"Jaga bicaramu gadis bodoh. Aku ini tuanmu!" Bentak Julian membuat Lira terdiam. Lira menatap kearah Nick dengan mata yang berbinar agar Nick bisa mengasihaninya. Dan trik itu berhasil. Nick iba dengan pandangan Lira.
"Tuan, dia hanya melihat-lihat rumah ini dan tak sengaja melontarkan kata itu, tuan harus memaklumi dia masih beradaptasi." Julian mengangguk pasrah, dia sudah kehabisan kata-kata dengan gadis banyak tingkah ini. Tapi Julian harus kuat menghadapinya, karena dialah sumber keuangannya saat ini.
"Dan kurasa tuan, dia memiliki ketertarikan terhadap interior dan arsitektur. Persis seperti tuan." Bisik Nick.
"Ngomong-ngoming tuan penculik, aku ingin makan mie pedas. Apakah kamu punya?" tanya Lira dengan polos membuat Julian mengumpat didalam hatinya, sedangkan Nick hanya tertawa kecil melihat reaksi tuannya.
"Ikut aku." Lira yang polos langsung mengikuti langkah besar Julian kedapur. Lalu dikejutkan dengan persediaan makanan Julian yang sangat banyak. Bahkan cukup untuk makan satu keluarga selama sebulan. Semua makanan itu disimpan disebuah tempat khusus dan Lira sangat takjub.
"Pilih mana yang kamu mau."
Mata Lira berbinar, pertanyaan inilah yang dia tunggu-tunggu selama ini semenjak diculik. Dia ingin makan enak seperti dulu.
"Semua," satu kata yang membuat Julian sebal. Kenapa gadis ini selalu membuatnya sebal dan ingin menjebloskannya kedalam sumur. Dia sungguh kesal.
"Hanya satu." Balas Julian kekeh.
"Tiga?" pinta Lira namun tatapan Julian menajam, lalu diapun tertunduk dengan bibir yang dimonyongkan kedepan tanda kesal.
"Dua?" Lira masih bernegosiasi, lalu dengan pasrah Julian mengangguk.
***
"Pa, ini sudah hampir seminggu. Aku takut Lira kenapa-kenapa." Zura terduduk sembari tertunduk dengan kepalan tangan yang lemah. Dia sunggu merindukan adiknya yang bodoh dan manja.
"Papa bingung Zura, jika kita melapor polisi untuk kesekian kalinya, secara tidak langsung kita akan menyakiti Lira disana. Papa harap gadis manja Papa bisa makan enak dan sehat."
Ping!
Brama melirik ponselnya setelah terdengar notifikasi. Lalu dia dikejutkan dengan Poto Lira yang sedang memakan mie dengan lahap. Dia sangat terharu, sungguh. Akhirnya dia dapat melihat keadaan putrinya yang malang makan dengan lahap.
+62 85*******51
Pict.
Dia sangat lahap bukan Brama? Kamu sangat mengharap dia baik-baik saja kan? Jadi jangan pernah melapor polisi.
Itu kira pesan dari nomor yang tak diketahui siapa. Perasaan Brama campur aduk antara senang dan sedih. Dia senang bisa melihat Lira yang lahap makan, tapi dia sedih karena tidak bisa bertemu dan menyelamatkannya. Sungguh dia ayah yang buruk.
"Kenapa Pa? Ada informasi terbaru tentang Lira?" tanya Zura sambil bangkit menghampiri Papanya yang tengah berdiri dihadapannya. Diapun melihat pesan diponsel papanya dan terlihat Lira yang tengah lahap makan mie. Zura tahu bahwa Lira sangat menyukai mie apalagi yang pedas. Dia sangat merindukan masa-masa itu.
***
"Ahh ... kenyangnya. Terima kasih tuan penculik karena telah mengabulkan permintaan aku. Sekarang, aku mau keliling-keliling liat rumah tuan penculik. Anggap saja ini sebagai penelitian pertamaku sebagai calon mahasiswi jurusan interior." Julian terdiam. Apa katanya? Mahasiswa jurusan interior? Berarti benar ucapan Nick bahwa dia memiliki ketertarikan yang sama terhadap interior dan arsitektur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Syndrom [TAMAT]
Mystery / Thriller"Aku memang benci hidup bersamamu, tapi bukan berarti aku ingin lepas darimu. Aku sudah merasa bahwa aku bukan diculik melainkan sedang liburan." "Itu pernyataan teraneh yang pernah kudengar." "Dengar Rey, aku pasrah saat kamu menyiksaku, menyekapk...