"Ada apa dengannya, tapi Dhila ada dirumahnya kok" gumam Dev
"Apa gue samperin ke rumahnya aja"
Tak lama Dev pun bangkit dari posisi tidurnya dan mengambil jaket lalu turun menuruni tangga dari kamarnya yang dilantai atas.
Dev berhenti didepan rumah Dhila, ia membuka kaca helmnya melihat rumah Dhila, ia melirik ke atas sudah jelas Dhila pasti kamarnya dilantai atas.
Dev memikirkan cara agar bisa sampai jendela Dhila, kebetulan kamar Dhila berdampingan dengan pohon tinggi.
Dev meletakkan helmnya diatas motornya, lalu Dev menghampiri pohon tinggi itu dan memanjatnya melihat suasana aman dan sepi.
Sesampainya didepan jendela, Dev mengintip Dhila yang terlihat tidak jelas karena tertutup hordeng.
Dhila mengigo menyebut-nyebut nama idolanya.
"Lee Minho, aku ingin bertemu denganmu" ngigonya
Tok tok tok
Dev mengetuk jendela kacanya. Dhila perlahan membuka matanya dengan sangat berat, ia melihat ke arah jendela seperti ada bayangan orang yang melambaikan tangan.
"Lee Minho, apa dia ingin menemuiku kemari" ucapnya masih setengah sadar.
Tok tok tok
Sekali lagi Dev mengetuk sedikit keras karena tidak sabaran. Sontak membuat Dhila kaget.
"Hah! Bukan, dia bukan idolaku, dia tampak menyeramkan, dia ingin menakutiku" Dhila berfikir sejenak, lalu membulatkan matanya dan mengira
"Jangan jangan, maling" duganya
Dhila melirik-lirik benda disekitarnya untuk memukul maling itu. Lalu Dhila menemukan kemoceng diatas meja belajarnya dan mengambilnya.
Perlahan Dhila mendekati jendela yang masih menampakkan seseorang diluar sana.
Sampai dijendela, Dhila langsung membuka hordeng, namun tidak ada siapa-siapa diluar.
"Kok ga ada siapa-siapa" ucapnya
Dhila membuka kunci jendela tetap tidak menemukan siapapun.
"Baaaa.."
Seketika Dhila kaget dan langsung memukuli orang tersebut, sambil berteriak.
"Malingg.."
Dev merintih kesakitan satu tangannya berusaha membekap mulut Dhila.
"Shuttt"
Sontak membuat Dhila langsung berhenti menyerang Dev. Dev senyum meringis memperlihatkan giginya, dan Dhila menepis tangan Dev.
"Lo mau maling ya" tuduh Dhila sedikit memelankan suaranya.
"Sembarangan" samber Dev
"Terus lo malem-malem gini ngapain ngumpet-ngumpet kek gini"
"Haa, lo mau ngintipin gue ya" tuduhnya lagi, Dev membulatkan matanya dan membekap mulut Dhila lagi.
Dev melangkahi jendela dan masuk kedalam kamar Dhila. Sedangkan Dhila menepuk-nepuk tangan Dev agar melepaskan bekapannya.
"Ngga, enak aja, justru gue kesini mau nanya lo kenapa tadi telfon gue, terus ga nyahut-nyahut gue panggil, bikin gue khawatir tau ga" ceplos Dev panjang lebar.
"Telfon? Heh jangan kepedean, sejak kapan gue pernah nelfon lo" bantah Dhila
"Siapa yang kepedean, nih kalo ga percaya liat hp gue" Dev menjulurkan ponselnya dihadapan Dhila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magical Feeling
Novela Juvenil"Dengerin baik-baik! GUE GA SUKA HIDUP PENUH ATURAN SEPERTI LO YANG GA TAU TENTANG KEHIDUPAN GUE" tegasnya. "Gue bukan ngatur, tapi memberitahu lo" "Berhenti berfikiran aneh-aneh tentang gue, dan berhenti ikut campur urusan gue" serangnya, lalu ia...