Jangan lupa untuk vote dan komen agar author rajin update cerita baru.
Hipi riding 😚
Julian bergegas pergi ke sebuah tempat guna menjernihkan pikiran dan suasana hatinya. Dia pergi menggunakan mobilnya dan langsung menancapkan gasnya menuju tempat yang bisa membuatnya rileks.
Ditempat lain Lira merasa sedih seharian ini karena tidak bisa bertemu dengan Julian. Brama yang melihat putrinya sedih itu hanya bisa melihatnya dari jauh tanpa bisa menenangkannya. Sementara Zura tersenyum puas melihat Lira yang sudah bebas dan jauh dari penculik gila itu.
"Julian, aku ingin kembali kesana meskipun aku selalu disiksa. Aku ingin bersamamu meskipun aku selalu dilukai tanpa sebab. Kumohon, bawa aku kesana," lirih Lira dengan nada sendu dan gundah.
"Aku ingin bersamamu, bersama Nick juga. Kumohon..."
***
Julian sekarang berada disebuah bukit. Dia terbaring disana memikirkan masa lalunya, tentang Jhohan dan terpenting Lira. Dia sangat memikirkan Lira, dia ingin bertemu Lira tapi dia harus menjaga hatinya agar tak jatuh pada tawanannya sendiri. Tapi bagaimana, lidah bisa saja berbohong tapi hati tidak.
Hari mulai gelap, matahari mulai turun dan menciptakan senja. Senja yang indah berwarna jingga keemasan membuat Julian memikirkan betapa indah dan menyenangkannya jika Lira ada disini bersamanya. Mungkin senja ini akan terasa lebih indah.
"Andai gadis bodoh itu bersamaku sekarang, mungkin senja ini terasa indah." Lirihnya dengan ekspresi yang sedih.
***
Semua orang dirumah Lira terlelap, dia sudah merencanakan untuk kabur kerumah Julian. Bukan Lira namanya kalo dia tidak menantang dan liar. Dia akan berusaha untuk kabur kerumah Julian bagaimana pun caranya.
Dia sudah mempersiapkan kebutuhannya seperti baju dan lain-lain. Dia mengendap-endap kekamar ayahnya dan melihat ayahnya terlelap begitupun ke kamar kakaknya. Dengan sigap diapun lari kebelakang pekarangan rumahnya.
"Kali ini harus berhasil."
Dengan gerakan gesit dia berlari dan membawa motor jadulnya kerumah Julian dengan pacuan tinggi bak cheetah. Dia menancapkan gasnya menuju ke tempat Julian tanpa pikir panjang.
Sesampainya disana dia segera masuk kedalam rumah Julian yang nampak terkunci lalu dia menggebrak pintu itu karena tak ada jawaban dari dalam.
"JULIAN INI AKU! JULIAN AKU DATANG UNTUK MENEMUIMU, aku ingin hidup bersamamu, Julian ... Nick ... aku datang," teriak Lira diakhiri dengan lirihan putus asa.
Lira merosot kebawah dan terduduk dengan sorot mata yang putus asa. Tak ada satupun jawaban dari Nick atau Julian dimana pun. Dia memeluk erat tas yang dibawanya sambil terus memanggil nama Julian dan Nick.
Dikejauhan Nick melihat sosok gadis yang tampak seperti Lira. Saat didekati benar saja dia Lira yang terduduk dilantai dengan kondisi yang mengerikan. Sungguh Nick merasa kasian karena kondisi Lira yang mata sembab dan tampilan yang acak-acakan.
"Lira! Lira!" Teriak Nick sambil menggoyangkan tubuh Lira yang sedang tertidur. Akhirnya Lira terbangun dengan mata sembab dan suara yang lirih.
"Nick, Julian mana?" tanya Lira membuat Nick terenyuh. Dia melihat ketulusan dimata Lira dan itu membuatnya terharu, ternyata ada juga wanita yang menyayangi dan mencintai Julian setulus ini. Biasanya Julian kesulitan untuk mendekati wanita bahkan wanita yang pernah dekat dengannya tidak akan pernah bertahan lama karena sikap Julian yang acuh dan cuek.
Nick membukakan pintu dan masuk lebih dahulu. Namun saat Lira hendak bangkit untuk masuk, mulutnya dibekap dan diseret oleh seseorang hingga membuat kesadarannya hilang.
Saat Nick hendak mempersilahkan Lira masuk, dia terkejut karena Lira tak ada dimana-mana tetapi tasnya masih ada ditempatnya. Dia mencari kesana kemari tak ada malah dia bertemu dengan Julian yang sudah pulang.
Julian kebingungan karena Nick terus mondar-mandir seperti sedang mencari sesuatu.
"Kamu sedang mencari apa Nick?" tanya Julian yang tidak tahu apa-apa. Nick hanya mondar-mandir tak mendengarkan pertanyaan Julian. Lalu, mata Julian tertuju pada tas orang yang dia kenal. Itu tas Lira. Apakah dia kembali? Hati Julian terasa menggelitik dan bahagia karena Lira kembali kepadanya. Namun ekspresi Nick sangat tidak senang jika Lira pulang.
Dengan penasaran, Julian berlari kerumahnya dan mencari kekamar, dapur hingga kebelakang halamannya mencari Lira, namun nihil. Dia tak menemukan Lira dimana pun. Julian berlari menghampiri Nick yang masih dengan ekspresi kebingungan.
"Nick, Lira mana? Bukannya dia kembali?" tanya Julian dibalas tatapan sendu oleh Nick. Sepertinya sesuatu yang tak mengenakkan terjadi pada Lira. Dan benar dugaannya.
"Lira menghilang, tadi dia ada diluar sedang menunggumu, namun saat aku hendak menyuruhnya masuk ... dia hilang." Ucapan itu sontak membuat perasaan Julian campur aduk. Dia kalap dan langsung pergi ketempat Jhohan. Karena dia yakin bahwa Jhohan lah pelakunya.
BRAK!
Pintu ditendang kuat oleh Julian. Dia melihat Jhohan yang tengah tertidur dikursi kebanggaannya dengan kaki diatas meja khas orang arrogant.
Jhohan tersentak atas apa yang dilakukan Julian. Dia benar-benar menggila sekarang. Sorot mata yang tajam bak elang, tangan yang terkepal keras dan tubuhnya yang menegang karena diliputi oleh rasa amarah yang tinggi.
"Cepat katakan tak usah bertele-tele. Dimana Lira?!" tanya Julian dengan sorot wajah mengintimidasi.
"Apa maksudmu? Bukannya Lira sudah kembali kerumahnya atas kecerobohan kamu?! Dasar lelaki idiot." Balas Jhohan tak kalas pedas dengan penuh penekanan.
"Sudah kuduga kamu akan menjawab itu. Tapi aku tak akan tertipu. Kamu membawanya dan menjauhkannya dari aku kan?" kali ini Julian menanggapinya dengan santai tapi tetap dengan sorot mata mengintimidasi.
Jhohan terdiam seolah-olah tak menghiraukan perkataan Julian. Dia malah melanjutkan tidurnya yang tadi terganggu, namun dengan cepat Julian menggebrak meja dengan kuat membuat Jhohan tersentak lagi dan lagi.
"Cepat jawab atau tidak ... aku akan menghancurkanmu!" Ujar Julian dengan penuh penekanan. Jhohan langsung berdiri melihat anak yang dibesarkannya menjadi menggila hanya karena seorang gadis.
"Jadi kamu melupakan jasaku hanya karena gadis bodoh itu?!"
***
Sementara dibawah sana, Lira terbangun dengan kondisi tangan dan kaki terikat dan mulut yang disumpal oleh kain. Dia berontak dan berteriak berharap ada yang menyelamatkan dirinya. Namun nihil, tak ada jawaban dari siapapun karena dia sekarang sendiri disini.
"Kumohon, tolong aku ... "
Bersambung
30 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
The Syndrom [TAMAT]
Mystery / Thriller"Aku memang benci hidup bersamamu, tapi bukan berarti aku ingin lepas darimu. Aku sudah merasa bahwa aku bukan diculik melainkan sedang liburan." "Itu pernyataan teraneh yang pernah kudengar." "Dengar Rey, aku pasrah saat kamu menyiksaku, menyekapk...