Suara hiruk pikuk anak-anak muda itu masih terdengar sangat ramai di jalan.
Tak terhitung sudah berapa kali mereka mondar-mandir lewat fly over disana, entah apa yang sebenarnya mereka cari saat ini.
Padahal ini sudah hampir tengah malam, dan jalanan sudah nampak sangat jarang dilalui oleh kendaraan.
Beberapa anak-anak muda itu terlihat mengangkat tangan keatas, menunjukkan senjata tajamnya dengan gagah, seolah ingin memamerkan diri bahwa mereka adalah petarung sejati.
Mereka berhenti di sekitar pinggiran fly over sambil berteriak ricuh dan mengibarkan bendera hitam berlambang bunga mawar merah dengan dua buah klewang yang mengapitnya.
"Mana ini bocah Radar! Kagak keliatan-keliatan dari tadi." Seru salah seorang remaja lelaki dengan nada menggebu-gebu, menunggu kedatangan sosok musuh yang ditunggunya itu.
"Takut kali dia, makanya gak berani kesini."
Mereka pun kian saling menyahut dan mengejek anak-anak Radar tersebut karena sampai saat ini mereka belum juga menampakkan diri.
"Kalo 5 menit lagi dia pada gak kesini, kita susulin ke kampungnya aja." Sahut seseorang yang tampaknya seperti sosok pemimpin anak-anak disana.
"Siap bang! Gak sabar gue pengen ketemu Aji sama Fajar." Seru remaja berslayer merah di leher dengan ujung bibir tersenyum kecil.
Tak jauh dari tempat mereka berdiam diri, terlihat sesosok laki-laki berpakaian lusuh dengan jaket denim berwarna cokelat pudar sedang berjalan ke arah mereka.
"Eh ada yang mau lewat! Ada yang mau lewat!" Seru seorang bocah remaja lelaki memberitahu teman-temannya bahwa akan ada orang yang datang melewati mereka.
"Han, coba lo bacok sono, lo kan gak pernah ngebacok orang tuh." Ujar bocah berslayer merah sambil mendorong temannya yang bernama Firhan untuk segera turun dari motor dan pergi menghampiri lelaki yang sedang berjalan ke arah mereka itu.
Firhan pun sontak terlihat pucat. Bahkan wajahnya langsung keringat dingin. Sebelumnya dia memang diketahui belum pernah melukai orang sama sekali.
Dan hal itulah yang membuat dia terus saja menjadi bahan ejekan serta bahan bulan-bulanan teman-temannya di Geng Motor Duri Mawar atau yang biasa disebut Dumar.
"Sekali aja gapapa, terserah lo mau bacok dibagian mana. Lo bikin sekarat juga gapapa." Lanjut bocah berslayer merah yang masih kian berusaha untuk membuat Firhan berani menggunakan senjata tajam, agar dia tidak terus menerus dipandang sebagai bocah penakut lalu kemudian diremehkan.
Firhan memandang Bayu dengan tatapan ragu, tapi tatapan Bayu malah sebaliknya. Tatapannya seolah memberitahu Firhan bahwa Firhan mampu melakukannya, dan dia percaya itu.
Bayu memang diketahui jauh lebih dulu masuk menjadi bagian Geng Motor Dumar dan tentunya jauh lebih berpengalaman dalam hal melakukan aksi kriminal di jalan.
Tapi Firhan, bocah berwajah lugu itu bahkan tidak bisa memegang celurit dengan benar, malahan dia sering hampir melukai dirinya sendiri dengan senjata tajam yang ia pegang.
"Lo bisa Han. Gue yakin, lo itu bisa." Bayu kembali menyemangati teman kecilnya itu dengan tatapan bersungguh-sungguh.
Firhan yang sejak tadi dirundung cemas dan gelisah itupun kian merasa terbakar oleh semangat Bayu. Di matanya kian tidak lagi terlihat keraguan. Dia sudah bertekad!
Firhan turun dari motor sambil merampas celurit dari tangan Bayu dengan mantap.
"Abis ini, slayer lo gue yang pake." Ujar Firhan dengan raut wajah senga, entah darimana dia mempelajarinya. Tapi yang pasti, kepercayaan dirinya mulai meningkat, dia bahkan sudah berani untuk meminta slayer milik Bayu jika dirinya itu berhasil melukai pejalan kaki tersebut dengan senjata tajamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jakarta Gangster
Teen Fiction[Warning 17+] Setelah mendengar kabar buruk mengenai adik sematawayangnya yang telah mati tragis dengan cara dibakar massal dan dituduh sebagai pelaku begal oleh sekelompok geng motor, Iam, seorang anggota Gangster paling bringas di Jakarta bagian T...