•Bab 20•

157 14 0
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen agar author rajin update cerita baru

Hipi riding 😚

Pagi ini terlihat Julian dan Lira yang sedang duduk di taman. Mereka tidak berbicara apapun terlebih Julian yang terlihat banyak pikiran. Melihat kening Julian yang sering berkerut itu membuat Lira tak tahan untuk tidak bertanya, "Julian ... ada apa denganmu? Seperti ada yang mengganggu fikiranmu?" tanya Lira.

"Tidak, tidak ada yang aku fikirkan. Aku hanya mengingat kejadian kemarin saja." kata Julian dengan santai, "Itu sama saja kau sedang memikirkan hal itu," timpal Lira, "oh iya, bagaimana dengan lukamu? Apa masih terasa sakit?" tanya Lira sekaligus menyentuh luka memar itu dengan hati-hati.

"Udah nggak papa kok, lagian ini cuman luka kecil. Luka tembak aja gak bisa bikin gue sakit, apalagi cuman luka kecil kaya gini," kata Julian. Lira yang sedari tadi menyentuh luka memar Julian yang berada di pelipisnya membuat ia tidak sengaja menatap tepat ke mata elang milik Julian. Tanpa direncanakan mata mereka saling memandang satu sama lain.

Entah sudah berapa menit mereka saling memandang, tapi yang jelas mereka baru memutuskan kontak mata mereka saat mendengar suara gaduh dari arah pintu masuk, suaranya terdengar seperti orang yang memaksa masuk terdengar dari teriakannya. Dan sepertinya terjadi keributan antara pihak yang memaksa masuk dengan anak buah Julian.

Mereka berdua langsung menuju ke arah pintu masuk. Belum sampai ke pintu masuk mereka melihat seseorang yang sedang berkelahi dengan anak buah Julian yang begitu banyak. Tetapi tetap saja orang tersebut tidak gentar, malah ia semakin beringas. Tentu saja mereka mengenal orang tersebut. Orang tersebut adalah, "Kakak ...."

***

Beberapa menit sebelumnya

Terlihat seorang pemuda tampan sedang mondar-mandir di ruangan miliknya. Ia terlihat frustasi dan memukul dinding ruangan tersebut sampai tangannya berdarah.

"Ada apa denganmu, Dek. Kenapa kamu malah menolak pulang sama kakak ke rumah? Apa sebenarnya yang terjadi?" tanyanya pada dirinya sekaligus melirik ke arah foto dimana terdapat 2 orang.

Ya, dia adalah kakak dari Lira, Keynand Azzura Zein.

"Aku sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi" katanya pada dirinya sendiri. Kemudian ia mengambil ponselnya dan menelpon orang kepercayaannya.

Setelah menunggu beberapa menit, terdengar adanya pesan masuk. Melihat isi pesan itu ia langsung bergegas ke luar dan mengambil mobilnya menuju ke alamat yang ia dapat dari hacker kepercayaannya.

Kini ia berdiri di depan sebuah mansion megah yang dikelilingi banyak penjaga yang sudah bisa ia lihat meskipun masih berada di luar. Tanpa gentar, ia langsung membuka gerbang yang memang tidak dikunci.

Penjaga yang melihat ada orang luar yang belum pernah mereka lihat masuk tanpa permisi langsung mengelilinginya seolah yang ada di depannya adalah sosok yang benar-benar berbahaya. Melihat banyaknya orang yang mengerumuni Zura tidak membuat ia menjadi takut. Malah ia makin menyeringai dengan tatapan yang meremehkan, "Dimana bos kalian?" tanya Zura dengan nada yang tajam dan dingin.

Tak ada jawaban yang keluar dari orang-orang tersebut membuat Zura bertambah geram.

"CEPAT KATAKAN DI MANA PENCUNDANG TERSEBUT ATAU AKU YANG AKAN MEMBUNUH KALIAN SATU PER SATU." Katanya dengan suara lantang sekaligus menyeramkan. Bukannya jawaban yang ia dapatkan, ia malah di keroyok oleh mereka.

Tapi tenang saja, dengan kemampuan bela diri yang ia miliki, ia tidak mudah untuk ditaklukan begitu mudah. Hampir sebagian dari mereka terkapar lemas, sedangkan yang lain masih kuat bertahan dengan pukulan yang mereka terima dari pemuda yang tidak mereka kenal, dan lagipula keahlian mereka dalam bela diri tak bisa dianggap remeh. Bahkan Zura sudah mendapatkan beberapa luka akibat perkelahian tersebut.

Mereka baru berhenti perkelahian tersebut saat ada suara lembut yang ia kenal memanggil dirinya, "Kakak ...," kata adiknya Lira.

Zura  yang awalnya tersenyum langsung merubah raut wajahnya menjadi dingin ketika melihat tangan adiknya terpaut dengan tangan bajingan -Julian- itu. Zura langsung mendekat dan melepaskan pegangan tangan tersebut secara kasar. Tanpa tedeng aling-aling, ia juga langsung memukul Julian menambah luka memar di wajah tampannya.

Lira yang melihat sikap kasar Zura yang langsung memukul Julian, ia langsung menarik tubuh Zura kemudian membentak kakaknya yang ia anggap keterlaluan, "Kakak apa-apaan sih? Kenapa tiba-tiba mukul Julian kaya gitu, dia gak punya salah apa-apa sama kaka--" Belum selesai Lira menyelesaikan perkataannya, Zura langsung memotongnya, "Gak punya salah kata kamu, Dek?! Kamu gak liat, dia culik kamu, dia nyiksa kamu, dan kamu bilang dia nggak punya salah?" sentak Zura tak terkontrol, "Itu menurut kakak. Kakak gak tau, selama ini dia yang nolong Lira. Kakak gak berhak untuk mukul dia seenaknya kakak," kata Lira mulai membantah pendapat kakaknya.

"Kamu udah di apain sih sama dia sampe kamu jadi pembangkang kaya gini? Kamu gak tahu apa, selama ini kakak dan papa udah khawatirin kamu. Kakak dan Papah takut terjadi sesuatu sama kamu, dan kamu dengan mudahnya bilang kaya gitu? Jangan aneh dek, kita pulang sekarang!" titah Zura dengan nada yang terdengar arogan di telinga Lira.

Sedangkan Julian hanya diam saja, ia tidak melakukan apa-apa, bahkan ketika Lira melirik ke arahnya ia hanya diam dan seolah mengalihkan tatapannya ke arah anak buahnya yang sudah terbujur kaku, "Gak kak, aku gak bakal ikut kakak kali ini. Aku ingin tinggal disini," kata Lira yang lagi-lagi keras kepala itu. "Kenapa kamu keras kepala sih dek," kata Zura mulai frustasi.

"Dan kakak gak bisa terus maksain kehendak kakak buat bawa aku pulang ke rumah disaat aku udah nyaman berada di sini," kata Lira mulai tenang kembali, "Dek, kakak ngelakuin ini tuh buat kamu, buat kita. Kakak gak mau kita terpisah lagi. Udah cukup papa dan kakak selama ini bingung cari kamu ke sana-sini. Dan saat kakak udah nemuin kamu, kamu malah kaya gini? Mau kamu apa sih dek?" tanya Zura dengan memasang wajah lelahnya yang tidak bisa lagi ia tutupi. Lira yang melihat wajah kakaknya yang lelah merasa bersalah karena membuat kakak dan papanya khawatir padanya.

"Apa kamu gak tau gimana perasaan papa saat tau kamu di culik? Dia gak bisa mikirin yang lain selain kamu, gak ada seharipun dia lupa untuk liatin foto kamu, dia selalu nanya kamu udah makan atau belum. Dia bahkan nyalahin dirinya sendiri karena dia gagal ngejaga kamu. Apa kamu gak mikirin perasaan papa saat tau kamu sendiri yang nolak untuk pulang dengan alasan kamu ingin sama cowok yang nyulik kamu?" tanyanya sekali lagi.

Lira yang mendengar hal tentang papanya yang sangat menyayanginya itu merasa bersalah dan mulai terisak di pelukan Zura. Dia pun sudah menentukan keputusannya.

"Ok kak, aku bakal pulang ke rumah. Asal kakak ngehalangin aku saat aku mau bertemu dengan Julian. Kakak gak bakal ngelakuin hal yang membuat Julian terkena masalah," katanya dengan nada memohon, melihat bahwa Zura akan membantah ia keburu melanjutkan kembali, "ku mohon kak, demi aku." katanya dengan menunjukan muka memelasnya yang akhirnya diangguki oleh Zura.

Sedangkan Julian yang mendengar percakapan itu tak bisa berbuat banyak. Ia bahkan hanya diam saja ketika Zura membawa Lira keluar dari mansionnya. Nick yang melihat Julian hanya diam menghampiri dan berkata, "Kenapa kau tidak berusaha untuk menghalanginya, apa kau tak takut terjadi sesuatu yang buruk nantinya?" tanya Nick. Mendengar pertanyaan Nick, hanya terdengar 1 kalimat darinya, "Biar takdir yang bermain." Setelah mengatakan hal itu ia langsung pergi ke kamarnya meninggalkan Nick yang tampak heran.

Bersambung

30 April 2020

The Syndrom [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang