•Bab 30•

494 21 8
                                    

Lira berisitirahat dikamar kesayangannya ini. Setelah hampir 1 bulan dia diculik dan kurung oleh Jhohan dan antek-anteknya. Rasa nyaman menderu dihatinya. Namun, rasa menyesal pun ada dihatinya. Dia ingin melihat Julian lagi, menghabiskan waktu bersama lagi seperti itu.

Hal-hal sederhana yang mereka lakukan sangat membekas dihatinya, perhatiannya, tindakan kasarnya, sangat dirindukannya. Lira harap, setelah masalah ini selesai dia akan menemui Julian dan mengungkapkan perasaannya.

Namun, ada hal yang harus dilakukannya hari ini. Yakni daftar Kuliah. Dia harus kuliah tahun ini, meskipun sudah agak telat tapi setidaknya dia harus mencoba.

Lira turun menuju ruangan papanya dan kakanya. Dia mendengar pembicaraan mereka. Yakni mengintruksikan anak buah dan kakaknya untuk menangkap Jhohan dan antek-anteknya, termasuk Julian. Dia harus memberitahunya secepat mungkin, jika tidak maka Julian juga disalahkan.

"Papa! Apa rencana papa hingga papa ingin menangkap Jhohan dan Julian? Bukankah dia sudah berbaik hati melepaskan aku dengan sikap yang baik?" tanya Lira kesal.

"Dengar Lira, dia memang sahabat papa, dan dia juga melepaskan kamu dengan baik hati. Tapi sebelumnya, dia memeras uang kita, dan itu membuat papa kesal." Balas Brama tak kalah keras.

"Papa selalu bilang bakal lakuin apapun demi aku. Terus kenapa sekarang papa merasa rugi telah menebus aku? Anggap saja uang itu untuk menebus berlian papa yang berharga, bukankah begitu?"

Brama menghampiri Lira dan menamparnya dengan keras membuat Lira tersentak begitupun Zura. Zura menghentikan perlakuan ayahnya yang diluar kendali.

"Papa! Apa yang papa lakuin?!" Bentak Zura sambil memeluk Lira. Brama memandangi tangannya yang dengan lancang menampar putri kesayangannya itu dengan keras. Dia, menyesal.

Lira memegangi pipinya yang terasa panas. Matanya berkaca-kaca melihat sosok yang dihormatinya menamparnya dengan keras.

"Lira nyamperin papa buat minta ijin daftar kuliah, tapi semenjak Lira denger perkataan papa tadi dan perlakuan papa, Lira tarik keinginan Lira. Dan Lira akan pergi lagi dari sini." Ujar Lira sambil berlari menuju kamarnya.

Dia menutup pintunya dengan keras hingga terdengar sampai bawah membuat Brama dan Zura melonjak kaget. Brama hanya terdiam sedangkan Zura melihat Brama dengan tatapan sinis.

"Sungguh, sangat disayangkan. Tuan Brama." Ucap Zura sambil melangkah pergi menuju kantor polisi sebagai mana tugasnya.

***

Julian menatap gadis manis diponselnya. Gadis dengan sejuta keanehannya membuat hatinya menghangat dengan tingkahnya yang menggemaskan. Kadang dia juga membuatnya naik darah karena dia pembangkang dan menantang. Tapi itulah yang membuat dia tertarik padannya.

Dia mengingat kembali masa lalu dimana dia dibela mati-matian oleh gadis bernama Krystal itu saat dirinya hendak dilempari telur oleh temannya. Dia memarahi ank nakal itu dengan suara yang khas. Dan itu membuat hati Julian sangat berterima kasih pada gadis itu. Tingkahnya mirip sekali dengan Lira.

Namun, sekarang dia tak bisa bertemu atau menemukan gadis yang pertama kali menyebutnya Rey itu. Nama panggilan yang kuinginkan sejak dulu. Dia ingin dipanggil seperti itu lagi, sebagai Rey bukan sebagai Julian.

"Itu dia, tangkap sekarang!" Julian tersentak saat polisi masuk kedalam rumahnya sambil memborgol tangannya. Lalu dia diseret oleh polisi itu keluar bersama Nick yang diborgol juga.

"Tuan, ada apa ini?" tanya Nick dibalas gelengan kepala oleh Julian.

"Pak! Orang bernama Jhohan itu tidak ada dimana pun, tapi kami menangkap anak buahnya." Ujar salah satu anggota kepolisian itu membuat Julian tersentak dan mengepalkan tangannya dengan keras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Syndrom [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang