6

3.1K 189 4
                                    


Hari ini Nayna dan keluarga akan menuju rumah Devan. Ya supir dari keluarga Devan sudah datang dan mereka sekeluarga akan menuju kesana, setelah mengunci rumah mereka segera keluar, dan adik Nayna yang dipesantren juga hadir, dia Dika. Nayna takut, jujur saja. Untung saja bunda selalu menenangkannya dengan ucapan semua akan-baik-baik saja

Setelah perjalan cukup panjang, mobil berhenti di rumah mewah, yang pasti itu adalah rumah keluarga Devan. Supir Devan menurunkan semua barang-barang mereka dari mobil, didepan pintu masuk juga ada mama Maya dan gadis yang kiranya seumuran Nikko.

"Assalamualaikum." Salam bunda Sita.

"Waalaikumusallam mari bu masuk," sambutan hangat mama Maya membuat Nayna tersenyum, berbeda dengan gadis yang bersama mama yang menatap Nayna dengan tatapan penuh tanya.

"Nay, besok kamu akan menikah, dan mereka sedang mengerjakan untuk persiapan besok jadi kalian istirahat saja ya," ucap mama.

"Bi Mira tolong antarkan mereka ke kamar tamu ya," ucap mama pada wanita paruh baya, Nayma berasumsi bahwa wanita yang dipanggil Bi Mira adalah pembantunya.

"Baik nyonya."

Nayna memasuki kamar yang begitu luas, mengistirahatkan sejenak badannya di kasur empuk ini. Baru saja ia ingin memejamkan mata, kumandang adzan ashar terdengar dari pengeras masjid, segera bangkit dan mencari bunda, ayah dan yang lain untuk sholat berjamaah.

"Loh Nay, bukannya istirahat ko keluar lagi?" pertanyaan mama membuanya tersenyum kikuk.

"Em, Nay mau manggil ayah sama bunda buat sholat jamaah, mama mau ikut?" tanyanya pada Maya. Dia tersenyum, sebenarnya Nayna takut bertanya seperti tadi namun Maya mengangguk.

"Yaudah ayo kita wudu, tadi mama liat ayah sama bunda kamu udah di mushola rumah."

Setelah wudhu, disinilah kami. Berada di mushola rumah Devan yang besar. Ada Nayna, bunda, ayah, nikko, Dika, mama dan para pekerja rumah mama.

Ayah menjadi imam, mereka sholat dengan khusu, menumpahkan beban diatas sajadah dengan diringi surah-surah yang ayah bacakan.

Selesai sholat mereka kembali istirahat, Nayna bingung. Iya bingung karena Nayna belum melihat Devan. Bukannya rindu hanya saja ia berfikir apakah dia kabur karna tak mau menikahinya? Tak mau bergelut dengan fikiran negatif Nayna memutuskan istirahat.

***

Mereka berempat sedang berada di distro milik Devan ad masalah di salah satu cabang, tapi tenang itu bukan masalah yang besar.

Besok Devan akan menikah, mempunyai status baru. Adit, Reno dan Satria sedang mengecek bagian sablon di belakang. Bang Dewa menghampiri Devan dan menepuk pundaknya pelan.

"Kusut amat tu muka, besok nikah bukkanya di rumah malah ngurus distro," ucapnya sambil terkekeh, Devan ternyum menanggapinya karena bingung harus jawab bagaimana.

"Lo tau Dev, gue tuh bersyukur karena lo mau mempekerjakan gue di distro lo," Devan menengok ke arah bang Dewa karena ucapannya.

"Santai aja kali bang, gue juga makasih karna dulu abang nolongim gue dari begal sialan itu," ucap Devan sambil terkekeh.

"Lo tau Dev, dari pekerjaan lo ini gue bisa kasih makan anak sama istri gue dengan halal, awalnya gue ngga percaya kalo bocil kaya lo tuh punya distro, terlebih lagi nih distro udah banyak cabang dan menang merek. Tapi akhirnya gue percaya.

Dulu gue nikah sama istri gue juga kaya lo, by accident. Dulu gue begajulan banget, ngga mikir dosa yang penting seneng tapi setelah gue nikah gue mikir, ada tanggungan yang gue tanggungjawabin kaya anak dan istri, dari itu gue belajar banyak, lebih-lebih istri gue baik banget dan sabar banget ngadepin gue.

Nayna [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang