•Bab 18•

146 18 0
                                    

Zura masih memeluk Lira erat, menyalurkan rindunya kepada adik satu-satunya yang ia punya ini, mengecek satu-persatu bagian tubuh adiknyaa barang kali ada luka di situ.

Zura mengurai pelukkanya dengan Lira, tak sengaja pandangannya jatuh pada pria yang berdiri di belakang Lira. Dia Julian, orang yang selama ini telah menculik Lira darinya.

Tanpa buang waktu, Zura melangkah mendekati Julian mencengkram erat kerah bajunya dan langsung melayangkan bogeman tepat di wajah tampan Julian. Julian hanya diam ia cukup terkejut dengan bogeman Zura yang tiba-tiba, tapi ia tau yang di lakukan Zura ini semata-mata karena ia khawatir terhadap Lira.

“Kak Zura hentikan,” kata Lira. Ia berusaha menarik lengan Zura dan menjauhkannya dari Julian.

“Kak Zura apa-apaan ini kak? Bagaimana jika Julian terluka?” Lira memandang Zura dengan pandangan kecewa. Ia lantas bergegas membantu Julian berdiri.

“Kakak rindu kamu Lira!” Ujar Zura ia melangkah mendekati sang adik, berusaha menyentuh puncak kepalanya. Belum benar-benar tangannya berada di puncak kepala sang adik tangan itu ditepis dengan kasar. Lira, ia menepis tangan Zura dan berlalu pergi sembari menarik tangan Julian.
“Lira! Kau mau kemana kamu? Liraaaa!!!” Teriak Zura sambil berlari keluar mengejar Lira.

***

Lira masih terus berjalan, sebelah tangannya ia gunakan untuk menarik Julian. Julian yang berada di belakang Lira pun hanya diam ia tak tau harus bicara apa, ia takut kalau ia bicara malah akan membuat Lira semakin marah.
Lira berhenti di sebuah apotik. Ia masuk kedalam setelah menyuruh Julian untuk menunggu di bangku yang berada du depan apotik tersebut.
Julian memainkan ponselnya sembari menunggu Lira yang berada di apotik. Telponnya berbunyi menampilkan nama Nick disana.

“Hallo Tuan,” sapa Nick dari ujung sana.

“Ya hallo. Kenapa Nick?” ucap Julian.

“Kau kemana Tuan? Kenapa belum pulang? Tidak terjadi apa-apakan dengan Lira?” kata Nick dengan nada khawatir.

"Ck! Bisa-bisanya ia mengkhawatirkan Lira yang jelas bukan siapa-siapanya. Heii! Tuanmu ini sedang terluka andai kau tau," Julian berucap didalam hati merutuki tingkah Nick di sebrang sana

“Heii! Kenapa kau malah mengkhawatirkan dia? Aku ini tuanmu kalau kau lupa,” ucap Julian dengan dengusan pelan.

“Ayolah Tuan. Tuan bisa menjaga diri, sedangkan Lira ini perempuan Tuan. Ahhh sudahlah, nikmati waktumu Tuan. Pastikan Lira baik-baik saja ya,” ucap Nick lalu mematikan sambungan telepon sepihak.

“Dasar! Berani sekali dia!” kata Julian sambil memandang Handphonenya dengan kesal.

“Maafkan kak Zura ya Tuan penculik. Kau pasti kesal dengan dia” kata Lira sambil mendudukan diri disamping Julian.

“Ahh, tak apa Lira aku tau kakak mu itu pasti kesal terhadap ku, bagaimana pun niat awalku dan Jhohan kan ingi menculikmu. Tak seharusnya tadi kau berbuat sepertu itu dengan kakak mu, ia pasti terluka dengan perbuatanmu tadi” kata Julian.

“Aku tau tapi aku sedikit terkejut dengan perlakuan Kak Zura terhadap mu tadi” kata Lira sambil memberikan alkohol yang ia tuang ke kapas untuk membersihkan luka di wajah Julian.

“Kenapa kau semarah itu tadi? Apa kau khawatir terhadapku Lira?” tanya Julian sedikit mengoda Lira.

“Heiii! Apa-apaan kau! Obati saja sendiri luka mu” jawab Lira ketus sembari memalingkan pandangan dari Julian.

“Hahahaha... kau lucu sekali Lira” Julian berucap sembil terkekeh kecil, merasa lucu dengan tingkah gadis didepannya ini.

“Aku tak apa Lira, kau tak perlu marah begitu. Aku tau jika kau takut kehilangan ku” ucap Julian masih disertai kekehan kecil.

“Kenapa kau menyebalkan sekali sih akhir-akhir ini. Aishhhh sudahlah obati saja luka mu dan mari pulang”kata Lira, ia melangkahka  kakinya meninggalkan Julian yang masih terkekeh dengan sifat lucu Lira.

***

Sedangkan di tempat lain, Zura masih terus berlari mengejar sang adik. Ia ketinggalan jejak. Berulang kali ia menanyakan orang-orang apakah melihat gadis yang sama berada di fotonya ini tapi tak ada satu orang pun yang tau keberadaan Lira.
Zura mendudukkan diri di banku sebuah taman. Ia mengecek ponselnya yang terdapat telepon dari Sera—gadis yang sempat disekap juga oleh Jhohan.

“Hallo”sapa Zura singkat.

“Zura kau dimana?” tanya Sera disebrang sana.

“Aku di taman kota, tadi aku sempat bertemu dengan Lira, tapi ia pergi setelah aku sempat memukul Julian, aku tak tau ada apa dengannya,” kata Zura sedikit kalut.

"Kau sempat bertemu Lira?” Sera berucap dengan kaget, tak begitu percaya bahwa salah satu tawanan Jhohan dapat pergi dengan leluasa.

“Ya. Tapi dia langsung saja pergi, aku berusaha mencarinya tapi aku tak menemukan dia” Zura berucap dengan pasrah.

“Sudah dulu ya Sera. Aku akan segera pulang.” Zura mematikan sambungan telepon sepihak. Melangkah menuju parkiran dimana mobilnya berada.

Bersambung

30 April 2020

The Syndrom [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang