Jangan lupa untuk support cerita ini dengan cara vote dan komen agar author rajin update cerita baru.
Hipi riding 😚
Masih dengan kecanggungan yang sama. Bahkan diantara mereka seringkali memalingkan wajah seolah tidak melihat dan sibuk dengan urusan masing-masing. Apalagi Kita yang terkadang terpaksa tinggal berdua saja dengan Julian karena Nick yang sedang pergi entah kemana.
Seperti hal nya saat ini, Lira yang sedang duduk bosan di taman karena tidak bisa melakukan apa-apa di rumah tersebut akhirnya hanya melamun saja. Bahkan ia tidak menyadari bahwa sedari tadi ia telah diperhatikan oleh Julian dari jendela. Terlihat bahwa raut wajah Julian berbeda dari biasanya, seringkali melihat wajahnya yang datar atau kejam tetapi kini ia menampilkan wajah yang ragu. Entah apa yang dipikirkan olehnya.
Setelah hampir 1 jam Lira terdiam di taman ia mulai menyadari adanya orang yang sedari tadi memperhatikannya dari arah belakang. Saat ia berbalik untuk melihat ia melihat siluet pria yang sangat ia kenali, "Julian ...." katanya lirih.
Setelah sadar bahwa ia telah terlihat oleh Lira, Julian langsung menghampiri Lira. Saat Lira sadar bahwa Julian menghampirinya ia hendak pergi, tetapi terlambat. Sebelum ia pergi tangannya telah digenggam oleh Julian. Sontak ia langsung menoleh kepada pemilik tangan yang menggenggam tangannya itu. Dan tatapan mata keduanya tak bisa dihindari lagi.
"Lepasin!" kata Lira terlihat memerintah tetapi tidak diperdulikan oleh Julian. Karena kesal atau entah apa akhirnya ia hanya diam tidak meminta Julian melepaskan tangannya lagi. Julian yang melihat bahwa Lira berhenti untuk melawan akhirnya berbicara, "Dengarkan aku dulu! Aku ingin meluruskan semua." titahnya dengan nada yang rendah.
Akhirnya Lira menuruti perkataan Julian dan duduk disamping Julian meskipun tetap memberi jarak. Melihat Lira yang menjaga jaraknya membuat Julian menghela nafas, karena enggan untuk membuat Lira makin menjauhinya ia akhirnya mengatakan apa yang ia ingin katakan sedari kemarin
"Maaf," kata Julian singkat yang langsung membuat Lira melihat kearahnya dengan tatapan yang heran, "maaf waktu itu aku kasar padamu. Aku kehilangan kontrolku tiba-tiba dan malah melampiaskannya padamu." Kata Julian yang akhirnya bisa menurunkan egonya dengan meminta maaf. Lira hanya diam tanpa bereaksi apa-apa.
Setelah beberapa lama akhirnya ia berkata, "Baiklah," katanya yang sebenarnya tanpa Julian meminta maaf pun ia akan memaafkannya karena sejujurnya Lira juga tidak bisa berlama-lama marah kepada Julian, "tapi dengan satu syarat." Sambung Lira yang membuat kening Julian mengernyit.
"Apa syaratnya?" tanya Julian penasaran. "Ah tidak sulit, lagipula syarat yang kumau juga adalah janji yang pernah kau berikan. Hanya saja aku ingin menambahkan sedikit saja keinginanku," kata Lira dengan penuh teka-teki, "aku ingin kau mengajakku berjalan-jalan. Saat ini juga. Tempatnya juga tak perlu jauh-jauh, sekeliling komplek saja." kata Lira sembari tersenyum. Melihat senyum Lira membuat Julian tanpa sadar membalas senyuman Lira dengan senyum tipis yang terlihat tulus.
Melihat senyum Julian yang sangat manis membuat Lira terdiam menikmati keindahan di depan matanya, dan karena itu juga pipi Lira memerah karena malu atau malah terpesona dengan senyum yang dimiliki oleh Julian. Apalagi Julian memiliki lesung pipi yang membuatnya tampak lebih manis.
"Baiklah, ganti saja pakaianmu terlebih dahulu. Karena kamu tidak mungkin kan keluar dengan pakaian seperti itu," kata Julian yang membuat Lira sadar bahwa sedari tadi ia memakai piyamanya karena malas mandi apalagi suasana hatinya sedang tidak baik. Dan karena itu juga membuat Lira bertambah malu, 'ya ampun ... apa yang ada di fikiran Julian sekarang? Apa ia berfikir aku adalah wanita yang malas mandi dan jorok? Oh sungguh memalukannya diriku,' katanya dalam batin, dan hal itu sukses membuat rona merahnya bertambah sampai ke leher.
Tanpa berbicara lagi ia langsung berlari ke arah kamarnya untuk mandi. Melihat Lira yang jelas sekali merasa malu membuat Julian terkekeh geli melihat Lira.
***
Saat ini Lira dan Julian sedang berjalan jalan menikmati sore hari di sekitar rumah Julian. Awalnya mereka hanya diam saja tanpa adanya pembicaraan apalagi melihat Lira yang lebih antusias melihat sekeliling. Dan Julian yang diam-diam melirik ke samping kanannya melihat Lira yang sedari tadi sibuk dengan sekelilingnya.
Julian yang tidak tahan lagi dengan suasana sepi yang terjadi akhirnya memecahkan keheningan tersebut, "Ekhemm ... apakah kau senang kali ini?" tanya Julian memulai obrolan. Lira yang mendengar pertanyaan Julian menjawab dengan girang persis anak kecil, "Ya aku sangat suka, di sini sejuk apalagi saat sore seperti ini terasa sangat nyaman. Andai saja sedari kemarin kau mengajakku aku akan lebih awal memaafkanmu." Katanya seolah tidak ada beban, itulah hal yang disukai oleh Julian terhadap gadis cantik yang ada disampingnya ia tidak pernah bersikap pura-pura, ia terlalu polos yang membuatnya memiliki daya tarik.
"Apakah kamu merasa senang berada di sini?" tanya Julian lagi. "Ya aku sangat senang. Apalagi saat bersamamu, rasanya seperti nyaman." kata Lira tanpa sengaja. Mendengar hal itu sontak membuat Julian menoleh dan menatap dengan lekat ke arah Lira, Lira yang baru menyadari apa yang ia katakan berubah menjadi kikuk dan memilih untuk membenarkan rambutnya seolah rambutnya berantakan.
Melihat tingkah Lira yang sangat jelas sedang malu membuat niat jail Julian tiba-tiba muncul untuk menggoda Lira. "Oh jadi kau senang berada di dekatku yah?" goda Julian dengan wajah yang tampak sedikit tengil. Mendengar godaan Julian membuat Lira gelagapan dan akhirnya memilih untuk mencoba kabur, "Ti ... tidak kok, a ... aku ... ah aku ingin kesana." Saking gugupnya membuat Lira tak bisa menyusun kalimat dengan benar, bahkan dengan itu membuat Julian semakin yakin bahwa Lira memang merasa nyaman di dekatnya.
Mengetahui bahwa Lira merasa nyaman berada di dekatnya membuat perasaan Julian menghangat. Tanpa fikir panjang ia mengejar Lira yang sudah lebih dulu berlari ke arah taman kolam yang berada di sama. "Hai, tunggu! Jangan lari Lira, kau belum menjawab pertanyaanku." Dengan konyol Julian berteriak hanya untuk seorang gadis bernama Lira. Sungguh, itu sama sekali bukan karakternya yang dikenal kejam dan dingin.
Saat sudah dekat dengan Lira yang memang memiliki kecepatan lari yang lambat membuat Julian mudah untuk menyeimbangi kecepatan Lira. Melihat Julian yang sudah dekat dengannya yang kini hanya berjarak beberapa meter saja membuat Lira reflek berteriak sambil tertawa bahagia serasa tidak memiliki beban sama sekali, bahkan mereka seperti halnya anak kecil yang tidak berdosa sedang bermain kejar-kejaran.
Karena sedang asyiknya berlari dengan sesekali menengok ke belakang membuat Lira tidak sadar bahwa di depannya ada batu besar yang siap untuk membuatnya terjatuh. Julian yang sadar dengan hal itu tak sempat untuk memberitahu kepada Lira, ia malah semakin menambah kecepatan larinya untuk menyelamatkan Lira.
Lira yang tinggal beberapa langkah lagi akan tersandung oleh batu tersebut terpaksa tertarik ke arah belakang dengan tiba-tiba karena tarikan paksa yang dilakukan oleh Julian untuk menyelamatkannya. Karena badan Lira yang tidak seimbang dan akhirnya jatuh menimpa Julian.
Deg!
Mata mereka saling memandang, mata indah Lira yang terlihat bening dan teduh berhadapan dengan mata elang milik Julian yang juga sedang terpaku. Tanpa mereka sadari terukir senyum di bibir keduanya dan mengucapkan kata yang sama dalam hati mereka masing-masing, _'Aku bahagia, aku harap bisa bersama denganmu selamamya.'_ Kata mereka.
Dengan disaksikan oleh semburat jingga di ufuk barat mereka telah mengikat sebuah ikatan tanpa mereka sadari. Berawal dari kata nyaman, dan bahagia. Siapa yang tahu takdir nanti seperti apa?
Bersambung
26 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
The Syndrom [TAMAT]
Mystery / Thriller"Aku memang benci hidup bersamamu, tapi bukan berarti aku ingin lepas darimu. Aku sudah merasa bahwa aku bukan diculik melainkan sedang liburan." "Itu pernyataan teraneh yang pernah kudengar." "Dengar Rey, aku pasrah saat kamu menyiksaku, menyekapk...