•Bab 8•

278 25 0
                                    

Tanpa Julian dan Lira sadari, bahwa sedari kemarin mereka telah diawasi oleh Jhohan, sehingga Jhohan mengetahui kedekatan antara mereka. Otak liciknya langsung memutar rencana untuk memperalat kedekatan antara Julian dan Lira.

"Lihat Brama! Bahkan putrimu saja nyaman berada dalam sekapan Julian, bahkan sepertinya putrimu itu mencintai sang penculiknya. Kita lihat dalam hal ini aku akan membuat putrimu itu semakin jatuh cinta kepada Julian dan semuanya akan selesai bersama hancurnya dirimu." kata pria tua itu sembari menyeringai kejam

***

Sedangkan di rumah Julian, kedekatan mereka berdua—Julian dan Lira semakin terasa meskipun terkadang Julian masih bersikap dingin kepada Lira tapi tetap saja terasa perbedaannya, sikap Julian menjadi sedikit lebih lembut dan tidak keras.

Nick yang merasakan perbedaannya sedikit merasa lega karena rumah mereka sedikit lebih berwarna apalagi melihat Lira yang terus berusaha mendekati Julian dan memberi banyak pertanyaan, meskipun kadang mendapat bentakan dari julian karena merasa terganggu tetapi sekali lagi Lira adalah gadis yang keras kepala dan malah penolakan dari Julian semakin membuat Lira tertantang. Melihat hal itu kadang Nick menjadi gemas dengan tingkah Lira yang tidak ada kapok kapoknya.

Seperti sekarang ini, "Oh ayolah Julian aku kan bosan terus berada di sini. Bukan kah kita sudah berteman sekarang?" rengek Lira dengan nada manja, "Berhentilah melakukan tindakan bodoh seperti sekarang Lira, tugasku bukan hanya mengurusmu saja. Kenapa tidak meminta pada Nick saja sih?" gerutu Julian yang tidak tahan lagi dengan rengekan dari Lira.

"Huh, aku bosan, lagipula yang menculikku kan kamu, jadi yang bertanggung jawab atasku adalah dirimu. Kalau aku kabur juga yang dimarahi adalah dirimu bukan?" elak Lira. Mendengar jawaban Lira membuat Julian bertambah jengah karena sifat pemaksa gadis itu, "Dengar ini Lira, aku tidak bisa terus mengikuti permintaanmua yang aneh-aneh. Dan juga saat ini aku harus pergi ke Jhohan akan ada urusan. Apa kau mengerti hal itu?" tanya Julian hampir habis kesabarannya.

"Untuk apa kau bertemu dengannya? Kenapa sih kamu harus menuruti permintaan dari Pria tua itu?" kata Lira sambil mengerucutkan bibirnya, dan tanpa diketahui Lira Julian tersenyum tipis untuk beberapa saat, "Baiklah Lira, setelah aku kembali kau boleh meminta apapun kecuali keluar dari rumah ini." kata Julian bernegosiasi. Akhirnya Lira pun tidak merengeklagi.

***

Saat ini Julian sedang berada di ruangan yang sama dengan Jhohan, dan sedari tadi tak ada yang membuka mulut sama sekali. Sampai akhirnya Jhohan membuka mulutnya dengan pertanyaan yang membuat nafas Julian tercekat.

"Kudengar kau dan gadis tawanan itu sudah mulai dekat yah?" tanya Jhohan dengan nada main-main. "Apa maksudmu? Itu tak seperti yang kau lihat." jawabnya setelah mulai menguasai dirinya. Mendengar jawaban dari Julian membuat Jhohan tertawa pelan.

"Hahaha ... kau fikir aku tidak melihat hal itu Julian. Mungkin memang itu yang kamu fikirkan. Tapi kita tidak tau bagaimana perasaan gadis itu terhadapmu kan? kulihat ia menaruh hati padamu." beber Jhohan frontal. "Itu tidak mungkin. Mana mungkin ia menaruh hati padaku, lagipula tujuan kita menculiknya untuk mendapatkan uang yang lebih banyak bukan? Jadi jangan membuat anggapan aneh-aneh tentang aku dan gadis itu." Kata Julian yang mulai tidak  nyaman dengan topik yang mereka bahas saat ini.

"Wow, tenang saja Julian, aku tidak mengatakan apapun yang membuatmu marah bukan? Aku hanya melihat ada tatapan berbeda dimatanya apalagi saat kemarin kalian berdua, entah berbicara apa yang membuatmu bisa dekat dengannya." Kata-kata Jhohan membuat Julian terdiam tak tahu harus berbicara apa lagi.

"Ah lupakan lah, lagipula aku menyuruhmu kemari bukan untuk membicarakan hal itu meskipun memiliki sangkut paut tentang hal itu." Katanya yang membuat Julian menjadi penasaran, tetapi ia tidak membuka mulut hanya untuk menanyakan hal itu.

The Syndrom [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang