Kata 'sah' sudah menggema diruangan ini, dimana Nayna dan Devan sudah resmi menjadi suami istri. Jika boleh jujur sebenarnya Nayna masih belum siap, namun mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur.
Nayna menyalimi tangan Devan dengan gemetar dan takut karena teringat kejadian yang mengharuskannya menikah dengannya. Selanjutnya disusul Devan yang mencium kening Nayna lama dan membacakan doa sambil memegang ubun-ubunnya. Jujur, Nayna kira Devan tak mengetahui doa yang dibacakan kepadanya setelah menikah, tapi nyatanya dia tahu. Nayna malu, namun setetes air mata miliknya menetes entah karena apa. Devan menatap Nayna namun Nayna masih menunduk sampai akhirnya Devan menaikkan dagu milik istrinua untuk melihat wajahnya dan menghapus jejak air mata.
"Maaf dan terimakasih," ucapannya membuat Nayna bingung namun dia mengangguk.
Kini, dua sejoli sedang menyambut tamu yang datang, tak banyak memang karena acara ini tertutup.
"Wegasleh!! Udah nikah aja nih bos," teriakan seorang pria mengintrupsi pasangan yang baru saja resmi dan membuat mereka menoleh disusul dua pria dibelakangnya.
"Gue Satria, ini Adit dan ini Reno," acapnya kembali dan memperkenalkan teman yang bersamanya, tangan dia mengulur namun Nayna membalas dengan menangkupkan kedua tanganku didepan dada, dia salah tingkah yang membuat Nayna tersenyum canggung.
"Makannya Sat, cepet nyusul Devan biar bisa pegang-pegang calon bini lo, kalo gini kan malu udah tau bini orang mau lo pegang," ucapan Adit membuat Nayna tersenyum. Devan menatapnya membuat Nayna salah tingkah, bukannya apa hanya saja dia belum terbiasa.
"Makannya dengerin tuh kata pakar iya ngga Dit?" Sahut Reno.
"Ye, ko gue dipojokkin sih anying," ucapan Satria membuat mereka tertawa.
"Subahanallah, maka nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustakan, aduh nama lo Nayna kan?" pertanyaan Satria membuat Nayna mengangguk.
"Jangan ketawa deh, nanti gue diabetes tau nggak," Nayna tersenyum kikuk sampai akhirnya jitakan dikepala Satria membuatnya terkejut, bagaimana tidak seorang Devan adalah pelakunya.
"Bini gue ini, sana lo pada minggir deh," ucap Devan.
"Iye dah yang udah sah, buruan deh kita foto dulu," setelah foto pasangan suami istri datang dengan anak digendongan.
"Bang, makasih ya udah dateng," ucap Devan.
"Yakali gue ngga dateng ke acara nikahan bos gue," ucapnya dengan kekehan
"Bisa aja lo bang."
Nayna bingung melihat percakapan mereka sampai sosok wanita yang bersama pria yang berbincang dengan Devan mengulurkan tangannya kepadanya.
"Namaku Siska dan ini anakku Syila" ucap mba Siska sambil kami berjabat tangan.
"Nayna mba."
"Ouh iya Nay, ini Bang Dewa," Devan memperkenalkan.
"Nayna bang."
Setelah cukup lama berbincang mereka memutuskan untuk menemui tamu-tamu lain dan makan, Nayna gugup karena sekarang dia dan Devan hanya diam tanpa ada yang membuka suara.
"Nay,"
"I-iya?"
"Makasih dan maaf," bukan menjawab Nayna malah menengok kearah Devan, dia tersenyum, senyumannya manis sekali.
"Makasih udah nerima aku jadi suami kamu dan maaf gara-gara aku kamu harus ngalamin hal yang ngga kamu mau." Sambung Devan sambil menatap Nayna.
Sungguh, Nayna bingung harus menjawab apa, bahkan dia tak pernah membayangkan akan menikah, jikapun iya itu nanti bukan sekarang. Jujur saja, saat melihat wajah Devan ia masih teringat kejadian itu yang membuat dia sampai pada titik ini, namun ucapan bunda juga mengingatkan Nayna bahwa ini adalah takdir dari Allah untukku.
Nayna menatapnya dengan gugup lantas tersenyum kecil.
"Ini sudah takdir, aku juga berterimakasih kamu mau tanggung jawab atas apa yang kamu lakuin."
"Aku usahain buat belajar dan bisa jadi suami yang baik buat kamu, yaa walaupun kita masih remaja."
Nayna tersenyum dibuatnya, setelah itu keadaan kembali hening sampai akhirnya para tamu mulai pamit pulang.
***
Acara selesai, besok pagi Nayna dan keluarganya akan pulang, benar memang setelah acara pernikahan selesai paginya mereka akan pulang kerumah karena Nayna yang harus sekolah dan juga adik-adiknya begitupun Devan
Kini mereka kumpul di ruang tamu, setelah istirahat yang cukup mereka berkumpul untuk makan malam setelah makan Nayna dan keluarga harus istirahat untuk persiapan besok pulang.
Saat keluar kamar tadi Devan dikejutkan dengan pemandangan neneknya yang tertawa bersama Nayna, mereka tampak akrab bahkan seperti sudah sering bertemu.
Makan malam kali ini cukup ramai, bagaimana tidak dua anggota keluarga bahkan bisa dikatakan lebih disatukkan menjadi satu membuat suasana ramai terlebih lagi pertikaian antara adik Devan, Citra dan Nikko, entah apa yang mereka berdua ributkan tapi itu membuat mereka terhibur bahkan paman Devan terang-terangan mendoakan jika nanti berjodoh. Ada-ada saja.
Nayna duduk disamping Devan setelah mengambilkan suaminya makanan, Devan tau dia masing canggung namun bukannya dari sekarang mereka harus belajar. Kali ini mereka makan lesehan karena mama yang mau, alasannya seru karena mengingat dulu saat makan lesehan dirumah Nayna.
"Nayna sayang." panggilan nenek membuat mereka menghentikan makan sejenak, semua diam dan menatap Nayna, ya perlu kalian tau nenek Devan menggunakan kursi roda karena sudah lansia dan dia tinggal disini sekarang bersama Citra, dia juga pindah sekolah.
"Iya nek, kenapa?" tanya Nayna.
"Nenek mau kamu suapin, mumpung kamu masih disini ya cu ndapapa?"
"Nggapapa nek, ayo Nayna suapin nenek yah"
Nayna sangat telaten menyuapi nenek Devan, bahkan keluarganya sampai bingung dengan tingkah nenek, pasalnya nenek bukanlah orang yang mudah berbaur dengan orang baru, tapi ini? Devan bersyukur karenanya, mamah juga sampai menitihkan air matanya.
Setelah menyuapi nenek, Nayna kembali makan makanannya yang tertunda, Devan menatapnya begitu lekat sampai suara Citra mengagetkan dia.
"Yaelah kak, tau deh yang udah halal mau natap gimanapun ngga akan dosa," ucapan Citra membuat orang-orang tertawa. Awas saja...
"Jomblo ya? Sirik aja lo," percayalah itu bukan suaraku namun Nikko.
"Lah situ siape?" ucap citra, bukankah yang harusnya ribut Devan dengan adiknya, tapi ini malah adik Devan dengan adik istrinya Apa? Istri? Lucu saja akau menyebutnya namun memang itu kenyatannya bukan?.
Malam sudah datang, setelah sholat isya mereka kumpul dan bercerita sampai malam namun Nayna tak ikut dia bilang dia lelah dan ingin istirahat.
Devan menuju kamar miliknya, perlu kalian tau meskipun mereka berdua sudah menikah namun mereka tak sekamar, tau siapa penyebabnya, nenek Devan dia bilang nanti mereka khilaf untuk kedua kalinya. Hey bukankah aku sudah halal? Tapi tak apalah.
Mengingat kejadian tadi pagi membuat Devan tersenyum, dimana Nayna dengan cantik dan anggunnya menggunakan kebaya putih dengan hijabnya membuat semua orang terpana. Jujur saat mengucap ijab qobul tadi pagi ada sedikit rasa takut namun semua berjalan lancar.
Kadang Devan berfikir, kenapa dia hatus sebrengsek ini menjadi pria? Nayna gadis baik harus disandingkan dengan pria sepertinya membuat ia kadang merasa bersalah bahkan sangat. Dimana dengan bodohnya mengambil sesuatu berharga yang ia jaga sebisa mungkin namun ia merusaknya dengan begitu mudah.
Devan kecewa, tentu, ia kecewa dengan dirinya sendiri saat ini, lelah bergelut dengan pikiran ini membuat Devan lelah dan perlahan menutup mata untuk istirahat.
Mohon maap jika banyak typo berserakan ya terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayna [ Revisi ]
Teen FictionDIHARAPKAN YANG MAU PLAGIAT CERITA SAYA AGAR MUNDUR SEBELUM JALUR HUKUM MENYAMBUT. INGAT FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA!!!! KARENA FOLLOW ITU GRATISSSSSS!!!!!! Cover by: pinterest Bagaimana jika kamu berada di posisi Nayna, gadis lugu yang harus kehi...