"Gue balik sendiri yah, gue duluan" Dhila melanjutkan jalannya meninggalkan Dev dan Zayn.
Mereka pun membiarkan Dhila berjalan menjauhinya.
Dhila berjalan di tengah-tengah jalan yang sepi.
TIINNN...
Suara klakson mobil terdengar membuat Dhila terpelonjak menepi di pinggir jalan.
Mobil itu berhenti dan membukakan kacanya untuk melihat Dhila yang sedang berdiri menatap mobil itu.
"Kamu, Nadhila yah?" Tanya seorang ibu, anaknya duduk disebalahnya yai tu Chaca.
Dhila menjawab dengan senyum, senang ibu ini masih mengingat dirinya.
Dev dan Zayn melihat Dhila yang belum terlalu jauh, keduanya mengerutkan kening heran.
"Tante Dewi masih mengenalku?" Tanya Dhila datar
"Tentu lah" senyum Dewi
"Kamu sedang apa disini? Apakah mau tante antar pulang?" Tawar Dewi
"Ngga tan makasih"
"Yasudah, kalo ada apa-apa kamu bisa kunjungi rumah tante, nih alamatnya" Dewi memberikan kartu nama ke Dhila, dan Dhila menerimanya.
"Baik tan, nanti Dhila main kesana" jawab Dhila
"Tante duluan yah" pamitnya
Dev dan Zayn sudah berada di dalam mobil dan mulai melajukannya.
Zayn dan Dev melihat siapa yang mengobrol dengan Dhila tadi, Dewi masih membuka kacanya dan mobil Zayn juga terbuka kacanya.
Ketiganya saling menatap saat bersimpangan lawan arah, lalu mereka melajukan mobilnya sedikit cepat.
Baru saja mobil Zayn sampai dihadapan Dhila yang sedang berdiri, namun ada mobil lain mendahului Dhila, sepertinya Dhila sudah memesan taxi online sebelumnya.
Dev dan Zayn pun pasrah melihat Dhila yang aneh saat ini.
"Gue turun disini aja" ucap Dev, Zayn pun mengangguk.
Zayn meninggalkan Dev setelah Dev turun dari mobilnya.
.....
Mobil taxi online yang Dhila tumpangi sampai didepan rumahnya, Dhila berjalan lemas memasuki rumah.
Sampai di kamar Dhila duduk di sisi ranjang, ia mengeluarkan alat itu dari sakunya, ia menatap tespek dengan sedih.
Kemudian Dhila masuk ke kamar mandi sekalian ingin mengganti bajunya, setelah itu Dhila menghadapi cermin di wastafel sambil menunggu hasil dari alat itu.
Dhila terkejut membulatkan matanya tak percaya, alat itu menunjukkan hasil yang tak Dhila percayai. Ya, dua garis merah.
Mata Dhila mulai berkaca-kaca, ia sedari tadi memurungkan mukanya datar, menatap dirinya sendiri pada cermin.
.....
Dev menatap rumah Dhila dari kejauhan, ia ingin tahu kenapa Dhila tidak biasanya bersikap seperti tadi.
Dhila duduk di sisi ranjang, matanya menatap kosong ke depan sambil memegangi alat tespek.
Tok..tok..tok
Dhila pun tersadar dari lamunannya mendengar pintu di ketok oleh bi Ina.
"Neng ada yang nyari tuh di depan" teriak bi Ina dibalik pintu, Dhila bangkit dari duduknya dan membukakan pintu.
"Siapa bi?"
"Ibi ga nanya namanya, dia cowok" balasnya
"Oh, ya makasih bi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Magical Feeling
Teen Fiction"Dengerin baik-baik! GUE GA SUKA HIDUP PENUH ATURAN SEPERTI LO YANG GA TAU TENTANG KEHIDUPAN GUE" tegasnya. "Gue bukan ngatur, tapi memberitahu lo" "Berhenti berfikiran aneh-aneh tentang gue, dan berhenti ikut campur urusan gue" serangnya, lalu ia...