•Bab 4•

364 28 1
                                    

Sebelum membaca alangkah baiknya memvote cerita ini dan komentar jika ada yang salah atau kurang memuaskan. Karena memukakan pendapat itu gratis.

Hipi riding 😚

Jhohan yang mendapatkan pesan dari Brama yang akan membawa uang ketempat yang telah ia tunjukan menyeringai kejam, "Hahaha ... dasar bodoh. Dia fikir aku akan semudah itu menyerahkan putrinya. Baru beberapa hari saja aku menculiknya sudah mendapat uang 100.000 dolar. Bagaimana jika aku menculiknya lebih lama lagi." katanya licik kepada anak buah kepercayaannya Julian.

Julian sendiri hanya menatap datar kepada Jhonan, "Jadi maksudmu kau tak akan membebaskan perempuan itu?" tanyanya sebenarnya ia sudah tau jawaban dari pria paruh baya di hadapannya. Pria paling licik yang pernah ia temui dan bahkan karena pria ini juga yang membuat dirinya seperti hal ini.

"Tentu saja Julian. Bukankah kau tau bagaimana aku. Dan aku mempunyai tugas untukmu." kata Jhohan sambil memberikan senyuman miring yang membuat siapapun akan ngeri melihat makna yang tersirat dari seutas senyum itu. Sedangkan Julian hanya diam menunggu perkataan selanjutnya dari pria itu.

"Cari seorang gadis untuk ditukar dengan anak Brama, Julian. Saat Brama datang dengan uang-uang itu, kau berikan saja wanita itu. Hahahaha ... aku tak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Brama saat mengetahui kenyataan bahwa anaknya masih bersamaku. Betapa bodohnya Brama jika dia sampai tertipu," ucap Jhohan penuh kelicikan diwajahnya.

"Hmm bisnis rasa takut?" tanyanya atau lebih tepatnya katanya. Mendengar ucapan dari Julian membuat Jhohan menengok kearah Julian, "Hahaha ... tentu saja bisnis rasa takut adalah bisnis yang paling menjanjikan. Orang yang sudah ketakutan begitu bodoh sehingga mudah untuk ditipu Julian." katanya dengan nada yang tajam.

"Sudahlah kita terlalu banyak berbicara malam ini. Kau harus menjaga tawanan emas kita itu. Pastikan dia mendapatkan pengalaman tak terlupa selama disini." ujarnya lagi dengan penuh makna. Sedangkan Julian hanya mengangguk pertanda mengerti, dan mulai berlalu pergi meninggalkan ruangan milik pria paruh baya tersebut.

***

"Bagaimana keadaannya?" tanya Julian kepada Jack pengawal yang menjaga Lira.

"Aman, Julian. Tapi, sepertinya dia sudah kehabisan stok suaranya. Karena tak ada lagi suara yang dia keluarkan dari tadi," jawab Jack.

Julian yang mendengarnya, lantas tak langsung percaya pasalnya dia tahu bagaimana berisiknya tawanan emas atasannya itu. Dia tahu, karena telah lama mengintai Lira sebelum akhirnya dia culik.

Tak mau membuat otaknya banyak berpikir, Julian berjalan memasuki ruangan yang menyekap Lira.

"Sepertinya dia tidur," ucap Jack yang melihat Lira tergeletak di lantai tak bergerak.

Julian berjalan melewati sel pembatas, memeriksa keadaan Lira. "Dia pingsan."

Jack tersentak kaget, jadi selama beberapa jam tadi Lira tak mengeluarkan suaranya karena pingsan?

"Mau kau bawa kemana dia, Julian?!" teriak Jack saat Julian mengangkat tubuh Lira dan membawanya keluar.

Tetapi, tak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut Julian untuk menjawab Jack. Dengan langkah kakinya yang panjang, tak lama akhirnya kini dia sudah tiba di sebuah rumah berlantai satu namun luar, yang terletak tepat di belakang markas besar Jhohan.

"Selamat malam, Julian!" sapa Nick sang pengurus rumah milik Julian.

Julian hanya mengangguk membalas sapaan Nick, dan berlalu begitu saja membawa Lira ke salah satu kamar di rumah itu.

Nick, heran melihat kelakuan tuan rumahnya, tak biasanya tuan rumahnya itu membawa seorang wanita terlebih lagi itu seorang tawanan milik bos besarnya.

Dengan hati-hati Julian meletakan tubuh Lira di atas ranjang, terdengar ringisan dari mulut kecil Lira. Julian merasa, bawah Lira merasakan sakit akibat luka lebam yang di akibatkan oleh Jhohan.

Tak seberapa lama, ringisan Lira terhenti saat Julian menyuntikan sesuatu ke tubuh Lira. Obat pereda nyeri, dan beberapa obat untuk mengobati luka lebam di tubuh Lira kini sudah melekat di permukaan kulit gadis cantik itu.

Melihat banyaknya luka lebam di tubuh Lira, sepertinya waktu itu gadis di hadapannya ini tak mengobati lukanya lagi, dan malah membuat lukanya menjadi lebih banyak.

"Jaga dia Nick," kata Julian saya keluar kamar dan mendapati Nick yang sudah menunggunya.

"Baik, Julian. Tapi apa bos besar sudah tahu?" Julian menggeleng menjawab pertanyaan Nick.

Nick tak berucap apa-apa lagi, dia tahu hal ini akan menjadi urusan Julian dan bos besarnya-Jhohan, jadi dia tak memiliki hak untuk ikut campur lebih jauh lagi.

"Beri dia makan saat dia sadar," ucap Julian datar sebelum akhirnya melangkah menuju kamarnya sendiri.

***

"Eughh..."

Mata Lira perlahan terbuka menyesuaikan cahaya terang yang masuk kedalam retina matanya. Lampu besar bercahaya putih dan cat plafon putih terang membuat matanya sakit.

"Anda sudah sadar nona?" suara yang berasal dari arah pintu mengalihakan perhatiannya.

Kini dia baru sadar jika dia tak berada di tempat mengerikan itu lagi, namun sekarang dia berada dimana?

"Di ... dimana ini?" tanya Lira menatap sekelilingnya dan berhenti menatap pria berpenampilan semi-formal yang berdiri membawa nampan makanan.

"Sekarang anda berada di rumah Julian, beliau yang membawa nona kemari. Saat nona tak sadarkan diri," jawab Nick, "Nona bisa panggil saya Nick, dan ini makanan untuk nona."

"Ahhhhhh ... baiklah, terimakasih Nick dan panggil saja aku Lira," ujar Lira tersenyum kecil.

Perut Lira, langsung berbunyi keras saat nampan makanan yang berisi tiga jenis makanan berbeda tersaji di hadapannya. Dia kini tak memikirkan hal lainnya lagi, yang ada dipikirannya hanya memakan makanan yang ada di hadapannya kini. Tak menunggu lama lagi dia langsung menyantap makanan tersebut dengan rakus, tak memperdulikan Nick yang tengah menatapnya. Nick yang melihat gaya makan Lira, lantas langsung meringis.

"Apakah ini gaya seorang wanita saat makan?" ucap Nick yang tentunya hanya bisa dia ucapkan dalam hati.

Baru saat makanannya tinggal setengah, Lira baru sadar jika dia makan tanpa menawarkan kepada Nick yang sedari dia bangun hingga sekarang ada di sisinya. Dengan gerakan canggung, Lira menjulurkan satu jenis makanan yang tersisa paling banyak kepada Nick.

"Ini untukmu Nick, maaf aku lupa menawarkannya kepada mu tadi. Tapi hanya ini yang bisa aku berikan kepada kamu, soalnya selain makanan ini, aku menyukainya. Jadi aku tak bisa memberikannya kepadamu," gumam Lira.

Nick tak bisa lagi menahan bibirnya untuk tersenyum, dia tak bisa tahan untuk tetap diam melihat tingkah laku Lira yang begitu lucu dan menggemaskan.

"Tidak apa-apa Lira, ini memang di siapkan khusus untukmu, jadi hanya kamu yang boleh memakannya. Jadi silahkan menikmati lagi makananmu, tak usah memperdulikan aku," ujar Nick yang langsung dijawab anggukan polos oleh Lira.

"Jadi tak apa-apa jika aku memakannya sendiri?"

"Tentu tak masalah."

Lira tersenyum senang dan langsung melanjutkan lagi acara menyantap makanannya.

"Apakah ini gaya makan seorang wanita?"

Deg!

Bersambung

14 April 2020

Maaf lama update yorobun karena masalah sedikit kita updatenya lama. Nanti siap2 akan ada boom part dari kami.

The Syndrom [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang