover by: pinterest Bagaimana jika kamu berada di posisi Nayna, gadis lugu yang harus kehi...