•Bab 1•

550 44 1
                                    

Budayakan vote dan komen sebelum membaca agar penulis bisa lebih semangat mengupdate cerita baru.

Hipi riding 😚

Tak... tak... tak...

Suara dentuman jam menggema diseluruh ruangan membuat pemilik rumah merasa khawatir pada putri satu-satunya yang tak kunjung pulang. Dia amat menyesal telah melarang keinginan putrinya itu dan sekarang dia merindukannya.

"Lira, kamu dimana? Papa mohon pulang," lirihnya sendu saling mencoba menghubungi nomor ponselnya yang tak kunjung diangkat.

Saat dia sedang menelpon putrinya, dia mendengar suara pintu terbuka dan nampak lelaki berjas berdiri diambang pintu.

Brama awalnya terkejut namun dia menyadari setelahnya bahwa itu adalah anak sulungnya.

"Kamu mengagetkan papa, Zura." Brama diiringi helaan nafas.

"Lira belum pulang juga?" tanyanya dengan sedikit kerutan di dahinya. Tampaknya dia juga cemas karena Lira lah adik yang dia cintai melebihi apapun, yang selalu mendengar keluh kesahnya setiap malam.

"Belum ... Papa coba hubungi dia tapi tak ada jawaban," balas Brama dengan nada lemah.

"Kita lapor polisi aja, gimana?" Brama menatap Zura. Dia melihat dan menelusuri mata Zura yang dipenuhi rasa khawatir dan was-was karena dia tahu Zura sangat menyayangi Lira.

"Nanti kita hubungi jika sudah 24 jam. Sekarang kita hanya bisa berdo'a agar Lira dilindungi dari marabahaya."

***

"Ngh ...."

Semua penjaga menatap gadis didepannya sambil berjaga-jaga takut si gadis ini mencoba melakukan perlawanan.

"Siapa kalian? Aku dimana?" tanyanya meskipun kesadarannya belum pulih sempurna.

Pintu tempat itu terbuka seketika menampakkan lelaki paruh baya dan lelaki yang nampak lebih muda berjalan beriringan menuju Lira. Mereka berjalan dengan angkuh lalu duduk dikursi yang sudah disediakan sebelumnya.

"Sudah sadar, nona Lira?" tanya pria paruh baya itu dengan nada misteriusnya.

"Siapa kalian? Aku gak kenal kalian!" teriak Lira yang emosinya sudah sampai puncak.

"Hei brengsek! Jawab aku!" teriak Lira lagi kali ini sambil meronta-ronta namun pada akhirnya dia sendiri berhenti karena kesakitan sebab tangannya diikat oleh rantai.

"Berhenti bertanya!" gertak lelaki paruh baya itu dengan nada tinggi yang menggelegar membuat Lira tertunduk karena selama ini dia belum pernah dibentak bahkan oleh ayah dan kakaknya. Tapi sekarang, pria bodoh yang sama sekali tidak dia kenali berani membentaknya membuatnya ingin menangis sekencang-kencangnya dan mengadu pada kakaknya. Namun dia tidak bisa, dia sudah terjebak disini.

"Saya Jhohan, dan saya majikan batu kamu," ujar pria bernama Jhohan itu membuat Lira berdecih.

"Saya bukan pembantu disini. Saya hanya korban penculikan dari orang-orang yang hanya ingin uang. Dasar keparat bodoh."

PLAK!

Satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi mulus Lira hingga sudut bibirnya berdarah. Dia terkejut atas perlakuan lelaki muda itu yang tadinya tenang namun dengan kasar menamparnya.

Mata Lira memanas dan bulir bening siap meluncur dari mata cantiknya.

"Bersikaplah sedikit sopan pada majikanmu. Maka kamu tidak akan ditampar," ucap Jhohan sambil tersenyum meremehkan.

"Berapa uang yang kalian inginkan?" tanya Lira dengan nada lemah namun mengintimidasi.

"BERAPA UANG YANG KALIAN INGINKAN BODOH?!"

The Syndrom [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang