"Maksud lo bokap dia yang punya cafe ini?"
"Hm" jawabnya simple sambil berjalan ke tempat kasir.
.....
"Ayah, saya bersedia dihukum, saya sudah membunuh salah satu anak buah ayah karena saya tidak bisa mengendalikan emosi" ucap Fano berlutut didepan Gino.
Fano adalah anak angkat dari tuan Gino, ia menyerahkan dirinya karena sudah melakukan kesalahan.
Dua pengawal Gino yang berdiri di sisi Fano sudah bersiap mengangkat tubuh fano dan menyeret untuk ke ruangan bawah tanah.
Gino mengangguk sekali bertanda mengiyakan dan pengawal segera bergerak menuruti perintah Gino.
"Tunggu" cegah Lee yang duduk disofa.
Kedua pengawal itu berhenti melangkah dan memutar balik badannya.
"Tuan Gino, saya pikir dia pantas diberi kesempatan, dia juga sudah ikut penyerangan terhadap lawan yang berkelompok, dia emosi karena berbeda pendapat sama anak buah anda" lanjut Lee
Gino terlihat berfikir, ia juga memikirkan anak angkatnya yang tinggal dua orang dari tujuh lainnya yang sudah meninggal.
"Baik, saya tidak akan mengurung Fano, karena kamu anak saya, saya akan beri kamu kesempatan, saya harap kamu tidak ceroboh dalam kelompok sendiri" terang Gino sambil berjalan menuju kursi tuan kekuasaan.
Kedua pengawal itu melepaskan Fano, Fano menunduk tak berani menghadap terlalu lama kepada ayahnya.
"Terimakasih ayah" ucap Fano
"Silahkan keluar" perintah Gino kepada Fano, Fano pun mengikuti ucapannya.
Lee yang sedari tadi membuka laptop, ia mengutak-atik laptopnya lagi mencari info bagaimana keadaan perusahaan saham dipulau ini.
Kabarnya ada beberapa tempat perusahaan saham mengalami penurunan, salah satunya ada kabar lawan yang berhasil menyuap tempat usaha itu.
"Tuan Gino, berikutnya team kita harus bergerak lagi, perlahan jika banyak perusahaan yang bangkrut maka Ginleed juga terancam" kata Lee
Ginleed adalah sebuah nama marga ketua perusahaan dalam team Gino dan Lee, mereka yang memiliki kekuasaan dipulau itu.
.....
Dev yang sedang jaga kasir mendapatkan ponselnya bergetar disakunya, lalu Dev langsung mengangkatnya.
"Baik ayah" ucap Dev, ia langsung menghampiri Dhila yang duduk disebelahnya.
Dhila sedang melamun, tangannya menyobeki sebuah kertas dan melempari ke tong sampah yang berada dipojokan, ada beberapa remukan kertas yang tidak berhasil masuk ke tong sampah, Dev melihat Dhila merasa bosan, ia merasa salah memaksakan Dhila ke cafe.
"Emm.. Dhil?" Panggilnya ragu, Dhila menoleh dengan malas.
"Gue tinggal sebentar ya" lanjutnya, Dhila melotot mendengar itu.
"Lo maksain gue nemenin lo tapi lo mau ninggalin gue?" Sewot Dhila berdiri dari duduknya.
"Ngga, sebentar doang, nanti gue juga balik lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Magical Feeling
Teen Fiction"Dengerin baik-baik! GUE GA SUKA HIDUP PENUH ATURAN SEPERTI LO YANG GA TAU TENTANG KEHIDUPAN GUE" tegasnya. "Gue bukan ngatur, tapi memberitahu lo" "Berhenti berfikiran aneh-aneh tentang gue, dan berhenti ikut campur urusan gue" serangnya, lalu ia...